Chapter 1

46 5 0
                                    

Suatu hari, di pagi hari yang cerah. Matahari sudah mulai merangkak menaiki singgasananya. Sinar Matahari menerangi seluruh benda dihadapannya.

Termasuk rumah bernuansa putih ini. Rumah kediaman keluarga Hyuuga. Rumah yang sangat luas, baik dilihat dari luar maupun dalam. Tidak hanya ruangannya bahkan halaman rumah tersebut pun sangat luas.

Di dalam rumah terdapat suatu ruangan yang dicat ungu sesuai warna kesukaan sang pemilik kamar.

Di pintu kamar tersebut terpampang sebuah ukiran minimalis yang mencetak namanya, 'Hinata' itulah yang tertulis disitu. Sang empu pemilik kamar berwarna ungu.

Hinata kini tengah terbaring dikasur queen sizenya, ditemani bantal, guling, dan selimut yang menjadi aset penting dalam kamarnya. Dia tertidur tenang meski jam waker berdering, dan teriakkan ibunya yang menggema dari balik pintu kamar.

Sampai ibunya mengetuk–atau lebih tepatnya menggedor pintu kamar hinata.
"Hinaataa! Bangun sayang! Ini sudah jam setengah enam, mau sampai kapan kamu tidur? Bangun nak, sekolah!"

"Lima menit lagi, Kaa-chan" hinata berbicara dalam tidurnya.
"Aish, kau ini. Bukannya hari selasa ini kamu ada pembinaan di sekolahmu" ujar Ibu Hinata dengan suara pelan "Sudahlah, terserah kau Hinata" ibunya menyerah membangunkan anaknya dari dunia mimpi.

.

.

.

I Hate It

Genre; Slice of life, Romance, dsb

Disclaimer; Naruto by Masashi Kishimoto

Warning; Cerita Absur, Alur kadang cepat and lambat, maybe typo(s), dsb

Happy reading

.

.

.

30 menit kemudian

"Huaaaaahh!!"
Drap drap drap drap drap
"Kaa-chan! Kenapa tidak membangunkanku dari tadi! Sekarang sudah jam enam! Aaahhh, aku bisa telaaat! Sial sial sial!"

Gyut! -_-#

Sret tuk
"A-ahh, i-itai Kaa-chan"
"Kau bilang apa Hinata? Aku tidak membangunkanmu? Jangan ngawur! Kaa-san sudah membangunkanmu dari setengah jam yang lalu tahu! kamunya aja yg gak mau bangun, –"

Keributan di pagi hari. Kini Hinata terduduk dilantai, mendengar ceramah ibunya, sambil mengelus kepalanya yang malang tertimpa guci kecil hiasan meja.

"–cepat mandi, hari ini kau ada pembinaan bukan?" Ibu Hinata selesai dengan ceramahnya, tak tega melihat anaknya yang–tengah terancam telat–mengelus kepalanya.

"Okaasan" seru Hinata dengan mata puppy eyes dan wajahnya dipenuhi binar binar cerah.

"Cepat mandi sana!" ibunya yang tak kuat melihat keimutan anaknya langsung melempar handuk tepat kewajah Hinata.

"Baik, kaa-san" Hinata terkekeh dan segera ke kamar mandi, sedangkan ibunya lanjut membenahi sarapan.

10 menit kemudian

Hinata kembali kehadapan ibunya dengan dandanan anak sekolahan.
"Hinata, sarapan"
"Ah, tidak Kaa-chan. Nanti telat" jawabnya dengan cengiran
"Hmm, sudah kuduga. Bawa ini" ibunya memberi kotak makan siang
"Jangan lupa dimakan!"
"Baik Okaa-chan"
Hinata menghampiri meja makan, mengambil gelas susu bagiannya dan meminumnya. Setelah selesai dia langsung berlari ke depan rumahnya.

Di halaman rumahnya sudah ada mobil pribadi milik keluarga Hyuuga sebagai transportasi antar jemput untuk Hinata.

