2 | Scintillation

71 21 2
                                    

"Biar kamu kapok!" ujar Shavira sembari berlalu dari hadapan Ihsan. Sedangkan, Ihsan masih memegang bibir seksinya.

• • •

Tahun kedua pun telah datang. Tepat pada detik-detik tahun baru akan datang. Shavira sedang bertopang dagu sambil memandangi langit. Hal yang tak disangka, ada seseorang yang mengetuk jendelanya.

Yang aneh menurut Shavira, kamarnya berada di lantai dua. Mengapa ada seseorang yang bisa mengetuk jendelanya? Bagaimana caranya?

Cklek!

Shavira mencari keberadaan orang itu. Ternyata--Ihsan, mau apa lagi dia?

"Bagaimana caramu naik ke sini?" tanya Shavira heran, memang ada balkon tetapi orang yang bisa sampai di sini tanpa melalui jalur dalam seperti spiderman.

"Kan kamarku ada di sebelah," jawab Ihsan enteng.

What?!

"Kamar kamu ada di sebelah? Berarti kita--tetanggaan?" Shavira terkaget, setelah 1 tahun mereka bersama, dan Shavira baru tau bahwa Ihsan itu tetangganya?

"Baru tau?" Ihsan dengan cueknya masuk ke dalam kamar Shavira, menidurkan dirinya di kasur milik Shavira tak lupa menutup matanya dengan boneka beruang.

Shavira pun kesal lalu, ia menarik bonekanya, dan membantingnya ke sembarang arah. "Kamu ngapain, sih?!"

"Keluar kuy. Malam tahun baru, 'kan? Daripada di rumah begini--membosankan." Ihsan menarik tangan Shavira melewati balkon dengan tali yang menjuntai ke bawah.

Ihsan dengan mudahnya menuruni balkon itu. Sedangkan Shavira terdiam sejenak untuk melihat ketinggian balkon tersebut. Ia merasa takut untuk menuruninya.

"Aku nggak berani, Ihsan," tutur Shavira mundur satu langkah.

"Ayok, Sha. Lompat aja, nanti gue tangkep." Ihsan merentangkan kedua tangannya bersiap-siap untuk memeluk Sha di kala Shavira akan terjatuh.

Shavira yang melihat kesungguhan yang terpancar dari mata Ihsan. Ia pun memegang tali pengikat lalu, menuruninya perlahan.

Hap!

Ia yang kehilangan keseimbangan, bahunya dipegang oleh Ihsan. Shavira menatap mata Ihsan yang tangannya masih setia pada bahunya.

Ihsan yang sadar terlebih dahulu segera melepaskan pegangannya. Kemudian, Ihsan menghampiri sepeda motor jadulnya untuk membelah jalanan menuju Monumen Tugu yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka.

Shavira menaiki motor Ihsan dengan berhati-hati. Ia memegang besi di belakang motornya. Ihsan pun menyadari sesuatu dan ia berkata, "Pegangan, nanti jatuh lagi."

Ihsan memegang kedua tangan Shavira dan menuntunnya untuk melingkari perutnya. Shavira yang diperlakukan seperti itu merasa tersentuh dan ada suatu rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

• • •

Beberapa menit mereka berkendara akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sepanjang perjalanan, Shavira merasakan perasaannya campur aduk sekaligus bingung dengan apa yang ia rasakan.

"Sudah sampai, Sha," ucap Ihsan sembari menepuk tangan Shavira yang melingkar di perutnya.

Udara malam menusuk kulit mereka berdua. Shavira yang belum izin terhadap Shareefa merasa bersalah. Sepulang ini ia berjanji akan langsung berbicara kepada Shareefa.

ScintillationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang