Takdir

75 3 0
                                    

Jika ini sebuah takdir
Cinta dan kebencian tidak akan pernah berakhir
Aku terus mencari cahaya dari gelap
Mencoba berteduh saat hujan
Namun jika aku terus berlari dari kerinduan
Aku takut kamu melupakannya
Aku akan menerimanya
Karena menerima cinta dan kebencian tidaklah meninggalkan dosa

⏳⏳⏳

"Bagaimana?"

Aku hanya diam tidak berani buat menjawabnya, apalagi menatapnya.

Sebenarnya aku shock, kaki kiriku pincang, bibirku juga berdarah, perih. Tapi aku terus berjalan beriringan bersamanya. Bersama dia yang entah siapa, akupun gak tau.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya lagi.

Dan aku tetap diam.

"Jawab!"

Sontak aku kaget.

'Apa-apaan sih ini orang, udah tau kaki aku pincang, bibir aku berdarah, masih berani nanya kenapa? Gak peka banget apa?!' pikirku

"Aku minta maaf." bisiknya hingga membuat telingaku hangat. Jantungku seolah akan meledak. Belum aku menjawab perkataannya. Tanpa disangka dia menggendongku dan membawaku ke suatu tempat.

Entah ini dimana tempat yang belum aku datangi sebelumnya. Tebing yang menjulang, bunga yang berserakan, danau hijau, serta langit biru yang membuatku merasa tenang.

"Indah" gumamku.

"Aku minta maaf karena datang terlambat."

"Gak apa-apa, harusnya aku yang berterima kasih, makasih yah. He he."

Kemudian aku duduk mencoba meluruskan kakiku yang sakit. Dengan mengambil napas panjang, seakan aku tidak percaya atas apa yang telah terjadi, 'apa ini mimpi?' Pikirku.

"Masih sakit?"

Aku hanya mengangguk pelan, ragu jika dia hanya basi-basi saja bertanya. Dengan menghela napas dia pun jongkok dan mengusap kaki kiriku sambil mengucapkan sesuatu. Entah apa.

Melihat dia seperti itu membuatku lupa akan dunia yang fana.

"masih sakit?" Tanyanya lagi.

Suara lembut itu membangunkanku dari lamunan tadi. Aku mencoba untuk merasakan kaki kiriku. Tidak terasa apa-apa. Sakitnya pun berkurang.

"Ehh, udak gak sakit. Kok bisa?"

"Jadi selama 18 tahun ini kamu gak bisa apa-apa?" dia menatapku dalam serta mengkerutkan keningnya.

"Maaf ya pak tua, maksudnya?"

"uhhhh, aku dikirim kesini cuma buat melindungi orang yang gak tau apa-apa! Sungguh merepotkan" ucapnya yang tiba-tiba ikut duduk disampingku.

Dengan menghela napas. Seolah dia lelah dengan apa yang terjadi. Atau bahkan dengan apa yang akan terjadi.

Apaan coba! Jadi dia pelindungku?! Aku bahkan mengharapkan seorang pemuda yang tampan dan gagah! pikirku yang sangat tidak percaya terhadap takdir.

***

"Putri manisku, kamu enggak apa-apa?" tanya ibuku setibanya di rumah. Dia terlihat shock melihat wajahku yang bengkak.

Pada saat itu aku di antar oleh Victor. Yaaaah Dia adalah pelindungku sekarang.

"Victor? Kamu ada disini?"

Victor hanya mengangguk pelan.

"Syukurlah kamu datang. Aku jadi lebih tenang sekarang"

"Apa? Ibu enggak salah? Apa ibu bahagia kalo dia ada disini? Aku justru takut bu.. Aku takut dengan adanya dia disini itu sudah membuktikan kalo aku segitu gak pantasnya buat hidup. Semua orang memburuku. Sebenarnya apa salahku bu? Aku bahkan gak pernah menyakiti siapapun!" aku marah sejadinya.

Mengingat kejadian tadi disekolah membuatku gila. Aku melepaskan pelukan ibuku dan berlari ke kamar.

Aku tutup pintu, aku tutup jendela. Gelap. Biar saja gelap. Aku tak peduli. Aku sedih, aku marah, aku juga kecewa. Kenapa aku enggak bisa seperti manusia lainnya? Tanpa harus memikirkan bagaimana cara mengendalikan semua ini, tanpa harus merasa takut karena selalu diintai selama bertahun-tahun.

Tok tok tok..

Terdengar suara ketukan di jendela ku. Ah, mungkin cuma ranting pohon jatuh, pikirku.

Tok tok tok...
Lagi.

Aku mulai takut. Apa lagi? Apa lagi? Tidak cukupkah hari ini menjadi hari terburuk dalam hidupku?

Tok tok tok....
Suara ketukannya semakin keras.

Dengan rasa takut, aku memaksakan diri untuk menghampiri. Tapi kemudian aku ragu, jangan-jangan itu adalah si setan tadi. Aku harus mengambil ancang-ancang. Kini aku mencoba untuk mengeluarkan kekuatanku lagi, setelah tadi pagi aku gagal, tapi sekarang aku yakin bisa. Api di tangan kiriku sudah bisa keluar, ini kesempatan bagiku, aku sudah bisa mengendalikannya lagi tanpa bantuan si Victor itu.

Perlahan aku langkahkan kaki, api di tanganku juga sudah siap diluncurkan jika tiba-tiba aku diserang.

Tok tok tok..
Lagi dan lagi!

"Aileen.. Aileen.." ucap orang di balik jendela itu.

Aku kaget. Itu bukannya suara Daniel ya? Gawat! Aku langsung mematikan api di tanganku. Dan dengan langkah cepat aku segera membuka gorden, terpampang jelas sosok Daniel dengan cengiran khas di wajahnya. Dasar! Pecicilan!

"Hey Aileen!"

"Daniel?!"

"Nih tas kamu ketinggalan"

Dia melemparkan tas coklat miliku, lalu pergi.

Aku terdiam melihat punggungnya yang semakin lama semakin tidak terlihat. Aku hanya sendirian dikamar dan ditemani angin malam yang dingin.

Apa dia melihatku tadi? Mengendalikan kekuatanku dan mengeluarkan api, apa dia melihatku dari luar? Hufthh... Apa yang salah dengan hari ini? Apa yang salah denganku? Aku sudah merusaknya.

Saat aku hendak menutup jendela kamar, dia kembali. Daniel kembali. Dengan napas berat dan keringat yang sedikit mengucur di keningnya dia mendorongku untuk masuk ke kamar dan menyalakan lampu kamar agar terlihat terang.

"Aileen duduk, dengar ya! mungkin ini bakalan sakit. Soalnya dulu aku juga pernah bengkak seperti kamu." ucapnya dengan tangan sibuk membuka kotak P3K lengkap miliknya.

"Kamu ingat enggak saat masih SD aku berantem sama Justin. Terus kita dihukum bersihin WC sekolah."

"Aku tau, kamu melakukan itu demi aku."

Mengingat kejadian dulu yang membuatku menundukan kepala.

Dengan pelan, dia mengambil daguku dengan tangan kirinya. Dan menempelkan perlahan kapas yang sudah dikasih obat ke bibirku dengan tangan kanannya.

"Aku gak peduli jika itu aku. Aku hanya takut kamu yang akan merasakan sakit. Dan aku juga gak papa kalo ternyata kamu gak akan menceritakan apa yang telah terjadi. Tapi aku gak mau melihatmu berakhir seperti ini Aileen! Kamutau kan? Itu membuat hatiku sakit!" tegasnya.

Daniel, coba aku bisa cerita apapun yang terjadi hari ini kepadamu, aku akan. Tapi ku rasa ini belum waktunya. Terimakasih selalu ada.

***

~bersambung~

Moonlight LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang