Minggu ini, masih jam delapan pagi, tapi woojin kecil sudah pergi dari rumahnya. Dengan sandal yang lebih besar dari kakinya, ia melangkahkan kaki kecilnya ke arah rumah dengan cat pagar coklat itu.
Woojin kecil mengerjapkan matanya gemas. Mata kecilnya melihat sedikit tajam ke sosok sebaya di depannya. Tangan woojin membawa pistol-pistolan yang ia dapat dari ayahnya hasil kerja keras membantu mencuci mobil selama seminggu, sedangkan anak itu hanya berdiri, bersembunyi dibalik wanita, yang woojin pikir itu adalah ibunya
"Hai, manis. Nama kamu siapa?"ucap wanita itu. Senyumnya mengembang, dan mencoba menyamakan tingginya dengan woojin
"Ujin, tante"balas Woojin sambil tersenyum. Gigi gingsulnya terlihat, yang membuat wanita itu ikut tersenyum. Tapi mata woojin tak mengalihkan atensinya dari anak itu
Woojin penasaran. Dari kemarin ia hanya melihat anak itu dari kejauhan. Bermain sendirian. Woojin ingin menghampirinya, tapi mama bilang, woojin tidak boleh keluar rumah sebelum hari minggu. Larangan, karna ia sering bermain ps diam-diam sampai larut malam
Wanita itu sebenarnya tau, ia sempat berkunjung ke rumah Woojin beberapa hari yang lalu bersama anaknya. Tapi saat itu, woojin sedang tidur siang. Mereka tak sempat bertemu
"Alin gak mau kenalan?"tanya wanita itu
Menggeleng. Laki laki yang dipanggil Alin itu menggeleng
"Aku ndak bakal gigit kok-"ucap Woojin. Woojin sadar diri. Terkadang banyak anak yang awalnya takut dengan woojin, ia terlihat bringas, tetapi sebenarnya sangat baik hati. Ia suka punya banyak teman. Namun sayang, di komplek itu, tak ada lagi yang sebaya dengannya. Banyak yang sudah memasuki jenjang menengah pertama. Sebenarnya sepupunya, Jihoon sebaya dengannya. Tetapi rumahnya terlalu jauh, jadi Woojin harus menunggu beberapa minggu untuk saling bertemu
"-Kamu suka pistol-pistolan? Ayo main baleng"lanjutnya. Lidahnya masih belum terbiasa mengucapkan huruf r.
Alin diam ia dilema. Ia suka bermain pistol-pistolan. Bahkan ia sering menabung untuk bisa mengoleksi banyak pistol-pistolan. Tapi ia malu, berkenalan dengan orang asing.
"Alin main bareng kak ujin dulu ya. Mama mau masak dulu sambil jagain adek. Jangan nakal ya"ujar Mama Guanlin
Alin takut sebenarnya. Ia tidak mau ditinggalkan hanya berdua dengan anak manis dihadapannya ini
Tangan kecilnya menahan baju Mamanya. Mengisyaratkan, 'jangan tinggalin alin'
"Alin ndak boleh takut ditinggal Mama. Kata papa, cowok itu halus belani ditinggal sendiri"anak bernama Ujin tadi berbicara
Tangan Alin perlahan melepas genggamannya, menyadari benar perkataan Woojin tadi.
Mama Guanlin tersenyum lembut, mengelus surai kehitaman anak sulungnya itu, "bener kata kak ujin. Alin harus berani kayak Sheriff Woody. Ujin tolong jagain alin ya"pinta Mama Guanlin. Setelah itu pergi menjauh dari mereka
Woojin mengangguk senang. Ia suka punya teman baru. Ia juga suka jika dipinta untuk menjaga sesuatu. Dan sesuatu itu adalah teman barunya
"Alin...."panggil Woojin.
Merasa namanya terpanggil,perlahan sosok itu berjalan menghampiri woojin, menunduk. Terlalu malu untuk pertama kalinya bertemu orang lain
"Kamu suka liat tanah?"tanya woojin heran
Alin meggeleng, matanya mulai berani menatap mata coklat woojin
Woojin tersenyum,yang membuat Alin ikut menunjukkan gummy smilenya. Woojin terkesima, dalam hatinya ia berjanji, akan terus menjaga senyum itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Hardisk | Pancham
FanfictionOneshot or Drabble with pancham is the main character Pancham berlayarlah ⛵⛵⛵⛵