Jika siswi-siswi sekolahku berkata bersaudara dengan Arya adalah sebuah anugrah, aku lebih memilih ejekan anak lelaki sekolah yang mulai mengasihaniku karena harus menjalin hubungan dengannya. Lihat saja, baru tadi pagi aku memergokinya tertidur saat remedial, kini aku dipanggil ke ruang guru karena ulahnya.
Ruang guru sekolahku ada 2 yang terpisah di tiap lantai. Ruang guru utama berada di lantai satu tepat di sebelah pintu gerbang dan ruang TU. Jadi kalau ada siswa telat, Wassalam. Lalu ruang guru ini tidak bisa dimasuki siswa manapun meski dalam keadaan genting.
Berbeda dengan ruang guru di lantai 1, tempat ini malah lebih seperti ruang santai guru-guru sesepuh dan tempat siswa-siswi mengumpulkan tugas tugas mereka. Disinilah aku harus menghadapi amukan Bu Tyass yang 2 bulan lagi pensiun.
“Mas perdana! Saya hanya mengajar murid-murid yang mau menerima Ilmu yang saya berikan di pelajaran Biologi. Jika kamu tidak mau menerima, Ya jangan menggangu pelajaran, keluar saja lebih baik!”
“Tapi setiap saya keluar, saya selalu mendapat poin dari Bu tyass. Lebih baik bagaimana, Bu?”
“Diam kamu! Murid tidak tahu sopan santun. Mana Patrapmu?”
“Saya masih sopan, Bu. Kalau tidak, saya dari tadi sudah berbicara dengan Ibu pakai Lo Gue”
Tangan Bu tyass dengan ringan melayang hendak menampar Arya. Seringan itu pula suaraku memekaki ruangan kecil ini “PERMISI BU!” menirukan lagak orang asia timur tubuhku refleks membungkuk begitu rendah seperti orang sedang pemanasan cium lutut. Tangan Bu Tyass yang masih mengambang di udara turun mengepal memukul meja agak keras. Ia berdeham sebentar lalu mempersilakanku masuk.
“Hana, saya tidak mau berbuat demikian tapi, kamu pasti juga sudah hafal dengan tingkah saudara tiri kamu. Aduh, saya jadi bingung sekali menghadapi dia. Ini ada surat untuk orang tua kamu. Saya tahu jika saya memberikan pada anak nakal ini..” ia melirik Arya dengan gemas sambil memamerkan kerutan wajahnya saat kesal.”Yah, pasti juga tidak akan sampai to? Jadi saya titipkan ke kamu.”
Guru dengan rambut kribo itu mengulurkan amplop putih panjang yang bercap logo sekolah. Bloody Bell, Ar. SP? Seriusan? Aku kira kamu bisa berbuat lebih baik dari ini. Menyusahkan saja.
“Baik, Bu. Pasti akan saya sampaikan segera pada beliau.”
“oiya. Sebenarnya saya juga cukup khawatir…” “saya tidak apa-apa kok,Bu” potong Arya biadab dan mendapat gertakan dari Guru Biologi ini.
“Dasar anak belagu, saya lebih mengkhawatirkan Hana dari pada murid macam kamu!”
“murid macam saya itu macam apa, Bu?”
Tanpa ambil pusing dengan interupsi Arya yang tidak berguna, Bu Tyass kembali melanjutkan perkataannya, “Jadi Hana, saya kurang yakin kalau kamu terlalu dekat dengan saudara tirimu ini, kamu bisa-bisa malah terjerumus hal tidak baik…” “wah, Bu jangan suudzon dulu lah” potong arya lagi. sebelum Bu tyass menjawab ejekan itu aku segera berkata, “tentu, saya memahami kekhawatiran Ibu. Tapi saya juga menjamin saya tidak akan mudah mendapati diri saya bergaul seperti Arya saat ini. Ibu tenang saja dan untuk Arya biarkan saya dan keluarga yang mengurus kebandelannya. Saya tahu ini bukan yang terakhir kalinya tapi saya minta maaf atas kesalahan Kakak tiri saya ini”
“Saya lega kamu cukup dewasa walau harus menjalin hubungan dengan dia. Baik kalau begitu, silakan lanjutkan pelajaran kamu.” Jawab Bu Tyass dengan tulus.
Aku berjalan keluar ruang Guru yang diikuti berdirinya siluman lele itu dan mengekorku keluar.
“Heh, Mas! Mau kemana kamu?”
“Saya mau melanjutkan pelajaran, Bu”
“DUDUK! Jadwal pelajaranmu sekarang kan dengan saya, jangan beralasan!”
Keluar tempat itu, telinggaku masih panas mendengar teriakan demi teriakan yang dilayangkan Guru-guru pada Arya. Tuhan, kapan derita ini akan selesai?
Kali ini lebih singkat dari yang kemaren gapapa kali ya.. maaf untuk alur yang masi ancur yass. Ancur, atau typo durjana yang masi merajalela. Maaf sekali. Author masih menunggu dengan setia untuk vote dan comments para reader :)) stay tuned yaaa!
YOU ARE READING
RNA
Mystery / ThrillerBukan aku yang memutuskan untuk bersaudara dengannya. Namun kini kami harus menanggung semua akibat akan terjadi. Maka, semua yang terjadi pada dirinya juga akan aku rasakan. itu konsekuensi yang kami buat dari pertalian darah yang terukir setahun l...