Perpisahan

60 17 3
                                    

Karena setiap pertemuan
Akan selalu ada perpisahan
Walau bukan itu yang
Kamu inginkan

Padang,2012

"Vero!!"
Aku berteriak keras, mencoba memanggil vero yang berjarak dua meter dari ku .

Vero berlari kearah ku. Dengan baju yang sudah berantakan dan dengan keringat yang membanjiri pelipis nya

"Apa sih nesa? Ga bisa nanti aja? Kamu ga liat aku lagi ngapain? Tuh abdu udah selesai ngitung." cerocos vero saat sudah berdiri di depan ku.

Aku melongo. Kecewa dengan respon vero. Namun rasa itu segera ku enyahkan.

"Kamu kan yang ngambil diary aku?"
Aku menatap tajam ke arah nya, Dengan menyilangkan tangan di depan dada. Aku bukan bermaksud menuduh nya , akan tetapi dia satu-satu nya orang yang memiliki akses membuka tas dan memakai semua barang milik ku.

Entah kenapa akses itu di berlakukan dan entah bagaimana pula enam bulan ini aku bisa dekat dengan nya. Bahkan tak heran kemana aku pergi dia akan selalu ikut begitu pun sebaliknya , ke toilet pengecualian nya.

Dia tersenyum setelah itu kembali berlari. Aku mengejarnya , tak peduli dengan tatapan aneh dari semua orang. Fokus ku hanya satu , yaitu dia.
Aku melihat nya berhenti , dan duduk di hamparan rumput di sana. Aku terus berlari dan akhirnya bisa sampai di depan nya. Aku pun mengikutinya untuk ikut serta duduk. Aku mengamati sekeliling. Dan ternyata aku telah berada di taman belakang sekolah.
Dia diam
Aku pun ikut diam
Hening...
Tak ada di antara kami yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya aku melihat pergerakan vero.
Dia tampak berusaha mengambil sesuatu di dalam kantong celana nya.
Aku memperhatikan nya. Hingga sesuatu itu keluar dan aku bisa melihat nya.

"Buku diary ku,,!!"
Aku membatin, tetapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Aku menunggu vero menjelaskan. Namun setelah sepuluh menit menunggu mulut itu tetap tak  bersuara. Aku memutuskan untuk pergi, aku lelah menunggu . aku berdiri, menepuk-nepuk belakang rok merah ku.
Aku pun beranjak. Akan tetapi , suara nya menghentikan langkah ku.

"Nesa, jika aku pergi apa yang akan kamu lakukan?"
Aku diam, tidak mengerti dengan arah pertanyaan nya. Pergi seperti apa yang dia maksud. Tahu apa anak kelas 3 SD tentang kepergian

"Mmmm,,,,"
Aku bergumam , bingung harus menjawab apa.
Karena tidak kunjung mendapat jawabab ku, dia pun bangkit, sedikit membersihkan belakang celana nya.
Dia beranjak, meninggalkan tempat itu, aku pun hanya sanggup melihat kepergian nya . Namun, setelah beberapa langkah dia pun berhenti  dan kemudian berbalik. Dia menatap ku , dengan tatapan yang sulit ku artikan  , setelah sampai di depan ku dia menyodorkan buku diary ku. Aku hanya menatap buku diary itu, berharap seuntai kalimat keluar dari mulut nya.

"Ini!!"
Aku menghela nafas lelah, tidak ada kalimat yang keluar dari mulutnya. Hanya satu kata dan itu pun tak memiliki arti apa-apa. Aku pun mengambil buku itu, kemudian beralih menatap matanya , ternyata dia juga sedang menatap ku. Bukan tatapan yang kulihat sehari- hari. Tatapan itu berbeda , ada sesuatu yang ingin dia sampai kan. Tatapan kami pun saling terkunci , hingga sebuah intruksi menghentikan aktivitas itu.

"Heh, vero. Ternyata kamu di sini,pantesan aku cari kemana-mana ga dapet. Tuh anak-anak udah bosan nungguin kamu , petak umpet macam apa ini?? Pemain nya pada ngilang."
Abdu terus mencerocos tak jelas. Vero pun berlalu , tidak menghiraukan ucapan abdu tadi.
Aku melongo. Tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Aku pun memutuskan meninggalkan tempat itu. Aku berlalu di depan abdu tanpa memandang nya sedikitpun. Abdu tak mampu berkutik dan turut mengikuti langkah ku.

***

Aku sampai di depan kelas. Menunggu kehadiran seseorang, siapa lagi kalo bukan vero. Setelah kejadian di taman belakang sekolah beberapa hari lalu , aku dan vero kembali berbaikan. Ahh, bukan berbaikan sejak kapan aku bertengkar dengan nya. Hanya saja setelah kejadian itu vero sedikit menjaga jarak dengan ku , namun kemaren, entah siapa yang memberi pencerahan kepada nya , dia kembali mau berbicara dengan ku.
Aku menyilangkan tangan ku di depan dada, sambil mataku mengawasi gerbang sekolah yang berhadapan dengan kelasku. Dengan tas yang masih bertengger cantik di punggungku aku pun melangkah malas menuju mejaku. Aku menjatuhkan bokong  di kursi sambil menenggelamkan wajah ku diantara lipatan tangan. Aku mencoba berpikir dimana vero , apa dia terlambat tapi biasanya dia tak pernah terlambat.  Aku menghela nafas gusar, sambil mengangkat kepala memperhatikan sekeliling. Semua kursi sudah di isi penuh , hanya tinggal satu kursi yang belum terisi , ya kursi vero.
Aku pun panik, tak biasa nya vero terlambat seperti ini.
Tak lama setelah itu bu Arini pun masuk, aku bingung ini bukan jadwal nya bu Arini mengajar di kelas ku. Tapi setelah mendengar berita yang di bawa bu Arini aku terpaku.

Vero pindah!!!!

Apa ini maksud dari pergi yang vero katakan??? Tapi kenapa secepat itu??

***

Maaf nunggu lama, lagi bingung nentuin lanjutan nya.

Cek typo

Mohon vote and coment

Thanks

KeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang