Ujian

17 0 0
                                    

Rasa apa ini?

Surat itu sudah kubaca. Semua jelas tersurat didalamnya.

Aku jadi sedikit canggung semenjak itu. Padahal ini yang sebelumnya sangat kuinginkan.
Hari ini di depan kelas.
"La, sudah baca tulisan dariku?" Ilham menyapaku.
Hatiku bergetar seketika. Aku tak bisa bicara.
"Iya, udah." Kataku singkat.
"Maaf, aku harus mengerjakan tugas, Ilham."  Aku melanjutkan.
Entah ada apa dengan hatiku? Aku melihat mata Ilham. Menyimpan sejuta kata.
Dia hanya mengangguk mengiyakan kata-kataku tadi. Aku masuk ke kelas.
Bruukkkk....
*  *  *
Semua jadi buram. Gelap. Tidak tahu apa yang terjadi padaku.
" Ayah, A'la dimana?" kepalaku pusing sekali.
"Tenang ya, Sayang. Kamu di Rumah Sakit."
"Ada apa? Sshh... Ilham?."
  Disini juga ada dia. Aku tidak pernah merasa sesakit ini.
"Iya, La. Aku disini." Ucapnya
"Kepalaku pusing banget, Yah." Sambil memegangi kepalaku sendiri.
"Tadi kamu pingsan, di depan kelas. Nak Ilham langsung bawa kamu ke UKS. Katanya sudah hampir 1 jam tidak sadar juga. Dia telfon ayah tadi. Ayah langsung bawa kamu kesini."
  Dokter diiringi dua orang perawat masuk ke ruangan ini.
"Maaf, Pak. Izinkan saya memeriksa kondisi anak bapak ya."
"Oh.. Silahkan, Dok." Satu menit dokter ini memeriksaku. Dia bilang aku harus melakukan ronsen di bagian kepala. Ayah dan ibuku langsung setuju saja. Dan hari ini juga aku melakukan itu.
Keputusan dokter, aku mengidap kanker otak stadium dua kata dokter. Entah ini mungkin ujian dari Allah..
   Yang pahit harus diterima, dan yang manis harus disyukuri. Menerima takdir seperti ini tidaklah mudah untukku, tapi mau bagaimana lagi? Sekali lagi ini ujian A'la, kau harus kuat.
***

Dua EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang