Ps: bijaklah sebagai pembaca. Setidaknya cukup menekan tombol vote, kamu sudah menghargai suatu karya orang lain.
***
I loved her not for the way she danced with my angels,but for the way the sound of her name could silence my demons. -Kevin
(By Christopher Poindexter)
***
Setelah melakukan perdebatan panjang dengan Kevin, akhirnya Cindy dapat membawa Gerry ke rumah sakit. Tentunya berkat Kevin yang secara lapang dada memberikan tumpangan mobil. Sejujurnya Kevin enggan mengantar Cindy dan Gerry sebab ia tak suka melihat kedekatan keduanya yang seolah sudah sangat akrab satu sama lain.
Belum lagi dalam perjalanan menuju rumah sakit, Cindy memilih duduk di bangku belakang bersama Gerry. Berkali-kali pula Kevin melirik kaca spion. Memperhatikan Cindy yang menahan pendarahan di kepala Gerry dengan sapu tangannya.
Apa yang bisa Kevin lakukan? Tidak ada. Cowok itu menahan setengah mati rasa cemburu yang luar biasa besarnya. Ibaratnya jika diukur dari 1 sampai 10, rasa cemburu Kevin telah melebihi ambang maksimal yang seharusnya.
Kevin sendiri tak mengerti mengapa ia bisa begitu tidak suka melihat Cindy berdekatan dengan laki-laki lain. Bahkan ketika masih menjalin hubungan dengan Ayu, tingkat kecemburuannya tidak sebegini parahnya.
Gadis berhidung mancung itu menghampiri seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang perawatan. "Bagaimana, Sus?"
Perawat berseragam putih itu tersenyum seraya berkata. "Hanya benturan ringan di kepala. Pasien sudah diperbolehkan pulang."
"Yakin, Sus? Tadi darah yang merembas di kepala Gerry banyak banget." Cindy mulai menunjukkan kecemasannya.
Perawat itu kemudian mengangguk yakin. "Menurut dokter yang menangani, luka di kepala Gerry tidak terlalu serius. Dalam beberapa hari akan sembuh."
"Lo nggak percayaan banget sih. Dia nggak apa-apa." Kevin yang sedari tadi berdiri di belakang Cindy pun ikut berkomentar. Gemas akan sikap Cindy yang keras kepala dan terlalu berlebihan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Cindy melengang masuk ke dalam ruang inap Gerry. Meninggalkan Kevin yang termangu karena merasa diabaikan. Bahkan gadis itu sama sekali tak menanggapi ucapannya.
Kevin berdecak kesal lalu mengacak rambutnya frustasi. Andai saja bocah ingusan itu tidak sedang dalam keadaan terluka, bisa dipastikan Kevin yang akan memberikan luka di wajah Gerry.
"Ger, gimana masih sakit?" Cindy menghampiri bangkar Gerry. Rupanya Gerry telah duduk di tepian bangkar. Sehingga Cindy menjatuhkan dirinya duduk di sebelah cowok itu.
Gerry memandang lama wajah Cindy. Seragam yang dikenakannya telah acak-acakan. Baju atasannya tampak keluar. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Setelah kecelakaan terjadi, entah mengapa orang pertama yang terlintas dalam benaknya adalah Cindy. Bukan Mama atau Papanya.
Begitu Cindy datang, kentara sekali raut Cindy begitu panik melihat keadaannya. Jadi inikah rasanya diperhatikan oleh seorang kakak? Sampai detik ini Cindy belum mengetahui bahwa dia dan Gerry mempunyai ikatan darah yang sama.
![](https://img.wattpad.com/cover/127747679-288-k548500.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDE (END)
Fiksi Penggemar[Completed] Cindy Alexandra Xavier--cewek jurusan sastra inggris Universitas Nusantara udah lama suka sama Kevin--si ketua SEMA Universitas Nusantara. Cindy yang supel dan gayanya yang serampangan berbanding terbalik dengan Kevin yang dingin serta s...