Bad Habits

4 1 0
                                    

Tara's POV

"DEMI DEWA" lirihku seraya melepas lelah. Lebih tepatnya lelah raga dan pikiran. 'Alter ego', 'Anno Domini', 'Homo Homini Lupus' bayangkan otak kecilku ini menerima semua kata-kata asing itu selama 2 jam. Mendengarnya saja aku sudah muak, apalagi memikirkannya. Aku masih enggan pergi ke Tuhan dengan umurku yang sekarang.
Mencerminkan yang berbeda, disisiku telah berdiri manusia dengan kadar kecantikannya sangat minim yang tersenyum 'aneh' dengan terus menatap benda panjang elektroniknya itu. Tidak hanya tersenyum, ia pun tak segan segan menggegerkan seisi kampus dengan suara tawanya. "Hei air raksa, hentikan tingkah aneh mu itu, kau membuatku malu" Protesku yang merasa risih karena tatapan tatapan manusia lain yang menuju kearah kami berdua karena tingkah manusia disampingju ini. "Yaakk, berhenti memanggilku seperti itu" kesalnya sambil mempoutkan mulut kecilnya itu yang seharusnya memberikan kesan imut, tapi bedampak sebaliknya. "Ahh bukannya kau suka jika diriku memanggilmu seperti itu?" "Aku tidak pernah bilang begitu" bantahnya. Ya sebenarnya aku memanggil dirinya dengan nama 'Anna' tapi itu terlalu indah untuk kreatur Tuhan yang bertingkah aneh seperti dirinya. "Hmm kurasa nama air raksa tidak cocok untukmu" lirihku yang membuat iya bergerak seperti tanda setuju. "Ahh raksaksa lebih terdengar indah untukmu" imbuhku seketika membuat ia teriak "JANI!!!!!!". Sepasang alat gerak bawah milikku ini langsung melakukan tugasnya, yaitu membawa aku pergi dari sana dan tentu saja pergi menjauh dari Anna.

Acara kejar mengejar kamipun berujung di kantin. "Hahh haahhh larimu cepat juga, tak salah aku memberimu nama raksaksa" lirih ku yang masih tak percaya. Tak kusangka Anna bisa berlari lebih cepat dari pada diriku. "Hahh haahh apa kau hahh mengira mantan atlet renang hahh tidak bisa berlari??" Ucapnya yang sama lelahnya dengan ku.

"Sebagai gantinya, kau harus membelikan ku minum"

"Hei, kau kira aku ini ibumu??"

"Tapi aku lelah, dan ini juga gara-gara kamu"

"Hahh!??"

"Kau yang mengejek ku duluan"

"Kok jadi aku? Memang namamu yang cocok seperti itu. Ibumu memang pintar"

"Jadi ini salah ibuku?, hei kau dengar ya namaku ini mengandung makna yang sangat indah"

"Tapi tidak seindah dirimu"

"Kau kira ibumu memberi nama sesuai dengan dirimu? Aishh"

"..."

"Ahh, Jani aku.."

"Kau benar, aku tidak seindah ibuku"

Terdiam kami seketika. Mulai terputar kembali scene terburuk dalam hidupku. "Kau meminta minumankan, akan ku belikan" Kataku memecah keheningan yang terjadi diantara kami berdua. Ku beranjak dari sana untuk membelikan minum untuk anna. Tiba-tiba ada sesuatu yang menahanku. "Maaf" lirihnya pelan. "Sudahlah, jangan dipikirkan" ucapku menenangkan dirinya.
"Jika kau ingin minum, lepaskan dulu tangan ini" kataku yang melihat tangannya terus menggenggam tanganku. "Jangan jani, biar aku saja" jawabnya dengan kalimat yang familiar di telingaku

"buang wajah itu, muak aku melihatnya" 

"Hihi, sayang jani"
Ia pun melangkah menuju toko minuman. namun beberapa detik kemudian, ia memutarkan tubuhnya dan berjalan kearahku.

"Ada apa lagi air raksa?"

"Uangnya belum hihihi"

Mendengusku lelah dengan sikapnya ini. Seketika ku memberikan sejumlah uang kepadanya. Kupikir awalnya ia hanya membeli satu minuman, tapi...








Dia....







Dia...
















"YEAYYY TERIMAKASIH JANI!!!!"

"YAAKKK, APA-APAAN INI HAHHH, KENAPA KAU BELI 15 KALENG SODA!!???"

"Aku haus"

"TAPI KENAPA HARUS 15 KALENG, KAU PIKIR MURAHH!!??"

"Murah kok, hanya 20 ribu"

"20 ribu? Semuanya?"

"Tentu saja tidak, tidak mungkin ada toko yang menjual 15 kaleng soda seharga 20 ribu"

"Jadi?"

"APAAA!!?? ASTAGA DEWA"

"Kok jani kaget?"

"TENTU SAJA KAGET, SIAPA YANG AKAN MENGHABISKAN INI SEMUA!??"

"Tentu saja..."

BRUGHH!!

Suara seperti benturan yang sedikit keras itu membuat kami memindahkan fokus pikiran kami ke arahnya. Sepertinya bukan benturan antara benda keras dengan manusia, melainkan benturan antar manusia. "Ada apa disana? Kenapa ramai sekali?" "Aku juga tak tahu" lirihku. "Ayo kita lihat" Seketika Anna beranjak dari tempat duduk. "Yakk urusann kita belum berakhir, bagaimana dengan minuman ini? Yakk air raksa!!" Teriakku yang merasa didiamkan olehnya. Segera ku menyusulnya menuju ke kerumunan itu.





Rama's POV

"Aaahhh" kagetku yang merasa telah menabrak sesosok laki-laki yang mungkin...
Ahh maksudku laki-laki yang merupakan seniorku. "Ahh maaf, saya tak sengaja" tuturku dengan tangan yang bersadar diri untuk mengeluarkan saputangan dan membersihkan bekas tumpahan kuah makanan. "Singkirkan tangan kotormu itu dari situ" serunya seketika. Suara dari mulutnya itu senada dengan raut mukanya.

ANEH

Tatapan matanya sangat mengintimidasi. Mungkin semua manusia akan bergidik sedikit raganya karena itu. "Maaf, saya benar-benar tidak sengaja" ucapku dengan nada yang terkesan takut. Diriku sengaja melakukannya. Mungkin saja dirinya akan melunak dengan sikap hormatku.
Tapi kenyataannya tidak. Ia melakukan hal sebaliknya. Tapi, kenapa banyak mata yang mengarah kepadaku saat aku mengucap maaf? Apakah salah?. "Hei, Kau anak baru?" Tanyanya dengan nada yang sama. Aku hanya mengangguk. Melihat responku, ia mengeluarkan senyuman smirk yang mungkin bagi para manusia-manusia betina itu sangat tampan, dan menyeramkan bagi anak baru sepertiku. Tapi tidak bagiku. Karena diri ini berpikir kalau 'aneh' merupakan kata yang lebih tepat. "Pantas" kata salah satu yang mungkin merupakan temannya tapi lebih terlihat seperti bodyguard. Tiba-tiba pria yang merasa ku tabrak tadi meraih kerah bajuku dan mengangkatnya. "Kau harus tahu, bahwa manusia yang llada di hadapanmu ini sangat membenci kata MAAF" tuturnya dengan penekanan di akhir kalimat. Lebih tepatnya di bagian kata maaf. Baru kali ini aku berhadapan dengan mahluk seperti dia. Dimana manusia zaman sekarang yang haus akan kata maaf, dan selalu menuntut kata-kata maaf, ia justru membenci hal itu.

"Mari kita beri tahu salam perkenalan kita"

"Baiklah"

Ia melempar tubuhku kearah teman-temannya yang reflek menangkapku. Mereka pun menarikku dengan sedikit kasar.

"Lepaskan aku" Lirihku yang sudah tak nyaman dengan sikapnya ini. Apa maksudnya? Salam perkenalan? Kenapa harus bermain kasar. Ia sedikit terkejut dengan responku yang mungkin diluar ekspetasinya. Memangnya aku harus bersikap apa? Mengikuti kemauannya?? Apa kalian gila? Aku bukan budak mereka.

"Kau yang meminta" Kata sosok yang merupakan salah satu temannya. "David, serahkan dia padaku, kalian semua bubar" ucapnya kepada orang itu yang ternyata bernama David dengan menatap seluruh manusia disini dengan tatapan yang sangat mendominasi.

Seketika atmosfir tempat ini pun berubah. Dengan santai, ia berjalan mendekat. "Kau tidak ingin pulang dengan kehilangan sebagian tubuhmu bukan?" Ucapnya dengan nada yang dibuat seram. Mungkin bagi jiwa yang lain akan merasa terancam, tapi jiwa ini tidak. Karena sudah ada manusia yang telah melakukan hal yang paling menyeramka terhadapku. Ia dengan kasar menarik tangan ini dan dengan sigap kuberikan respon menolak. Terkejut dirinya dengan respon ini. Tersirat aura kemarahan pada wajahnya. "David benar, kau yang meminta". Selepas mengucapkan kalimatnya, terlihat dirinya yang berancang-ancang untuk melakukan sesuatu yang sudah pasti adalah memukul. Tangan inipun sudah siap jua untuk menangkapnya. Ya kalau kalian belum tahu, aku adalah atlete Muay Thai, jadi aku pasti bisa menangani situasi seperti ini. namun ada tangan lain yang sudah menghentikannya.







HAI HAI HAI!!!!
Hehehe author balik nih
Semoga kalian ga bosen nungguin si cantik jelita ini update. Jangan lupa buat VoMent ya teman. Sayang kalian❤️❤️❤️❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pain(LY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang