"Jo, bisa? Kotak itu berat lho, biar gua aja." teriak Carter sambil beranjak menuju Joan.
"Bisa" balas Joan dengan datar.
"Sini, biar gua"
"Gak, kan loe gak dihukum"
"Gak apa-apa, cuman mau bantu loe doank kok. Boleh kan?"
Joan hanya membalas dengan senyuman serta anggukan, menandakan bahwa Carter boleh saja membantunya. Disertai dengan tangannya yang mulai bergerak menyodorkan kotak itu kepada Carter.
Carter seharusnya hanya merebut kotak itu dari tangan Joan. Tetapi, dengan tidak disengaja ia membawa tangan Joan bersamanya. Ia lanjut dengan mengenggamnya dengan sangat erat.
"Lepas, Car"
"Maaf" kata Carter karena merasa bersalah, menaruh tangan Joan dengan lembut kembali kepada porosnya.
"Makasih Car, loe udah baik mau nolong gua, tapi gak gini caranya. Maaf, gua gak pernah punya perasaan lebih sedikit pun buat loe dari sekedar teman."
"Gak apa-apa, gua ngerti"
---
You must think that I'm stupid....
You must think that I'm a fool
You must think that I'm new to this
But i have seen this all before
Kata-kata itu terlontarkan dari mulu Alex, tetapi dengan sedikit melodi. Beserta dengan tangannya yang memetik guitarnya lembut dan pelan.
Apa-apaan laki-laki itu?! Bukanya membantu Alyssa yang ditugaskan untuk membersihkan toilet di ruang musik, ia malah bermain guitar.
Alyssa melongo, tidak bisa fokus membersihkan toilet, karena Alex sudah seperti magnet yang menyebabkan gagal fokusnya.
"Bagus" ceplos Alyssa dengan tidak sengaja.
"Why aren't you cleaning?" tanya Alex sambil mulai malu sekaligus sinis.
"Loe udah lama belajar main guitar?" tanya Alyssa mengalihkan pembicaraan.
"Lumayan"
"Kenapa harus lagu too good at goodbyes?"
"Karena lagu itu bring back memories banget buat gua"
"Loe pernah jatuh cinta sama seseorang?" tanya Alyssa dengan tatapan seolah ia telah melupakan semua tentang perasaannya pada Alex.
"Apa?"
"Jatuh cinta..."
Mata Alyssa membulat. Sepasang mata berbinar dengan penuh harapan mulai terlihat disana.
Alex hanya menjaqab dengan sebuah gelenggan kepala, menandakan hatinya masih belum terlalu peka akan cinta.
"Loe?" tanya Alex dengan polosnya.
Hati Alyssa berdebar dengan sangat kencang. Ia harus membuat sebuah pilihan saat itu juga. Antara jujur atau berbohong. Tetapi, hatinya belum siap untuk penolakan. Jikalau hal itu sampai terjadi, Alyssa bisa depresi.
"Pernah, dulu"
Alyssa berhasil. Ya, ia berhasil berbohong dan menghadirkan senyum palsunya.
"Apakah benar jatuh cinta itu sakit?" tanya Alex kembali.
"Kadang, kalau loe jatuh untuk orang yang salah" kata Alyssa lagi.
"Gua gak mau jatuh cinta ah, gak enak" kata Alex sambil mulai tertawa.