Di depan pintu mobil Hinata berteriak, untung saja rumah ini cukup jauh dengan tetangganya.
"Kaa-chan, Itekimasu!"
"Ha'i Iterasai!"
Setelah mendapat jawaban ibunya Hinata masuk ke dalam mobil. Dia tak sendirian, ada supir pribadinya.
"Rin-san, kumohon cepat ya"
"Sesuai permintaanmu, nona"

Bruuum

Mobil berangkat meninggalkan bangunan dibelakangnya, melaju menuju sekolah Hinata. Awalnya mobil berjalan pelan, setelah jauh dari rumahnya kini mobil melaju dengan kecepatan yang semakin menaik.

Ckiit

Sampai di gerbang sekolah 'Konoha Girl Gakuen'
"Arigatou Rin-san"
Hinata langsung berlari menuju lapangan sekolah. Benar saja, murid-murid kelas 9 kini tengah berkumpul melaksanakan kegiatan pembinaan pagi.

~Selesai pembinaan pagi
Di kelas Hinata, kelas 9a
"Hinataaa, tumben kau telat?" tanya Ino
"Ahh, ituu aku–" ucapan Hinata dipotong oleh Sakura
"Telat karena bangun kesiangan, hm?"
"Ya begitulah" ujar Hinata sambil melet
"Aish malah melet" Ino mencubit gemas pipi Hinata
"Twapwwi wuu aa kewwiangwwn
(Tapi aku gak kesiangankan)" ucapan Hinata tidak jelas karena pipinya dicubit Ino
"Itu pertanyaan atau pernyataan sih?"tanya Sakura
"Sakura kau mengerti apa yang dia katakan?" Ino akhirnya melepas cubitannya, kini matanya menatap kagum Sakura.
"Ehh, entahlahh. Mungkin" jawab Sakura seadanya
Ino memandang Sakura dengan mata puppy eyes
"Sudahlah. Hinata jawab pertanyaanku" Sakura mengalihkan pembicaraan, sambil mengelus kepala Ino agar dia melupakan pertanyaannya pada Sakura.
Yang dielus keasyikan sampai melupakan tujuannya
"Hmm, entahlah. Mungkin"
"Jangan meniruku Hinata!" ucap Sakura marah.
Hinata hanya bisa sweatdrop.

~Pulang Sekolah

"Hinataaa, mau pulang bareng?" tawar Ino. Namun, Hinata menolaknya halus.
Akhirnya Ino dan Sakura pulang, meninggalkan Hinata sendirian di kelasnya.

Merasa jenuh di kelasnya, Hinata memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah. Kebetulan taman itu dekat dengan parkiran, jadi Hinata bisa menunggu jemputannya disana. Sampai di taman, Hinata duduk disalah satu kursi yang disediakan.

Angin berhembus menerbangkan helaian rambut Hinata. Lensa Amethyst itu tidak terlihat, bersembunyi dibalik kelopak matanya. Hinata menikmati ketenangan itu.

"Hinata-sama, mari pulang"

"Ah? Rin-san. Ah, baik"

Tak terasa jemputannya sudah datang. Hinata pun pulang ke rumahnya.
Di rumahnya Hinata disambut oleh ibunya, adiknya, dan para pelayan wanita.

"Tadaima, Kaa-chan, Hanabi-chan" Hinata mendekati Hanabi dan mengelus kepalanya.
"Okaeri, Nee-san"
"Okaeri"

Obrolan ringan di pintu depan rumah, Hinata pun pergi ke kamarnya. Dia mandi kemudian ke ruang makan untuk makan siang bersama.

~OTHER SIDE

"Sasuke, kau yakin?"

"Hn"

"Cih, jawaban apa itu? Kau sudah menyiapkan segalanya?"

"Hn"

"Heii, aku tau sifatmu dingin, tapi bukan berarti kau harus dingin pada kakakmu juga."

"Gomen"

"Hahh sudahlah, aku tak akan ikut campur"

"Hn"

"Entah aku harus bersyukur atau apa -_-#
Jaa"

"......"

Tinggal dia seorang di ruangan itu. Dia mendekati layar monitor. Tangannya terulur mengusap layar monitor yang menampilkan suatu gambar.
Dia menatapnya dengan mata hitam gelapnya, cukup lama hingga dia keluar dari ruangan itu.

To Be Continued..

I Hate ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang