Setiap sepuluh tahun sekali, para pertapa yang mendiami kota suci, Central, mengadakan peramalan besar. Mereka berkumpul dalam sebuah aula besar yang disebut Grand Hall of Blessing. Mereka duduk sejajar di lantai membentuk barisan-barisan yang rapi. Mereka diam dan menunggu dengan tenang kedatangan pimpinan mereka, Elchiot.
Ketika Elchiot memasuki ruangan itu, semua orang menghadapkan wajahnya ke arah beliau. Elchiot berjalan dengan perlahan ditemani oleh dua orang penjaga di belakangnya. Hingga ia tiba di sebuah mimbar kecil yang berada di depan para pertapa. Elchiot langsung duduk di mimbar itu dan berkata dengan suara yang menggetarkan.
"Para Pertapa, hari ini kita akan melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Bantulah saya untuk bisa menyingkap sedikit dari rahasia langit. Apakah kesejahteraan yang akan menanti negeri ini? Ataukah kemiskinan yang akan melanda negeri ini? Demi melindungi seluruh penduduk Terrania, di sini, di tempat ini, saya ingin kalian membantu dengan segenap kekuatan yang kalian miliki. Demi kedamaian Terrania!"
"Demi kedamaian Terrania! Demi kedamaian Terrania! Demi kedamaian Terrania!"
Sahutan para pertapa itu menggema ke seluruh penjuru ruangan. Menggetarkan udara di dalamnya. Sahutan itu seolah menjadi pembakar semangat untuk mampu menghadapi hasil ramalan yang akan mereka terima.
Mendengar sahutan semangat dan melihat wajah para pertapa yang penuh harap, membuat hati lelaki tua yang bernama Elchiot itu semakin teguh.
Dengan lantang Elchiot berkata setelah mengangkat kedua tangannya, "Demi kehidupan yang ada di dunia dan di langit, di dalam tanah maupun di lautan, Izinkanlah daku melihat masa depan negeri ini!"
Seketika sebuah cahaya terpancar dari kedua tangan Elchiot. Cahaya itu bergerak dan menyelimutinya secara perlahan. Lelaki itu langsung merapal sebuah mantra suci yang diikuti oleh para pertapa. Lantas cahaya itu juga menyelimuti mereka.
Rapalan mantra mereka terus bergema di seisi ruangan. Seperti doa penggembala kambing yang memohon akan hari esok yang cerah. Seperti nelayan yang berharap agar lautan menjadi tenang. Seperti petani yang berharap tanamannya tetap jauh dari hama dan penyakit.
"SAMAI!" akhir dari ucapan mantra itu membuat seluruh cahaya langsung menerjang Elchiot.
Elchiot menahan seluruh cahaya itu dan mengarahkan tangannya ke atas. Elchiot langsung melepaskan seluruh cahaya hingga menembus atap ruangan itu. Cahaya itu seolah ditembakkan ke langit dan membentuk semacam pilar cahaya yang menghubungkan langit dan dunia. Pilar cahaya itu mampu menerangi seluruh kota suci Central. Tatkala orang di Terrania melihat cahaya itu, semuanya selalu memberikan waktu sejenak untuk berdoa. Dan berharap akan kebaikanlah yang datang untuk mereka.
Tak lama kemudian, cahaya itupun perlahan redup dan menghilang. Menyisakan Elchiot yang berdiri dengan tatapan kosong. Sudah beberapa waktu berlalu, Elchiot masih tetap dalam kondisi yang sama. Namun semua orang terkejut saat dia tiba-tiba berteriak histeris. Pengawalnya langsung berusaha menjaganya agar tidak terluka. Mendadak, Elchiot sempat kehilangan kesadarannya.
Seluruh pertapa menjadi resah karena hal tersebut. Mereka lantas mengerumuni sang pimpinan dan meninggalkan posisi mereka. Beberapa saat kemudian, Elchiot tersadar sambil mengulurkan tangannya ke depan.
"Kenapa gelap sekali di sini?" tanya Elchiot.
Semua hanya bisa kebingungan mendengarkan pertanyaan itu.
"Tidak, Wahai Pimpinan Agung. Di sini masih terang seperti biasanya." jawab salah satu pertapa.
Mendengar hal itu, seolah ia menjadi yakin akan sesuatu.
"Berati saya yang telah menjadi buta."
Sontak semua kaget bukan kepalang. Suasana riuh kembali.
"Tenanglah kalian. Saya membawakan dua berita untuk kalian." ucap Elchiot.
Ucapan Elchiot itu mampu menenangkan ketegangan para pertapa.
Dengan dibantu kedua pengawalnya, Elchiot pun berdiri walau sudah sangat kelelahan karena melakukan peramalam besar itu. Ia mengambil napas panjang sebelum mulai berbicara.
"Baiklah, Para Pertapa. Berita pertama yang saya sampaikan adalah kabar buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya... Ya. Belum pernah terjadi sepanjang sejarah Terrania."
Mereka kembali panik. Seolah rasa takut menyelinap bagaikan ular ke dalam pakaian mereka.
"Tenanglah!" Elchiot hendak menenangkan mereka sebelum melanjutkan ucapannya, " Bahkan dengan mengorbankan kedua mata ini, saya hanya bisa mendapatkan sedikit informasi tentang siapa yang membaca bencana ke Terrania."
"Siapakah dia, Wahai Pimpinan Agung?"
"Megidolan, sang pembawa kehancuran bagi manusia."
Semuanya hanya terdiam. Napas mereka seolah terhenti mendengar nama itu. Nama yang sedari dulu diketahui sebagai musuh dari semua manusia... kini akan menghampiri mereka.
"Berita yang satunya adalah berita yang memberikan harapan bagi kita semua, "Elchiot menarik napas panjang lagi, "Akan terlahir ke dunia ini seorang penyelamat yang hanya pernah diketahui dalam mitos kuno... Seele... untuk pertama kalinya... Seele akan muncul di dunia ini. Di Terrania...!"
Elchiot mengakhiri ucapan itu sambil berlinangan air mata, seolah ia sangat puas walau harus kehilangan penglihatannya.
Ia pun kehilangan kesadarannya.
Seluruh pertapa bersorak gembira mendengar Seele akan muncul di dunia ini. Seolah berita buruk mengenai Megidolan tak ada apa-apanya dibandingkan informasi kemunculan Seele. Seele yang mereka ketahui adalah penyelamat bagi manusia atas marabahaya dan perang yang terus berkecamuk di Terrania. Seele adalah harapan bagi mereka.
YOU ARE READING
Seele's Journey
FantasiSebuah perjalanan untuk menyelamatkan dunia dari serangan Megidolan, sang pembawa kehancuran. Perjalanan ini akan menguak semua rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun. Semua rahasia tentang Seele, Megidolan dan Makhluk Astral. Semua rahasia ten...