Underneath the Dark (3)

20.6K 640 6
                                    


2 hari setelah kejadian itu, Ayu melakukan tugasnya seperti biasa. Ia belum berani mencari pekerjaan. Malam pun hanya ia lalui dengan mendengar Radio. Terkadang ia bisa tidur terkadang ia bangun karena mimpi buruk terus menghantui. Mas Eko cemas akan keadaan adiknya, ia mencoba sedikit-sedikit mengajaknya ngobrol. Atau saat pulang kerja ia mengajak Farah.

Farah bekerja di gudang penyimpanan toko online. Ia adalah janda beranak satu yang cerai dengan suaminya. Farah akrab dengan Ayu serta anak perempuannya. Terkadang Farah dan anaknya menginap di rumah Mas Eko.

Pagi-pagi setelah mas Eko dan Farah berangkat bekerja, Ayu mendengar ketukan pintu saat ia sedang mencuci piring. Bergegas ia menuju ruang depan dan dilihatnya dari jendela ada seorang wanita paruh baya berbaju jas, dua orang berbadan besar berbaju hitam dan seseorang yang ia kenal. Ia melihat Pak Bram, pria paruh baya yang menolongnya tempo hari.

Ayu mencoba untuk mengusir prasangka curiga. Ia berharap Pak Bram bermaksud baik untuk mengunjunginya. Dengan enggan Ayu membukakan mereka pintu.

"Ayu, apa kabar, kenalkan ini owner Star Karaoke, kami ke sini datang untuk minta maaf dan memberi santunan" Kata pak Bram sopan.

Ayu mempersilahkan mereka masuk, "Maaf pak duduknya lesehan. Maaf juga tempatnya tidak layak."

"Ow nggak apa-apa... Saya santai kok." Bram duduk di tikar ditemani seorang wanita dan kedua pria berbadan besar itu.

"Saya ambilkan minum dulu" Kata Ayu sopan.

"Tidak usa repot Yu, ini kami bawakan makan siang untukmu, mari duduk dulu kita bicara." Kata pak Bram pelan.

Ayu duduk menghadap mereka, menatap dengan enggan. "Maaf, kedatangan kalian kemari, ada apa ya?"

"Jadi begini..." Ibu itu berbicara "Kita mungkin belum kenal ya, nama saya Ross, dan kejadian kemarin lusa itu adalah kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Kami pihak manajemen memang melarang kejadian asusila di tempat kami. Tapi, tidak bisa dipungkiri, jika tempat kami itu menjadi ajang transaksi. Tindakan asusila di luar Karaoke bukan tanggung jawab kami. Memang beberapa pegawai ada yang seperti Ayu. Hanya bekerja. Tapi lebih banyak yang nakal. Saya mohon pada nak ayu. tolong kejadian kemarin jangan disebar luaskan, apalagi dilaporkan ke polisi. Ini santunan dari kami." Ibu itu menyerahkan amplop coklat cukup tebal. Ayu meraih amplop coklat itu dengan enggan belum pernah dalam hidupnya ia melihat uang sebanyak itu.

"Yu, teman saya kemarin itu mabuk, ia baru cerai dari istrinya. Saya tahu itu menyakitkan untuk Ayu. Tapi semua belum terlambat, maafkan kawan saya, maafkan saya."

"Iya pak Bram, Bu Ross, saya tidak tau apa-apa soal transaksi itu. Tapi kejadian kemarin saya sudah anggap musibah."

"Kami yang salah Yu." Kata ibu Ross.

"Boleh saya tanya satu hal pak?" tanya Ayu pada pak Bram.

"Iya silahkan..."

"Kenapa malam itu bapak menolong saya? Sampai kepala bapak berdarah?"

"Saya ingat anak gadis saya Yu, sekarang ia baru masuk kuliah. Semenjak saya cerai dari istri saya selalu kangen. Pas kemarin melihat kamu diperlakukan seperti itu, entah mengapa saya seperti melihat anak saya."

"Terima kasih pak..." Ayu mengangguk pelan.

"Oh, iya satu lagi Ayu. Ini permintaan saya yang agak berat. Bapak kemarin itu adalah anggota DPR. Dia bisa mencarimu untuk tidak melapor dan tidak mengancam jabatannya. Jadi, bisa minta tolong?"

Ayu mengerenyit tidak mengerti.

"Tolong pindah, kemanapun kamu mau dan ini kebetulan saya punya teman yang membutuhkan pegawai." Bram menyerahkan kartu nama putih.

Lust of Desire [SUDAH DITERBITKAN DI CABACA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang