The Sixth Valentine

1.4K 76 11
                                    

The Sixth Valentine

By : Shim


-------------------------------------------------------------------------


Singto POV


#Valentine Pertama


Hari itu pertama kali aku melihatnya. Seorang mahasiswa ekonomi tahun pertama yang entah bagaimana begitu menarik perhatianku. Wajahnya yang manis, tawanya yang renyah, sangat mempesona. Aku terus memandangi pria manis ini. Sesekali ia menyibakkan rambutnya ke belakang dengan santai, sambil tertawa ketika temannya bercerita tentang hal-hal konyol yang membuat ia kegelian. Setelah beberapa menit memandanginya, ia tiba-tiba juga memandangku. Saat itu adalah pertama kalinya mata kami berdua bertemu. Ia tersenyum kepadaku. Aku pun membalas senyumannya dengan canggung, sambil pura-pura meneguk segelas jus jeruk yang aku pegang."Krist Perawat, 22 tahun, mahasiswa ekonomi tahun pertama. " Ujar Godt, kawanku memulai pembicaraan pagi itu.Aku menggedikkan bahu, "Aku kan tidak tanya." Ujarku menggoda."Tapi kau memandanginya terus, Sing. Bilang saja kalau kau mau berkenalan dengannya.""Jangan sok tau!""Hahahah.. jadi, begini ya, kalau kau jatuh cinta? Hahha... sudah, kau tunggu disini ya." Ucap Godt sambil bangkit dari kursinya."Eh, kau mau kemana?""Menemuinya.""Ha? Menemuinya? K-Kau.. mengenalnya?""Mengenalnya? Hahaha... tentu saja bodoh! Dia itu juniorku saat aku SMA. Kami pernah satu komunitas futsal juga.""B-benarkah?""Ah, kau cerewet sekali. Sudahlah, kau tunggu disini." Godt melangkah ke arah meja pria itu. Lalu, dengan gayanya yang sok-sok akrab, Godt berhasil membuat pria itu mau mengikutinya. Mereka berdua pun berjalan ke arah mejaku. Saat itu entah kenapa, jantungku berdetak sangat cepat. Keringat mulai bercucuran. Aku seperti orang ling-lung. Tak tau harus berbuat apa. Yang bisa aku lakukan hanyalah memakai senjata yang sama. Pura-pura meneguk jus jeruk di hadapanku."Sing, ini Krist, adik kelasku saat SMA dulu. Krist, ini Singto, teman sekelasku." Ujar Godt, yang sudah mirip seperti panitia biro jodoh."Sawadee Khrub, P'Singto, aku Krist." Ujar pria itu sambil menjulurkan tangannya. "Singto." Ujarku singkat sambil menjabat tangannya. Pria itu tersenyum lembut. Lalu menarik kursi dan duduk disana."Jadi, kalian mengambil jurusan apa?" Ujar Krist. Aku dan Godt hanya diam tak menjawab. "Kok kalian diam saja?" Ujar Krist."Emm... yang kau Tanya siapa, Krist? Aku atau Singto?" Ujar Godt. Krist tertawa renyah. "Hahaha... Au P'Godt. Aku bertanya pada kalian berdua. Bukankah kalian bilang kalian satu kelas?""Abaikan dia Krist. Dia memang agak sedikit gila. Kami kuliah di jurusan Art and Communication, Krist.""Oohh..." Krist manggut-manggut"Eum.. ngomong-ngomong, kau dan Godt, sudah kenal lama, Krist?" Tanyaku lagi."Iya P'. P'Godt ini kakak kelasku, dan kami pernah satu komunitas futsal juga." Ucap Krist menjelaskan"Aku kan sudah katakan itu padamu tadi, Ai'Sing," Godt memasang tampang tak berdosanya sambil garuk – garuk kepala.Aku langsung memelototi Godt yang bodohnya setengah mati karena tidak bisa membedakan mana obrolan basa-basi dan obrolan tidak basa-basi. --00--


Krist POV


#Valentine kedua


Malam itu, kampus kami sedang mengadakan acara besar-besaran untuk merayakan Valentine. Acara itu benar-benar diselenggarakan dengan sangat megah dan mewah, dengan panggung besar dan pencahayaan luar biasa. Semua mahasiswa-mahasiswa disini menyambut acara itu dengan meriah dan suka cita, terutama bagi mereka, para pasangan-pasangan bodoh yang ingin merayakan apa yang mereka sebut dengan hari kasih sayang itu. Tentu, mereka tidak akan melewatkan acara ini begitu saja.Namun tidak begitu denganku. Valentine bagiku hanyalah merupakan sebuah kata yang tidak berarti apa-apa. Bagiku, valentine itu sama dengan hari-hari lainnya. Tidak ada yang spesial. Karena aku masih juga tidak memiliki siapa-siapa di hari valentine ini. Jika aku tidak bisa merasakan kasih sayang itu, bagaimana bisa aku merayakan valentine, bukan begitu?Sebenarnya aku juga malas datang kemari. Jika saja Bank tidak memaksaku untuk menjadi drummer band nya yang menjadi salah satu bintang tamu di acara ini, aku tidak akan pernah mau hadir di acara tidak penting seperti ini.Setelah menyelesaikan penampilanku, aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan acara tersebut untuk mencari udara segar. Menjauhkan diri dari hiruk pikuk para pasangan bodoh yang saling mengumbar kemesraan.Aku tidak iri, hanya terganggu saja dengan perilaku menggelikan mereka.Ketika aku keluar dari area kampus, tidak sengaja, mataku menangkap sosok berperawakan tegas, sedang berdiri di Taman depan Kampus, memandangi air mancur yang ada di kolam di depannya.Aku tersenyum gugup, tentu, karena aku mengenal betul sosok itu.Sosok itu.. yang sudah berhasil merebut seluruh perhatianku setahun belakangan. Tapi walau begitu, aku tidak pernah punya nyali untuk menyatakan perasaanku yang sesungguhnya padanya. Karena dengan kebodohanku, aku jatuh cinta pada seorang pria.Pada seorang Singto Prachaya yang tampan dan lemah lembut. Aku tidak tau, bagaimana aku bisa berakhir dengan mencintai seniorku itu, tetapi itulah kenyataannya. Itulah yang aku rasakan selama ini kepada P'Singto. Namun aku tidak yakin, apakah P'Singto bisa menerima jika dia tau yang sebenarnya terjadi. P'Singto benar-benar lelaki yang sempurna. Apa jadinya jika dia tau, ada seorang lelaki lain yang mencintainya?Aku tidak mau mengambil resiko untuk kehilangannya."Kit? Kit, kau kah itu?" P'Singto membentangkan jari-jari tangannya di keningnya, untuk melihatku lebih jelas.Pencahayaan yang temaram malam itu, memang memungkinkan kita bisa salah mengenali orang. Karena itulah, daripada menjawab, aku mempercepat langkahku untuk menghampirinya."Ternyata benar kau, superstar." Candanya.Aku tersenyum kecut, "Superstar apa maksudmu P'?""Au, kau tidak tau? Kau benar-benar menjadi sorotan malam ini, karena permainan drum mu itu. Tidak ku sangka, ternyata kau hebat juga," "Kau baru sadar kalau aku hebat?"P'Singto tertawa kecil, "Aku sudah tau itu sejak dulu. Itulah kenapa aku tertarik padamu." Ucapnya lagi.Aku tertegun."Tertarik padaku? Apa maksudnya? Apa jangan-jangan dia... tidak! Tidak! Itu tidak mungkin! Bahkan jangan pernah berharap Krist!" Aku berusaha meluruskan kepalaku kembali."Emm.. Kau sedang apa sendirian disini, P'?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.P'Singto tersenyum melihatku. Seakan dia memang mengharapkan kehadiranku disana.Atau itu hanya imajinasiku saja? Entahlah."Aku tidak suka dengan keramaian disana. Karena itu, aku kemari untuk mencari udara segar." Ucapnya. "Kau sendiri, sedang apa disini?"Aku menggedikkan bahu dan menghela nafas, "Sama P'. Aku malas melihat pasangan-pasangan bodoh yang sedang bermesraan di dalam sana."P'Singto tertawa kecil, "Kenapa? Kau iri pada mereka?""Untuk apa juga iri P'? Aku hanya kesal saja.""Kalau begitu kenapa kau tidak mencari kekasih saja? Mungkin dengan begitu, kau bisa juga merasakan apa yang mereka rasakan."Jantungku kali ini berdegup cukup kencang, ketika tiba-tiba P'Singto menatapku dengan intense."Bagaimana dengan P' sendiri? P' kan juga tidak punya kekasih?""Kalau begitu..." P'Singto terdiam sebentar, tertunduk dan mulai menarik nafas dalam-dalam.Aku sedikit bingung. Apa yang sedang dilakukannya? Kenapa dia terlihat sangat gugup? "K-Kalau begitu... apa P'?"P'Singto lalu mengangkat kepalanya dan menatapku dengan senyum manis di wajahnya, "Apa kau mau berpacaran denganku, Kit?"Deg.Aku membelalakkan mataku tak percaya. Jantungku semakin berdegup dengan kencang. Untuk sepersekian detik, aku merasa udara di sekitarku menghilang. Aku tidak bisa mempercayai apa yang baru saja aku dengar. Aku merasa pendengaranku sudah tidak beres. Apa barusan.. aku mendengar P'Sing menyatakan cinta padaku? Itu tidak mungkin kan?"Kenapa kau diam Kit? K-kau... tidak suka ya? Apa kau.. merasa jijik karena ada seorang pria yang menyatakan cinta padamu? A-aku minta maaf ya... aku tidak bermaksud-,""Tunggu tunggu tunggu!" Ucapku. "Bukan itu P'. maksudku... kau tidak sedang bercanda kan?" Ucapku masih tak percaya. "Kau.. tidak sedang mempermainkanku kan P'?"P'Singto mengangkat bahunya, "Apa kau melihat aku ada tampang-tampang sedang bercanda? Aku serius, Kit. Aku sudah menyukaimu sejak lama. Hanya saja... aku tidak pernah punya nyali untuk mengungkapkannya. Tapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi. Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi padamu Kit." P'Singto kemudian meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat, "Kit... aku mencintaimu. Kau mau jadi kekasihku?"Ya Tuhan... ini nyata... P'Singto... benar-benar mengungkapkan cintanya padaku.Aku mulai menundukkan kepala dan mulai terisak pelan, "Apa-apaan ini? Tidak adil!" Gumamku."K-Kit? Kenapa kau menangis? Apa kau begitu membenciku karena hal ini? maaf... kau tak perlu menjawabku. Aku harusnya sadar diri, tidak seharusnya aku-,"Grab"Tidak adil!!!" Kataku sambil langsung memeluk tubuhnya erat. "Ini benar-benar tidak adil. Aku sudah ingin mengatakan hal ini sejak lama padamu. Tapi aku tidak pernah berani." Isakku."K-Kit...""Aku mencintaimu P'Sing..." Ujarku. "Sungguh... aku sangat sangat mencintaimu...""K-Kau serius? Kit..."Aku melepaskan pelukan kami dan langsung mencium bibirnya dengan lembut. Aku merasakan seakan ada ribuan kembang api meledak-ledak di hatiku. Seakan ada ribuan kupu-kupu berterbangan di perutku.Dan malam ini pun, pertama kalinya dalam hidupku, valentine menjadi moment yang sangat spesial. "Aaarrgghh!! Kalian!! Apa??! Kalian!! Bagaimana... K-kalian... berciuman???!?!?!??!""Godt/P'Godt???!!!" --00--

Valentine FanfictionsWhere stories live. Discover now