Chapter 1

2.4K 75 21
                                    


Ini adalah teaser BaNS yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah teaser BaNS yang baru ... hanya chapter 1-5 ya .... Selamat membaca ^^

Terima kasih semuanya, mungkin ada yang belum membaca sampai selesai waktu aku unpublish semalam. Tapi, syaratnya harus seperti itu. Dan sebagai pengobat rindu untuk semuanya teaser ini bisa kalian nikmati.

Pssst jangan kaget kalau banyak sekali perubahan di dalamnya ^^ rombak total.

Semuanya aku ucapkan terima kasih sekali lagi ^^

****

"Lebih baik dinginkan kepalamu sana!" Scarlet tiba-tiba mendorong tubuh Bell ke belakang. Ke arah dinding kaca di lorong tempat mereka tengah berada.

"Eh?" Bell cukup terkejut. Tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Bell!" Habile mengulurkan tangannya.

Bell merasa dirinya tidak terlalu jauh dari dinding kaca, tapi tubuhnya tidak segera merasakan kaca. Dia kesusahan menggapai tangan Habile. Kemudian punggungnya terasa bersentuhan dengan air.

"Habile!" seru Bell lalu tubuhnya terhisap masuk ke dalam dinding kaca.

Semua murid yang masih berada di lorong membelalakkan mata mereka melihat teman sekelas mereka, Arabell Purplish masuk ke dalam kaca yang terlihat seperti genangan air.

***

Beberapa waktu sebelumnya.

Suara obrolan para gadis memenuhi lorong Lab Bahasa tingkat dua di Deux Boiler High School. Ada yang berbicara mengenai artis yang mereka suka, ada yang membicarakan tentang kekasih mereka dan ada pula yang tengah memandang keluar gedung dengan wajah penasaran.

Gadis itu sudah menatap lama ke arah salah satu gedung kelas khusus di sekolahnya yang super mewah ini. Arabell Purplish, itulah dia. Siswi kelas dua Deux Boiler High School yang masuk ke sekolah ini karena keberuntungan.

Bell teringat ketika dirinya baru saja lulus dari sekolah menengah, dia diusir oleh bibinya. Bell sangat ingat bagaimana sejak kecil bibinya itu sangat tidak suka padanya. Sebaik apapun sikap Bell, tidak sanggup meluluhkan hati bibinya. Hingga pada puncaknya, saat lulus sekolah menengah, Bell terpaksa tinggal di sebuah flat kecil yang disewakan oleh pamannya yang baik hati. Bell merasa inilah yang terbaik, apalagi dia tidak ingin melihat pamannya terus bertengkar dengan bibinya hanya karena membelanya. Tidak memiliki orang tua membuatnya harus hidup seperti ini.

Tidak ingin menyusahkan pamannya dengan biaya hidup, Bell mulai bekerja sambilan di mini market dekat flatnya. Mengira bahwa dirinya tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Namun dengan baik hatinya, sang paman memintanya untuk melanjutkan ke sekolah elite satu-satunya di Machaira. Pamannya yang baru saja mendapat pekerjaan mengajar di sekolah elite itu mendapat hak istimewa untuk menyekolahkan keluarganya secara cuma-cuma. Tentu saja Bell menerimanya dengan sangat senang. Dia memiliki cita-cita yang tinggi untuk menghasilkan banyak uang dan tentu saja untuk itu dia harus bersekolah dulu.

Be a Night StaffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang