2.You

16 5 1
                                    

Adzan shubuh telah menggema dari penjuru hingga ke pelosok.
Dengan segera Aurel menyibakkan selimut,duduk sebentar,lalu beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu.

Setelahnya ia menuju tempat sholat.

Setelah melakukan kewajibannya sebagai muslimah,ia membantu ibunya. Sudah menjadi rutinitasnya setiap hari seperti itu.

Kemudian ia akan belajar,hanya mengulang sedikit materi saja.
Ketika ia tengah membuka buku fisikanya,benda pipih berbentuk persegi panjang itu mengalihkan perhatian Aurel karena bunyi deringnya.

Ternyata itu video call dari David.

"Pagi pandaku". Ucap David di seberang sana.

" Gimana kejutannya tadi malem,berkesan gak?". Lanjutnya.

"Biasa aja". Jawab Aurel seenak jidatnya,namun itu hanya bercanda saja sejujurnya ia terkesan.

"Huffft," David nampak menghela nafas.

Dari situ Aurel merasa tak enak.
"Ngga kok, aku malah berterima kasih padamu karena kamu membuat hariku lebih berkesan dari sebelumnya," kataku sembari tersenyum manis.

"Hmm, ngegombal nih ceritanya?,"

"Ya udah sih, aku tarik lagi kata-kataku," dengan muka cemberut.

Dari balik pintu terdengar suara.
"Aurel! Kamu mandi dulu nak udah jam setengah 6,ntar kamu sekolahnya kesiangan lho".
Aurel memutar kepalanya ke arah sumber suara.

"Iya bu".
Lalu kembali menghadap ponselnya.

"Udah dulu ya ,aku mau mandi".

"Hmm , pantesan aja bau,"

"Hah! Bau?. Perasaan kamu ngga disini deh?," dengan muka bingung.

"Kata siapa? Entah kamu sadar atau ngga aku selalu ada disisimu,"

Perkataan Dave membuat pipiku merona, kututup sambungan telepon secara sepihak.

Kulangkah kakiku dengan senyuman yang mengembang ditemani hati yang bahagia layaknya burung yang terbang tanpa beban.

***

Kini David tengah menikmati sarapannya dengan ayah,ibu,dan kakaknya.

Tidak ada obrolan,hanya bunyi dentuman antara sendok dan garpu yang mengisi kekosongan.

Lalu ibu David membuka percakapan.

"Dave,tadi malem kamu kemana. Kok pulangnya larut banget?".

David melihat ibu yang kini tengah menatapnya.
"A-aku?  tadi malem banyak tugas,jadi sampai larut Bu".

Kemudian mereka melanjutkan sarapan masing-masing.

'Maafkan aku!,' batinku

Pasal hubungan mereka?  Ibu David tidak tau-menau tentang hubungan mereka,karena percuma saja jika David memberi tahukan hubungannya pada ibunya hanya penolakan lah yang akan ia terima.

Itu jelas karena mereka berbeda keyakinan. Dan jika salah satu dari mereka ada yang mengubah keyakinan, barulah mereka akan disetujui.

Namun itu semua kembali pada kekokohan hati masing-masing.

Setelah menyelesaikan sarapannya, David mengambil jaket nya lalu berpamitan pada orang tuanya juga kakaknya. Kemudian melesat pergi ke sekolah, ralat -pergi ke rumah aurel-

Sesampainya David di halam rumah Aurel, ia membuka helmnya dan turun kemudian masuk.

Belum genap tangannya mengetuk pintu, seseorang telah membukanya.
Siapa lagi kalau bukan ibunya Aurel.

"Eh nak David!". Sapa Ibu Aurel.

"Ibu!". Balas David sambil mencium tangan Ibu kekasihnya itu. Cukup sopan.

"Aurel,cepat nak. Ini David sudah datang!". Ucap Ibu Aurel sedikit keras.

"Iya bu sebentar ,"
Beberapa detik kemudian Aurel muncul.

"Udah kamu cek semua barang kamu? Nggak ada yang ketinggalan kan?". Tanya Ibu.
Aurel menggeleng.

"Ya udah bu, Aurel pamit dulu" lalu mencium tangan Ibunya.

"Assalmualaikum".

Kemudian David pun berpamitan dan juga kembali mencium tangan Ibu kekasihnya itu.

***

Entah kenapa hari ini David tidak konsen pada apa yang tengah guru jelaskan di depan.
Ia berkali kali melihat ke arah luar jendela.

Perasaannya sangat rindu sekali pada kekasihnya yang tengah mengikuti pelajaran olahraga.
Bahkan guru yang tadi tengah mengajar di depan,tersita perhatiannya dan menghampiri David.

"Dave!".

David terkejut dan mengelus dadanya.

"I-iya bu?". Tanya David gugup.

"Apa yang sedang kamu lihat di luar?". Tanya guru yang diketahui bernama Naomi yang merangkap sebagai guru  Matematika itu.

"Ee- ee.. Anu s-saya lagi__".

"Lagi merhatiin pacarnya tu bu!". Sela teman sebangkunya yang menjawabnya dengan seenak jidatnya.

Bu Naumi nampak menghela nafas.

"Dave. Kamu mending konsen dulu sama pelajaran kamu ya, nanti istirahat kan kalian bisa ketemu. Jadi tolong sekarang hargai Ibu yang sedang mengajar oke".

David mengangguk mendengarkan nasihat gurunya tadi,dan menatap horor ke arah teman sebangkunya.

***

"Hahhh...Panasnya". Keluh Aurel.
Lalu karena ia tak membawa air minum, ia memutuskan untuk ke kantin. Sebenarnya ia malas karena lelah sehabis olahraga,namun dirinya juga kehausan. Jadi apa boleh buat.

"Bu,air mineralnya satu"
Lalu ibu kantin mengambil botol minum yang dimaksud Aurel.
"Berapa bu?"
"3ribu aja de".
Lalu Aurel memberikan 1 lembar uang bernominal 5 ribu itu pada bu kantin.

Aurel berusaha keras membuka tutup botol minumnya yang masih tersegel rapih itu.
Berkali-kali itu juga ia menggerutu.

"Sini aku bantu buka!". Ucap seseorang dan membuat Aurel mendongak karena posisinya kini tengah duduk.

"Kamu__". Terkejut.

.

.

.

.

.

Dorrrrr!!!
Serius amat say. Sante aja masih dilanjut kok cuma dibuat penasaran dulu oke.

So tunggu chapter selnjutnya ya.
See you :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Different Faith Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang