Matahari selalu ada. Dalam hidupku selalu kutanya letaknya. Entah di ufuk barat ataupun timur. Ah, itu hal biasa. Memang letaknya disitu, tapi hanya sepintas. Tentulah pergi lagi. Ketika pergi, ia akan kembali di pagi hari dengan ronanya yang sempurna. Aku mau tahu tempat tinggal matahari. Selalu kulihat di sudut mana saja.Sinarnya tidak lagi hinggap di bagian tubuhku. Tidak tahu juga apa maunya hidupku. Intinya masih mencari matahari yang timbul.
Ibuku pernah bercerita tentang dongeng negeri matahari. "Matahari tidak pernah pergi membawa sinarnya" Ibu mengakhiri ceritanya sambil menutup buku. Begitulah dongeng. Dongeng punya banyak bahasa untuk berkata tentang harapan. Aku bertanya lagi sampai detik ini, "adakah makna itu tidak pernah diucap?"
Begitu banyak dongeng berkata. Semakin aku percaya kalau kata orang dongeng itu hanya fiktif belaka. Aku hanya percaya pada jejak hidupku dari nasib Pencipta. Jejak hidupku ada dalam lembaran buku harian. Buku harian yang masih kusimpan menjadi teman tidurku. Maaf, memang hidupku hanya terisi dalam buku harian.
Selalu ada hal baru dalam hidup ini. Maksudku baru dipertanyakan. Matahari tidak mungkin terlepas dari jejak dalam buku harian ini. Dalam pekan ada celah ketika aku bisa membayangkan matahari yang terbit berjalan terbenam dan kembali lagi untuk hari baru. Entahlah. Biarlah. Sekalipun ini hanya imajinasi. Setidaknya hal itu yang membuatku terhibur.
Rumah ini tempat aku membayangkan indahnya cahaya matahari dengan sinarnya yang bersinar terang. Matahari semakin indah ketika mau menutup malam. Aku menyukai matahari senja. Senja sebuah langit dengan warnanya bercampur. Ayahku suka dengan senja. "Senja adalah hal terindah yang pernah dilihat Papa." Ia pernah berkata seperti itu kala usiaku delapan tahun. Sampai aku menamai setiap cerita dalam hidupku "Jejak Senja." Begitulah yang tertulis di halaman depan buku harianku.
Ada suatu malam ketika tanganku bergerak menulis. Ulangtahunku terasa sepi. Seandainya bisa kucari sedikit suara di rumah ini, tapi itu hanya kata angan. Ah, tenang masih ada suara angin dan bisikan pohon.
Hari ini umurku bertambah. Masih kutanya tentang tempat matahari. Mau tak mau aku menyadari bahwa sinar-sinar terang telah ada diatas langit. Hidup ini selalu membuatku bertanya. Buku Jejak Senja sudah terikat tentang mimpi ke tempat tinggal matahari. Tanganku berhenti di sebuah titik.

YOU ARE READING
Selembar Kuarto
General Fictionboleh saja orang berpikir bahwa hidup itu panjang. kalau mau diceritakan, bisa saja tertulis dalam selembar kuarto.