1 - Rata & Gedung Pencakar Langit

5 2 0
                                    

"Mamaa!" teriak Anya di depan kamar orang tua-nya sambil memegang handphone nya.

"Apasih dik?" jawab Riana -mama Anya- pelan dengan mata sayu pertanda bahwa ia baru aja bangun dari tidurnya.

"Anya kan minta tolong mama buat bangunin sahur. Sekarang sudah jam lima mah. Huuh" ucapnya lagi dengan nada kesal dan kembali lagi ke kamarnya untuk mengerjakan tugas. Tak lupa ia membawa banyak camilan untuk mengisi perutnya yang kosong.

Tek

Anya sangat terkejut karena kulkas yang ia buka, tepatnya di tempat camilan Anya sedang kosong. Padahal Anya ingat betul bahwa sebelum ia tidur, ia menaruh persediaan camilan untuk di pagi hari. Tetapi sekarang hanya wadah kosong dengan satu plastik bekas kemasan camilannya.

Kakak! Abang! batin Anya berteriak.

Anya pun langsung berlari menuju kamar kakaknya, Pita. Sungguh diluar dugaan ternyata kakaknya ketiduran bersama kembarannya, yang tak lain adalah Abangnya, Egio.

Ia langsung tersenyum devil melihat kakak dan abangnya yang tertidur dengan laptop masih menyala.

Sret..

Bunyi itu ternyata berasal dari jambakan Anya kepada kakak-kakak nya. Pita dan Gio pun terbangun karena jambakan Anya yang begitu kuat. Sampai sampai seorang Gio yang sangat kebal pun meringis kesakitan.

"Diih adik, apa sih?" ucap Gio sedikit membentak

"Gantiin camilan camilan aku cepet! Lima puluh ribu itu tau" balas Anya dengan matanya yang melotot

"Iyaa abang ganti, tapi lepasin dulu rambut kita" tawar Gio

"Janji dulu, tapi aku ambil seratus ya" tawar balik Anya sambil cengingisan.

"Iya" "issh kakakmu demen banget dah tidur" celoteh Gio yang tidak ditanggapi oleh Anya.

Anya dengan cepat mencari lembaran uang berwarna merah yang ia maksud tadi.

"Oke bang makasih" sambil berlari kearah abangnya dan memeluknya erat.

.....

"Ih abang! Cepet dikit lah, adik kan mau ke minimarket dulu. Sudah jam berapa ini? Lihat jam tanganku tuh. Sekarang tuh sudah pukul enam lebih tiga menit, belum nanti abang kalau nyetir lelet, belum lagi kalau macet. Telat ak.." celoteh Anya panjang lebar hingga ia tak menyadari bahwa sedari tadi yang membuang waktu adalah Anya sendiri.

"Hey! Masuk cepet, ngomel mulu kerjaanmu" teriak Gio dari dalam mobil yang memotong celotehan Anya

"Issh" desis Anya

.....

Sesampainya di sekolah Anya langsung berpamitan kepada abangnya sambil menitip pesan

"Abang Gio. Itu camilanku, aku titip ya. Titip itu kalau udah ditangan aku bakal tetep seperti semula bukan malah ludes. Ok bang?" pintanya dengan nada yang terkesan lembut serta senyum dengan mata yang melebar.

"Iyaa sayang" jawabnya sambil mengedipkan satu matanya

"Iiih" ucap Anya jijik sambil menutup pintu mobil dengan keras lalu berlari ke kelasnya.

Sesampainya di kelas..

"Hei rata! Tumben bener lu dateng siang. Sudah kerja tugas belum?" ucap Bisma sambil berjalan menuju mejanya yang tidak disengaja dekat dengan Anya

"Heh! Gedung pencakar langit ber-abu. Seneng banget deh kayaknya ngurusin hidup aku" ejek Anya sambil menatap Bisma dengan tajam

"Apa lu kata? Tugas ya? Ya sudah lah! Anak rajin aku mah" ucap Anya santai sambil tersenyum sinis

"Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri" bisik Bisma tepat di telinga Anya

Anya yang mendengarnya pun geram, tetapi ia tetap tersenyum kepadanya dan juga berkata sesuatu.

"Bis, gapunya kaca ya? Oca bawa noh! Ngaca dulu lah sebelum ngomong kayak tadi"

Bisma hanya menatap Anya dengan datar, "sialan lu"

Anya yang mendengar itu pun langsung tersenyum sinis sambil menaruh tasnya di kursi.

Kring!!! Kring!!!

Suara bel terdengar sangat berisik apabila berbunyi di pagi hari seperti ini.

"Hei ayo apel pagi! Telat, dihukum baru tau rasa lu!" teriak Anya di pintu.

Setelah itu ia langsung berjalan menuju lapangan. Dan kalian tau? Kelas Anya ada di lantai 3, walaupun disana ada 2 lift tetapi Anya tetap memilih menggunakan tangga karena alasan tertentu.

"Loh! Tembok lewat tangga nih?" ucap Elang dan geng nya. Mereka adalah pembully yang cukup terkenal seantero sekolah itu.

"Apa lo?" Dengan wajah datar, ia mendongak ke arah laki-laki tinggi bernama elang itu.

"Wait!! Kamu juga kenapa dah ya? Emang bisa tower turun lewat tangga? Apa mungkin tower nya gila?" Ucap Anya dengan wajah mengejeknya

Elang memang tidak begitu dekat dengan Anya, tetapi ia tau bagaimana sifatnya. Karena, mereka sering bergurau di depan kelas Anya.

"Buset dah! Rata sama lidi nih sekarang? Selera lo jelek" gurau Bisma yang tiba-tiba ada di sebelah kiri Anya.

Sreet.

Bisma langsung berlari meninggalkan mereka dengan tawa yang keluar dari mulutnya karena berhasil melepas ikat rambutku.

"Shit!" Umpat Anya pelan.

Sejurus kemudian ia berlari mengejar Bisma. Dan setelah beberapa detik Anya berlari sekuat tenaga, ia berhasil menyusulnya.

"Kembaliin kuncir rambut aku! Panas nih!" Dengan nafas yang tersenggal-senggal ia tetap berusaha mengambil kuncir rambutnya.

Ia melompat - lompat untuk meraih kuncir rambut yang dipegang di tangan kiri Bisma yang tengah di angkat keatas. Tetapi tidak juga berhasil karena tinggi Anya tidak lebih sebahu Bisma, padahal Anya sudah termasuk perempuan yang tinggi di sekolahnya.

"Aku umbar aib lo nih kalau nggak dibalikin juga"

Bisma hanya menatap Anya dengan wajah meremehkan

"Aku fitnah lo nih, yang kejem banget"

Bisma tetap memandang remeh kearah Anya

"Aku bakal bila..." Kalimat Anya terhenti karena gerakan tiba-tiba Bisma.

____

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ICH LIEBE DICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang