New Person

11 1 0
                                    

                         Tara'S POV

14 tahun berlalu...
Diri ini sudah menjadi perempuan muda yang masih mencintai hidup. Ya maksudnya masih ingin hidup
Tidak seperti seorang yang ada di dalam kotak besar elektronik itu. Dikisahkan ia adalah manusia yang sedang patah hati, jadi dia menyobek tangannya dengan pisau, lalu ia...


Pergi.


Sebelum ia melakukan aksi hebatnya, dikabarkan ia telah menulis sebuah surat. Yang pada intinya sang penulis ingin merasa BAHAGIA.

Aku hanya bisa tersenyum miris. Kenapa semua kreatur ini masih saja mencarinya. Padahal, hanya dengan bermodal hidup bahagia apa itu akan membuatnya sempurna?. "Bodoh" hanya itu tang dapat ku tuturkan setelah mendengar berita itu. Bagi ku hidup bahagia adalah suatu kemustahilan. Akupun memutuskan untuk meninggalkan tempat tinggal ku untuk menuju kampus. "Nek, aku pergi yaa" pamit ku kepada nenek yang sedang memasak. "Belajarlah yang rajin, biar kau bisa belikan nenek rumah baru" ucapnya keluar dari dapur. "Pikirkan dulu penyakit mu itu, jangan hanya harta di pikiran mu" lirihku yang seketika membuat iya tertawa. "Hati hati ya, jangan pulang terlalu larut" "iya nek, aku pergi dulu" aku pun memeluknya dan ia melakukan hal yang sama. Intinya hanya satu, aku sangat menyayanginya.

Ku memasuki wilayah kampus dengan malas. Realitanya bukan malas untuk menimba ilmu, tapi diri ini malas untuk bertemu dengan semua semua pemeran drama di kampus ini. Lihat saja, mereka telah siap dengan perannya masing-masing. Sangat tergambar jelas kalau mereka sangat mendalami peran. Ada yang masih belajar, dan ada yang sudah memiliki bakat itu sejak lahir. Ingin rasanya diri ini melenyapkan mereka. Tapi apa daya, tubuh ini tidak mengalami overdosis kekuatan.

"JANI!!" Dengan malas aku memutar tubuh ku. Oh! Hampir aku lupa. Ternyata masih ada manusia yang belum bisa memainkan perannya. Lebih tepatnya TIDAK bisa. Dia adalah Raksana Febiola Daud. Tapi karena kebodohannya itu lah aku hanya bisa percaya padanya. "Ehh jangan sok budek!!" Ambeknya karena merasa aku abaikan. "Nama ku Tara, T.A.R.A" ucap ku dengan sedikit penekanan pada nama ku. "Iya iya terserah mu jani, yuk ke kelas". Ahh sungguh lemas tubuh ini saat mendengar nama tempat itu. Ya asal kalian tahu, ini adalah hari pertama ku di tahun ke 2. Walaupun hari pertama, aku tetap tidak tertarik dengan tempat itu. "Bisakah kita tidak ke tempat menyedihkan itu?" "Yak! Kau ingin bolos di hari pertama? Jangan gila kau jani" Bentaknya saat mendengar permintaanku yang dianggapnya 'GILA' olehnya. "Tapi aku sangat lelah kesana, rasanya kaki ini sangat berat untuk melangkah kesana" ucap ku kepadanya yang tetap memaksa untuk menuju kelas. "Tak usah lebay, ayolah apakah kamu mau mendiang ibumu merasa sedih saat melihat anak cantiknya ini membolos hmm?" "YAK!! sudah kubilang jangan bawa-bawa ibu ku" Kesalku karena dia selalu membawa bawa ibuku saat aku merajuk. "Ke kelas atau tidak?" "Huufftt baik, aku akan ke kelas, tapi jangan pernah membawa ibuku lagi" Mendengus kesal ku menyerah. "Kalau kau bisa di atur" Tuturnya yang langsung mengambil langkah seribu. "YAKK!!! AIR RAKSA!!! JANGAN LARI!!!"

Kemalasan ku makin bertambah setelah mengetahui jam pertama kuliah ku adalah pelajaran sejarah. Disamping ku terlihat Raksanna yang sedak asik berkutik dengan papan panjang elektroniknya itu. "Hei, gara gara kau air raksa, aku jadi bosan" "Ku tak tahu kalau sekarang kelas sejarah" lirihnya dengan tampang 'sedikit' bersalah. Dan sekarang pertanyaan ku adalah, kenapa kita harus belajar sejarah?? Apakah masa lalu harus selalu kita ingat? Kan tidak. Mungkin akan indah jika itu adalah masa lalu yang menyenangkan. Kalau sebaliknya bagaimana? Apakah kita harus tetap mengingat masa lalu yang hanya menyakiti hati kita?









                        Rama's POV

KRIINGG!!!
KRIINGG!!!
Dengan lemas aku menekan tombol alarm itu agar terdiam. "Eenghh..." lirihku yang masih belum bisa terlepas dari rasa kantuk. Dengan pelan ku merubah posisiku hingga terduduk di atas kasur. "Kenapa kau cepat sekali" ucapku sambil melihat arah alarm. Terdiam diriku sejenak untuk mengumpulkan semua kekuatan ku untuk menjadi utuh. Ya utuh, karena kurasakan jiwa ku sedang bukan berada di tubuhku ini. Setelah merasa jiwa dan ragaku bersatu, aku pun beranjak untuk mandi. Namun sebelum itu aku harus melakukan satu hal. Kuhampiri meja di sebrang sana dan meraih figura wanita tua kesayanganku "Selamat Pagi Bu" ucap ku sambil mengecup figura itu. Kalau kalian mau tahu, aku hidup seorang diri disini. Karena kedua orangtua ku sudah hilang dan aku berpisah dengan adikku. Lebih tepatnya DIPISAHKAN. Walaupun sendiri, aku tetap merasakan kehadiran ibuku dirumah kecilku ini.

Hari ini adalah hari pertama ku masuk kuliah. Sebenarnya aku murid pindahan. Diri ini terpaksa pindah karena masalah keluarga, jadi aku mengasingkan diri di kota ini. Mungkin akan panjang jika aku menceritakan semua kisah perjuanganku untuk hidup dan bersekolah disini. Pada intinya aku sudah berusaha, dan Tuhan membalas semua usahaku ini dengan menjadikan diriku, Ramaldi Gusti Kencana, mahasiswa di kampus bergengsi ini dengan cara BEASISWA. Bukan ingin meninggikan diri, tapi memang itu kenyataannya.

Semangat diriku ini memasuki wilayah kampus. Sebenarnya tidak sepenuhnya semangat, karena rasa kantuk yang masih menyerang. "Wah besar juga kampus ini, lebih dari tempatku yang dulu" Kataku kagum dengan ukuran kampus ini. Sesungguhnya diri ini ingin langsung menuju kelas, tapi aku harus mengurungkan niat itu. Aku harus mengurus semua berkasku terlebih dahulu. Kupikir karena masuk dengan beasiswa tidak memperlukan banyak berkas, tapi ternyata dugaan ku salah, justru sangat memerlukan banyak sekali berkas. Mulai dari akte hingga surat surat pribadi ku lainnya. Sungguh merepotkan. "Semoga ini sesuai dengan rencana Mu" doaku sebelum memasuki gedung kampus.

KLEK...
"Akhirnya selesai juga" lirihku yang merasa pegal karena sudah hampir 4 jam aku duduk diruangan itu. Bukan karena mengerjakan test atau segala jenisnya, tapi menunggu semua berkasku selesai dikerjakan oleh staff kampus. Bayangkan saja kau duduk di sofa rada empuk, tetapi kau tidak melakukan apa-apa. Kerjaan mu hanya satu, yaitu duduk dan menunggu. Ya aku tahu itu 2 kegiatan, tapi dapat dijadikan satu.

Kulirik ke arah jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 10.47 . "Sudah jam istirahat rupanya" ucapku yang sudah mulai merasakan aura kelaparan di perutku. "Baik mari kita lihat apa saja yang mereka punya untuk memanjakanmu" kataku sambil mengelus-ngelus perutku yang sudah mulai mengeluarkan suara merdunya. Aku pun menyusuri kampus ini sekalian mencari posisi kantin. Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya aku menemukan tempat yang merupakan surga untuk perutku. Melangakah cukup cepat kaki ini menyusuri semua makanan yang dijajakan. Rasanya ingin ku beli semua makanan ini, tapi ternyata benda kotak kulit ini berkata lain. "Maaf ya perut, aku hanya bisa memberimu ini" lirihku saat hendak membeli bakso. Sembari menunggu pesanan ku selesai, aku beranjak pergi untuk membeli minuman. "Terima Kasih" kataku halus kepada sang penjual saat memberikan minuman Green Tea pesananku. Hendakku berbalik menunu tempat penjual bakso. Namun....

BRUGHH...







































Ahai masih pada lanjut baca
Makasih yaa udah mau baca
Tolong bantu aku dengan VoMen kalian, itu sangat berarti bagi raga ini.
Cinta kalian❤️❤️❤️❤️❤️

Pain(LY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang