SATU

2.2K 219 37
                                    

Song : A Way To Say Goodbye - Seven Lions

*****

"Bibi pasti bercanda."

Dia tertawa kecil lalu berkedip dua kali. Otaknya masih memproses perkataan wanita paruh baya itu barusan. Laki-laki itu baru saja pulang dari New York. Baekhyun bekerja di salah satu perusahaan musik terbesar di Amerika Serikat. Setelah hampir 5 tahun ia hidup di sana, Baekhyun pulang untuk berlibur sejenak ke Toronto, Canada. Tempat ia sekarang duduk menghadap sepupu dan bibinya.

"Baek, aku mohon bantulah sepupumu ini," mohon wanita paruh baya , bibi Baekhyun.

Baekhyun memijat panggal hidungnya. Gemas akan kelakuan bibinya yang satu ini. Apakah dia salah mendengar? Menggantikan sepupunya untuk pergi ke sekolah hanya dalam satu hari saja? Ini benar-benar gila. Lagi pula untuk apa dia menggantikannya? Apakah ada masalah?

"I just got here yesterday!" ucap Baekhyun sampai dia melotot ke arah bibinya itu.

Bibi menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa sangat frustasi sekali sampai William datang ke hadapan mereka berdua. Baekhyun mengernyitkan dahinya.

"Mom, sudahlah aku bisa--"

Tunggu.

"Apa yang kau katakan anak bodoh?!" teriak bibi dengan wajah memerah. William dan Baekhyun sama-sama terlonjak kaget. Bibi bangkit dan meraih kerah William kemudian memukuli dan menjambak rambut anaknya.

Baekhyun melompat dari sofa dan melerai dua orang itu. Baekhyun menarik lengan bibinya dengan terpaksa mundur sekedar melihat apa yang sudah dilakukan wanita itu. William memperbaiki bajunya dan memandang tak percaya pada ibunya.

"Ibu apa-apaan? Itu bukan salahku! Kenapa ibu memukuliku?"

"Aku melakukan ini agar kau sadar!"

"Mom! It's not my fault! Mr. Pa-"

"William!"

"Sudahlah, bi." lerai Baekhyun. Menarik kembali wanita itu ke tempat semula. Napas wanita itu terengah-engah ketika ia duduk kembali ke tempat duduk. Baekhyun memandang mereka berdua secara bergantian. Merasa heran ketika melihat dua sejoli ini bertengkar di depannya dann sebuah pertanyaan muncul di kepala laki-laki itu.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa aku harus menggantikan William ke sekolahnya? Apa ada masalah?" tanya Baekhyun dengan bertubi-tubi. Dia meminta penjelasan.

Bibi mengangkat dagunya dan bertemu pandang dengan Baekhyun. Bibirnya tertutup dan seketika membuat Baekhyun bingung. Dia mengalihkan pandangannya ke William dan William hanya beradu pandang dengan ibunya.

"So? Ada yang mau memberitahuku?tanya Baekhyun.

*****

"Aish, jinjja." umpat Baekhyun ketika dirinya keluar dari mobil sepupunya yang ia bawa dari rumah. Dia menginjakkan kakinya di halaman parkir. Bola matanya menyusuri parkiran dan mendapati beberapa orang sedang berlalu lalang dan matanya seketika tertuju pada satu kerumunan yang mengelilingi sebuah mobil.

Baekhyun berjalan sambil menjinjing ranselnya. Berusaha menghalau suara-suara yang berdesing disekitarnya. Ketika kakinya memasuki tengah parkiran, beberapa pasang mata tertuju padanya. Baekhyun berpikir apakah karena dia satu-satunya berwajah asia di tempat ini atau bukan, tapi dia salah. Mata mereka seperti merendahkan Baekhyun. Entah apa yang diperbuat oleh William sampai dia tidak mau sekolah. Baekhyun tak peduli. Dia hanya ingin menyelesaikan sesuatu karena itulah dia kesini.

Tanpa hambatan, Baekhyun berjalan masuk gedung dan mencari loker William. Sambil ia berjalan menyusuri lautan manusia penuh hormon, pandangan laki-laki itu menemukan sesuatu yang tak ia temui sewaktu ia sekolah dulu. Baekhyun menatap tak percaya pada pasangan yang sedang 'berhimpitan' di sebelah loker William. Tak jauh dari tempatnya aksi bully juga terjadi tanpa ada yang memperdulikan. Baekhyun melamun dan terhentak ketika seseorang menegurnya.

MésaventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang