Sudah menjadi sebuah tradisi sejak 17 tahun yang lalu, jika seorang gadis yang tengah menganjak dewasa harus melakukan ritual pemeriksaan spiritual. Ritual ini dilaksanakan demi mencari siapa yang memiliki potensi menjadi seorang Seele. Semenjak berita dari 17 tahun yang lalu mengenai Seele yang akan muncul membawa keselamatan dan kedamaian bagi Terrania, ritual ini masih akan terus berlanjut.
Setiap daerah diwajibkan mengirimkan para gadis mereka untuk melakukan perjalanan ke Central demi melaksanakan ritual tersebut. Tak terkecuali bagi Terely. Ia sebenarnya tidak ingin untuk bepergian jauh. Jangankan ke negeri nun jauh di sana, bahkan untuk melangkahkan kakinya demi mengangkat jemuran saja, ia tidak mau. Bukan karena malas, Terely lebih dikenal sebagai wanita aneh karena sering senyum-senyum sendiri. Semakin hari ia tambah semakin aneh. Terkadang ia bisa melamun seharian sambil duduk di tepi danau. Terkadang ia juga menangis tanpa ada sebab. Terkadang pula, ia berdiri di ujung jalan, seolah menanti seseorang yang akan pulang untuknya. Sampai-sampai ia dijauhi oleh remaja seumurannya. Namun ia tidak terlalu memperhatikan hal itu. Dia hidup di dalam dunianya sendiri.
Terely hanya pernah mengikuti pelajaran etika dan tata krama. Ia tidak membutuhkan orang lain untuk mengajarinya membaca, menulis dan berhitung. Ia sudah begitu cerdas tanpa memiliki guru. Seolah pengetahuan datang begitu saja tanpa ia perlu berusaha mencarinya. Sampai-sampai seorang bangsawan Arcadia hendak mengadopsinya. Dengan tanpa keraguan, Terely menolak mentah-mentah walau saat itu ia masih 12 tahun.
Semakin hari Terely tumbuh semakin dewasa. Selene, wanita yang merawat Terely, adalah orang yang sangat dicintai oleh Terely. Dia bukan ibu atau saudara kandungnya. Mereka tumbuh seperti layaknya dua saudari. Terely menganggap Selene lebih dari sekedar kakak atau wanita yang merawatnya.
"Terely."
Suara panggilan itu langsung didengar oleh Terely.
"Iya, Selene."
Terely langsung bangkit dari tempat tidurnya. Melangkah hingga ia sampai ke depan pintu rumah mereka. Ia mendapati Selene sudah memakai baju tempurnya. Terely perlahan memeluk Selene dari belakang.
"Kamu akan bertempur lagi, Selene?"
Mendapati sosok yang dia anggap sebagai adiknya itu khawatir, ia langsung berbalik dan mengelus lembut kepala Terely.
"Bukan, Terely. Aku hanya akan mengawal rombongan yang akan pergi ke Central. Bukannya kamu sendiri juga harus ikut, Terely?"
"Males..."
Melihat Terely seperti itu membuat Selene kegemasan. Ia mencubit-cubit pipi adiknya itu sambil tersenyum lega.
"Sakit tahu, Selene." Terely hanya bisa pasrah dengan kebiasaan Selene.
"Nanti kamu akan dijebloskan ke rumah tahanan jika tidak mengikuti ritual. Kamu yakin mau makan makanan yang basi?"
Mendengar perkataan Selene membuat perut Terely seketika mual. Ia tidak bisa membayangkan betapa tidak enaknya makanan itu. Ia pernah membawakan makanan itu untuk tahanan di sana. Itu salah satu pengalaman terburuknya.
Selene tertawa melihat reaksi adiknya yang sangat lucu. Sampai-sampai ia kelupaan kalau ia harus bergegas pergi.
"Aku berangkat duluan kalau begitu. Terely jangan terlambat ya." Selene berangkat setelah memeluk erat adiknya. Kemudian melambaikan tangannya dan berlari kencang ke arah pusat desa.
Melihat kepergian Selene membuat Terely kesepian. Sebelum mengenal Selene, ia tidak mengerti arti dari kata kesepian. Walau ia mampu tidak bergerak dari tempat tidurnya dan menghabiskan waktu membaca buku dari pagi sampai malam, itu tidak membuatnya kesepian karena ia tahu Selene akan datang kembali dan mengucapkan selamat malam untuknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/138350482-288-k304382.jpg)
YOU ARE READING
Seele's Journey
FantasySebuah perjalanan untuk menyelamatkan dunia dari serangan Megidolan, sang pembawa kehancuran. Perjalanan ini akan menguak semua rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun. Semua rahasia tentang Seele, Megidolan dan Makhluk Astral. Semua rahasia ten...