1 | Scintillation

257 29 26
                                    

"Nak, kamu beneran mau lanjut SMA di luar kota?" tanya sang ibunda tercinta. Gadis belia itu mengangguk yakin. Ia benar-benar ingin merasakan bagaimana indahnya ibu kota Indonesia.

"Tapi, kamu ndak kasihan sama ibu yang sebentar lagi mau lahiran?" Shareefa--sang ibunda masih merayu anak sulungnya agar tak jauh darinya.

Berbeda hal dengan ayahnya yang sudah pasrah membujuk rayu sang anak untuk tetap tinggal bersama mereka.

Gadis itu menatap ibunda dengan raut sedihnya. Ia menatap perut ibunya dengan sedih. Jika ia pergi, ia tak bisa melihat adiknya yang terlahir ke dunia. Tetapi, ia telah membulatkan tekadnya untuk bersikukuh belajar mandiri.

• • •

5 Bulan Kemudian.

Bayi mungil yang telah beranjak kurang lebih 4 bulan tengah merengek meminta ASI. Namun, Shareefa tak bisa mengeluarkan ASInya itu.

Hingga ia memutuskan membeli sekotak susu formula di toko pinggir jalan tak jauh dari rumahnya.

Setelah ia mendapatkan susu formula itu, ia segera membuat susu di dalam botol.

Bayi tersebut asik meminum susu formula yang diberi sang ibunda. Hingga mereka berdua pun terlelap dan mereka tak menyadari sesuatu.

• • •

"I--bu." Terdengar suara sosok remaja yang berbicara seperti bayi, suara itu membangunkan Shareefa.

Shareefa terkejut ada sosok remaja yang duduk dipangkuannya sembari menepuk pipinya.

"Kamu siapa?" Shareefa menunjuk sosok remaja itu. Sedangkan sosok remaja itu malah mengulangi apa yang ia katakan. Shareefa pun menyadari sesuatu, bayinya ke mana?!

Ia hanya melihat botol susu yang tergeletak di lantai. Apa jangan-jangan itu bayinya?!

"Nama kamu siapa?" Shareefa mengernyitkan dahinya.

"Sha--" ucap remaja dengan tergagap.

"Namamu sekarang Shavira Chantika Putri." Shareefa tersenyum sembari memeluk anaknya. Hal ini cukup membuat kepalanya berdenyut sakit.

Apa salahnya hingga ia mesti menerima hal seperti ini?

Shareefa mengajarkan Shavira dengan telaten. Layaknya mengajarkan sesosok batita yang baru belajar berbicara, menulis, dan menghitung.

Ia pun tak tau bagaimana cara anaknya itu belajar dengan sangat cepat. Shareefa hanya bisa mengikuti alur kehidupan.

Hingga di suatu pagi yang cerah. Beberapa minggu pun berlalu. Shareefa mendaftarkan anaknya itu bersekolah di sebuah SMA atas nama anak sulungnya; Sharfina Chantika Putri.

"Bu, Sha berangkat sekolah dulu, ya." Shareefa tersenyum dengan mengusap kepala anaknya. Suami Shareefa telah merantau kembali untuk bekerja.

Shavira mengayuh sepeda ontelnya dengan riang. Karena ini pengalaman untuk pertama kalinya.

Tepat sesampainya di sekolah, Shavira tersenyum menyambut teman barunya. Ia belajar sesuai apa yang ada dipikirannya.

ScintillationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang