Don't

1.6K 90 8
                                    

"Chanyeol"

"Hmm?"

"Apa yang kau pikirkan mengenai siang dan malam?"

Chanyeol kini menulis, menghentikan sejenak pekerjaannya. Ia tidak tahu maksud pertanyaan tersebut. Tapi berusaha menjawab.

"Siang itu waktunya mengisi hari dengan pekejaan dan kuliah lalu malam merupakan saat beristirahat(?)"

Dongwook terkekeh mendengar jawaban Chanyeol yang terkesan apa adanya.

"Bukan seperti itu"

"Lalu apa? Aku tidak mengerti jawaban apa yang kau inginkan"

Chanyeol menjawab cepat. Saat ini ia sedang fokus mengerjakan tugas, tapi tetap berusaha untuk tidak mengabaikan kekasihnya ini.

"Begini, bagaimana jika kita anggap matahari dan bulan merupakan err... Dewa?"

Si mata bulat langsung fokusnya teralihkan dengan jawaban orang yang saat ini sedang berbaring dikasurnya. Awalnya membelakangi, menjadi menghadap tubuh tersebut dengan memutar kursi tempat ia duduk.

"Hyung... Mau pindah agama?"

"Tidak" Dongwook menatap kosong langit-langit kamar.

"Lalu?"

Hening seketika.

Mengangkat alis. Bingung merajai. Mengapa auranya jadi tegang begini?

"Dongwook hyung?"

Chanyeol segera bangkit dan duduk di kasur. Mengusap pelipis laki-laki yang saat ini sangat disayanginya.

Keadaan tetap sepi selama sepuluh menit.

"Kau tidak lelah dengan keadaan ini?" Masih dengan pandangan kosong Dongwook berbicara lirih.

Chanyeol menahan nafas. Sudah berapa kali. Bukankah mereka memutuskan untuk tidak membahas ini? Maka ia memutuskan untuk tidak menjawab.

Merasa tak ada tanggapan Dongwook memanggil, "Chanyeol?"

Keheningan terasa lebih berat atmosfernya dibanding sebelumnya. Dongwook menoleh kearah kiri menatap satu-satu nya orang yang ia anggap belahan jiwa.

"Tidakkah kau ingin memiliki ku semuanya? Jiwa.. dan ragaku?"

"Cukup Dongwook hyung"

"Wae?"

Kembali sepi menghinggapi. Mereka saling bertatapan. Ada sendu yang terpancar pada bola mata mereka. Kekhawatiran, ketakutan, juga rasa tertekan menghinggapi.

"Bukankah kita sepakat untuk tidak membahasnya?"

Dongwook mendengus. Tertawa pedih. "Bagaimana aku bisa tidak membicarakannya jika terus dan terus menyakiti mu?"

"Aku baik-baik saja"

Kini amarah menyulut Dongwook. Ia bangkit duduk. Nada suara memberat. Posisinya membelakangi Chanyeol.

"Oh kau baik-baik saja saat aku akan menikah dengan seorang wanita? Kau baik-baik saja saat nanti posisimu seperti laki-laki simpanan? Kau baik-baik saja ketika aku nanti selalu terang-terangan disisi wanita itu? KAU BILANG ITU BAIK-BAIK SAJA BAGIMU CHANYEOL?!"

Membentak keras dengan mata memerah. Dongwook berdiri membalikkan badan menatap Chanyeol yang kini menundukkan kepala.

"Bagaimana bisa kau bilang ini semua baik-baik saja?" Nadanya melemah.

"Hyuung cukup" Chanyeol mengeluarkan suara memohon. Agar pembicaraan tidak berlanjut.

"Oke. Kalau seperti ini lebih baik kita putus saja"

"Apa?" Chanyeol memandang Dongwook tak percaya.

"Aku meminta pada Matahari, kamu meminta pada Bulan. Padahal keduanya tak mengabulkan" Dongwook berbicara datar. Namun dalam hatinya bergemuruh emosi. Chanyeol tahu maksud perkataan kiasannya.

"Tidakkah kita seperti ini saja hyung?" Berusaha membujuk pria yang lebih tua darinya.

Chanyeol merasa takut ketika Dongwook memilih diam dan berbalik menuju pintu.

"Hyung!"

Berhenti tanpa berbalik. Chanyeol segera berlari menubruk punggung tersebut, lalu memeluknya erat.

"Jangan tinggalkan aku"

Dapat ia rasakan bagaimana begitu berat tarikan nafas pria dalam pelukannya. "Pilih salah satu Chanyeol"

Dongwook memejamkan mata, "Aku yang meninggalkanmu atau aku yang meninggalkan wanita itu?"

Chanyeol terisak perih. Bagaimana mungkin Dongwook bisa tega padanya dengan memberikan sebuah pilihan seperti itu.

"Wanita itu kakak ku hyung"

Kini air matanya semakin mengalir ketika Dongwook melepas perlahan dekapannya.

"Kita sudah lebih dulu berhubungan Chanyeol. Aku dan noona mu hanya terikat perjodohan" Berbicara dengan nada lembut, berusaha agar Chanyeol mau memahaminya.

Pemilik marga Park menggigit bibir kuat agar isakannya tidak semakin deras walau gagal, "Tapi dia mencintaimu"

Hening selama beberapa detik. Kemudian Dongwook melangkah perlahan, lalu berkata dingin.

"Kalau begitu kita sampai disini saja Chanyeol"

Matanya melebar. Chanyeol membeku seketika. Ketika suara debaman pintu terdengar barulah ia tersadar.

Berlari mengejar sosok tinggi yang kini sudah naik lift menuju basement. Chanyeol menggunakan tangga darurat karena semua lift penuh. Peluh mengalir deras di pelipis. Pandangan mengabur seiring air mata terus jatuh membasahi pipi.

"Tidak"

"Don't let go"

"Please"

Hanya kata-kata itu yang terapal dalam gumaman bibirnya. Isakannya semakin kuat. Chanyeol tidak peduli. Seberapa kacaunya dia saat ini.

Sesampainya ia di basement Chanyeol memperhatikan sekeliling. Ketika menyadari mobil Dongwook tidak ada tubuhnya melemas jatuh terduduk. Tangisan pun pecah seketika.

The End

A/N: Wahaha apa ini? Astaga kembali ngegantung deh ceritanya wkwkw. Duh Dongwook bisa sadis amat. Kasian Channie tapi anehnya aku yang nulisnya malah ketawa mian Chanyeol.

Thanks for reading

Ryuu

Oneshot: AllxChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang