"drtttttt drttttt drrttttttttt" suara handphone bergetar
Tanganku mulai meraba-raba tanpa arah, mencoba menggapai sumber getaran dan akhirnya ketemu. Sambil mengusap usap mata, yang sudah tertutup 10 jam lamanya, yang menjadi pemandangan pertama selalu layar handphone. Waktu menunjukan pukul duabelas siang, yah waktu bangun normal bagi mahasiswa yang tidur pukul duabelas atau satu dinihari, ku lihat pemberitahuan di layar handphone tidak ada yang penting dan selalu sama setiap hari sampai terkadang merasa mengalami dejavu yang berkelanjutan. Bukan sms dari kekasih karena itu tidak mungkin, aku single dan bukan juga dari orang tua karena mereka pasti menelepon bila ada keperluan. Hufft aku tidak mengerti kenapa operator selalu mengirim pesan dengan bahasa yang sopan walau tak pernah ku balas, aku curiga salah satu operator adalah wanita yang mengagumiku "imajinasi".
Suara- suara panggilan alam di siang hari bersenandung tidak selaras dengan kicauan burung milik tetangga ada dilemma yang luar biasa aku rasakan kala suara yang bersumber dari perut ini mulai berderu, siangku di hadapkan dengan masalah yang begitu kompleks yang membutuhkan keputusan cepat tanpa toleransi. Aku tidak sempat membuat voting di social media untuk mengetahui keputusan terbaik dari kaum milenial, akhirnya kuputuskan untuk menghabiskan 15 menit pertama setelah bangun tidur di toilet. Sebenarnya itu pertanda lapar, suaranya menunjukan tanda lapar tapi kejadiannya berbarengan dengan letupan gas yang bersumber dari celah dua lengkung indah tubuhku. Ini adalah keputusan paling bijak bagi anak kost karena jika aku memilih menghabiskan 15 menit pertama untuk makan maka itu akan menjadi pemborosan dimana aku akan menghabiskan dana sarapan dan makan siang sekaligus dalam waktu yang singkat yang mana sebenarnya dana sarapan tersebut bisa disimpan untuk hari esok.
Kuliah sore itu membuat jam tidurku kacau, entah cara apa yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan ini. Mungkin aku harus menciptakan alarm dengan nada teriakan ibuku. Mungkin kebanyakan orang akan sadar setelah memulai petualangannya sendiri, bahwa bangun pagi itu adalah hal yang sulit di lakukan tanpa ibu. "terima kasih ibu" aku baru sadar bahwa teriakan ibu tiap pagi telah mengantarku sampai ke jenjang kuliah. Memulai kuliah di sore hari membuatku bingung harus mengerjakan apa untuk menunggu sampai waktu kuliah tiba, sebenarnya ada banyak pilihan pekerjaan yang bisa kulakukan mulai dari mencuci pakaian, menyapu, dan banyak lagi jika saja otaku dapat melawan besar gaya yang berlawanan arah dengannya aku sendiri bingung muncul dari mana sumber energy yang begitu besar hingga berhasil melawan ajakan-ajakan yang brilliant dari otaku. Suasana kamarku juga tidak seperti kamar anak kost lainnya, hanya ad lemari baju rangkap rak yang dipenuhi buku-buku hasil fotokopi, susunan dvd bajakan hasil beli dan pinjaman dari sepupu, sebuah laptop, sekardus mie instan "cadangan untuk kondisi kritis", gallon air minum, penghangat air dan beberapa piring.

YOU ARE READING
Catatan Dira
FanficAkan menjadi seperti apa cerita ini, penulis sendiri belum tau, untuk saat ini hanya mengalir karena Dira sering berbohong dan berungkali berubah pendirian.