09. Process (NC 18+)

3.7K 228 12
                                    

180204

Kotak bekal milik Min Yoonmi yang telah kosong dimasukkan dalam kantong jinjing. Yoonmi menyelesaikan makanannya saat bel masuk belum berbunyi dan kemudian ia duduk sendiri di kursi yang selalu digunakannya untuk belajar. Di luar terlalu dingin untuk bermain hingga gurunya melarang semua anak-anak untuk keluar dari ruang kelas. Ia tidak menyadari seseorang telah duduk di sampingnya jika tak menoleh. Gadis kecil itu berambut pendek sebahu, tersenyum dengan mata berbinar ketika memanggil nama Yoonmi dengan nada ceria.

"Kau punya adik?" tanyanya setelah duduk di samping gadis kecil berusia lima tahunan itu.

Yoonmi menggeleng, tapi cukup penasaran dengan ucapan gadis bernama Hyun Sua yang dikenalnya sejak pertama masuk sekolah. Ia memberikan binar penasaran dari matanya yang bulat saat menggeser tubuh untuk berhadapan dengan lawan bicara.

"Kemarin Appa bilang padaku jika aku akan punya adik perempuan."

"Woah, benarkah, Sua-ya?" Seorang gadis kecil lain mendadak mendatangi bangku Yoonmi dan Sua dengan antusias. "aku juga punya adik, tapi dia laki-laki. Dia lebih kecil dariku, dan sering sekali menangis."

"Kata ibuku, itu karena adik kecil tidak bisa bicara, makanya menangis." yang lain menimpali.

"Aku juga punya adik dan dia sudah bisa bicara, tapi tetap saja dia suka menangis."

"Hey, aku juga punya adik bayi. Dia lucu.. sekali, pipinya merah dan dia sering tertawa bersamaku."

Semua sibuk membicarakan adik mereka. Mengatakan ini itu yang sebenarnya tak begitu Yoonmi pahami. Yang jelas, ada enak dan tidaknya saat Yoonmi tangkap dari pembicaraan mereka. Yoonmi jadi penasaran akan hal yang mereka bilang jadi pelengkap keluarga. Tapi itu tidak terdengar seperti adanya kakek atau nenek. Mereka hanya bilang, ada keseruan yang mereka rasakan saat memiliki teman bermain yang lebih muda di rumah. Lantas pembicaraan mengenai adik itu terus berlanjut hingga bel berbunyi. Yoonmi menyimak semuanya; tentang bayi dan semua hal yang berkaitan tentang kelucuan dari sosok yang mereka panggil sebagai adik. Ngomong-ngomong, Yoonmi juga pernah bertanya pada Appa tentang bayi, katanya di dalam perut Eomma ada calon adiknya. Tapi, entah kemana sekarang beritanya, Appa tidak pernah membicarakannya lagi dengan Yoonmi. Mendadak ia jadi ingin memastikan tentang adiknya pada sang ayah. Apakah dia baik-baik saja di perut ibunya, tidak merasa sesak, tidak merasa ingin bermain dengan Yoonmi kah?

-o-

Sunhee mencengkeram selimut yang entah sejak kapan berada di atas kepalanya. Merasakan panas yang terus mendera membuat ia berusaha untuk tak semakin dibuat melayang. Karena bagaimanapun, ia tidak akan mampu mengatakan berhenti saat gelenyar kenikmatan itu begitu indah dirasakan. Sunhee tidak menginginkan ini berhenti, ia tidak peduli pada lelah sampai waktunya tiba. Desakan-desakan yang diterima dari tubuh Yoongi semakin membuatnya mengawang jauh. Menginginkan kenikmatan lebih cepat saat rasa panas itu membikin jantungnya ikut memompa tak nyaman.

"K-kau... sudah bicara pada Yoonmi?"

Wajah yang berpeluh itu membuka mata, melirik Sunhee yang ketika itu juga memperhatikannya dengan gigitan bibir. Yoongi menatap takjub seakan yang dilihatnya kini adalah sesuatu yang paling menarik sedunia, ia tersenyum.

"Bicara apa?" suaranya serak. Dan ini sangat tidak baik untuk didengar Sunhee, pikirannya semakin kotor dan ia tidak yakin otaknya masih waras sampai Yoongi kembali menciumnya panas meminta jawaban.

Sunhee menelan ludah ketika Yoongi melepas tautan dan mendiamkan diri di atas tubuhnya. Tak tahukah Yoongi bahwa ini sangat mengganggu? Ia sedikit menyesal telah bertanya. Kim Sunhee tidak suka berhenti di tengah, tepat ketika ia sedang merasakan kenikmatan yang menggeliti perutnya. Bahkan sekarang, dengan sengaja lelaki itu mengeluarkan kenikmatannya tanpa aba-aba.

Lantas Yoongi tersenyum begitu saja, benar-benar mempermainkannya. Dada berpeluhnya masih naik turun, berusaha mengatur napas saat menunduk untuk menatap mata kesal Sunhee yang gemas pada tingkahnya. Ia mengatakan kata pendek sebagai jawaban dari pertanyaan Sunhee tadi. "Tentang bayi? Aku belum mengatakannya." kemudian memasukkan dirinya kembali secara mendadak. Membuat erangan frustrasi dari wanita yang menjadi istrinya. Sunhee mendesah panjang, semua terasa bercampur; kenikmatan, rasa kesal, sebal, dan ia ingin mengutuk Yoongi tiba-tiba untuk segala perbuatannya.

Lelaki itu dengan sengaja bermain-main. Melambatkan tempo dan kemudian menghentaknya lagi dengan kecepatan yang kembali membuat wanita itu terasa menghilang dari dunia. Kecupan-kecupan hangat di sekitar lehernya tak mampu di hentikan. Yoongi terlalu nikmat dan ia tak kuasa untuk mengimbangi gerakan liarnya tangan sang dominan itu. Min Yoongi adalah godaan menakutkan yang menguasakan dirinya untuk selalu pasrah mengikutinya.

"Yoonhhh, kau harus mengatakan-ahh.."

Dan Sunhee tak yakin Yoongi akan mengerti semua kalimatnya, ia terlalu cepat, mengguncangnya hingga Sunhee takut dirinya akan terkapar seandainya tak benar-benar mencengkeram punggung lelaki itu. Panas yang terasa membakar kian membawa kenikmatan. Yoongi memperlambat gerakan tubuhnya, menusuk hingga terasa hangat di beberapa detik kemudian.

"Aku berharap, ini akan berhasil."


-o-

Bunyi hair dryer terdengar bergaung begitu Yoongi keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan bathrobe. Sunhee membelakanginya, duduk di hadapan cermin dengan tangan yang memegang mesin pengering rambut tersebut. Wanita itu fokus, bahkan seolah tak mengetahui presensi Yoongi yang masih mematung selama beberapa menit di depan pintu memperhatikan. Tak sadar, Yoongi tersenyum. Entah kenapa pikirannya mendadak teringat pada beberapa waktu yang lalu. Apalagi setelah melihat kekusutan ranjang mereka. Itu terasa membanggakan sekaligus memalukan untuk diingat.

Ia terpaksa menghentikan langkahnya saat mendengar pintu depan terbuka, seseorang datang dengan langkah cepat berseru mamanggilnya dengan ceria. Bukan spesifik meneriakan namanya, tapi panggilan ia di rumah ini.

"Appa! Yoonmi pulang!"

Begitulah yang terdengar beberapa kali sebelum Yoongi menjawab, "Ya." untuk menandakan kehadirannya. Dan saat Yoongi membuka pintu kamar, gadis yang memanggil tadi langsung menyerbunya dengan sebuah pelukan. Ia pikir, inilah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perihal ucapan Sunhee tadi.

"Yoonmi kira Appa benar-benar pergi." ucap putrinya di pelukan yang merenggang.

Yoongi menggeleng.

"Appa tidak berangkat kerja?"

Kedua kalinya lelaki itu menggelengkan kepala. "Kenapa tahu Appa tidak bekerja, hum?"

"Sepatu Appa masih ada di sana." Yoonmi mengarahkan telunjuknya pada rak sepatu sekilas sebelum melihat ayahnya lagi. "dan Appa sepertinya baru selesai mandi. Appa bangun kesiangan?" tanya cerewet Min Yoonmi. Tangannya mengalung di leher Yoongi, sedangkam mata bulatnya intens menatap wajah dirinya yang saat itu tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Bangun kesiangan. Berbohong sedikit tidak apa-apa, kan? Lagi pula aneh juga jika ia mengatakan sejujurnya pada anak lima tahun.

"Appa..." katanya. Ia melepas rangkulan dan mengajak ayahnya menuju kursi. "Yoonmi mau bicara sesuatu."

"Ada apa?"

"Eung... Yoonmi ingin..."

"Hm?"

Yoongi melepaskan tangan Yoonmi di rambutnya yang basah kemudian memperhatikan wajah putrinya dengan senyum kebapakkan, begitu hangat hingga Yoonmi diam menatapnya lagi. Terbius, akhirnya Yoonmi menceritakan semua yang terjadi di kelasnya tadi.

"Yoonmi ingin punya adik, Appa. Adik kecil yang lucu. Kata ayahnya Sua akan memiliki adik perempuan. Teman-teman yang lain juga punya adik bayi yang lucu." Yoonmi menceritakan semuanya dengan mata bulat yang berbinar. "tidak apa-apa jika bayinya menangis, Yoonmi akan menjaga adik selalu tersenyum. Yoonmi ingin punya, Appa... eung... adik perempuan."

Yoongi stagnan, tapi setengah menit kemudian lengkungan manis menghias wajah dua puluh limanya. Ia mengelus rambut panjang putrinya dan memberikannya kecupan kilat. "Okey, Appa akan memberikan adik untukmu."

[Suga × Sunhee] (Revision) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang