we are

492 75 15
                                    

Guanlin mengela nafas

Woojin ngambek. Diam seribu bahasa. Matanya tak menatap kekasih di depannya itu. Masih terpaku dengan gadget di hadapannya

"Jin...."rayu Guanlin

Matanya menatap malas Guanlin. Menatap hanya sejenak, sebelum mengarahkan atensinya kembali ke benda berbentuk persegi panjang itu

Guanlin cukup peka.

Kekasihnya itu ngambek, karena ia sengaja menyembungikan kartu timezone Woojin. Saldonya lumayan banyak. Berkat guanlin yang dengan senang hati membelinya

Seorang maniak game seperti woojin, tak mungkin hanya menghabiskan waktu hanya 3 sampai 4 jam di timezone. Pernah, suatu hari, woojin yang baru saja dilepaskan genggamannya dari guanlin. Langsung menghilang bak tuyul. Guanlin sempat kewalahan mencari sosok pacarnya itu, sampai suara cempreng dan teriakan membahananya terdengar. Membuat Guanlin harus meminta maaf kepada semua pengunjung, terutama ibu-ibu dengan anak menangis digandengannya

Woojin sempat-sempatnya berebut permainan menembak dengan anak kecil, ia bahkan mendorong jatuh anak tersebut. "Kesel gue. Kartu gue udah masuk, malah dia nyelonong ngambil pistolnya. Gue jorokin aja tuh anak. Anaknya aja yang lebai. Gue biasa aja kok"balas Woojin saat ditanyai kenapa mendorong anak itu

"Ini udah malam. Kita pulang ya"ucap Guanlin. Jam hitam ditangannya berdetak menuju angka setengah sembilan. Awalnya mereka kesini untuk membeli hadiah bagi orang tua woojin mengingat hari pernikahan mereka yang ke 23 hanya menghitung hari lagi

"Babe"panggil Guanlin

Ia langsung menerima delikan tajam dari uke manisnya itu. Woojin tak terlalu suka dengan panggilan itu. Mengingatkan ia dengan insiden di salah satu kedai kopi terkenal.

"Atas nama BABEEEE! ATAS NAMA BABEE!! BABE!!!!"

Bukan teriakan seperti orang kesurupan yang ia inginkan. Pelafalannya bukan seperti film-film romantis yang sering ditonton adiknya, melainkan seperti seorang anak yang berteriak mencari ayahnya seperti lenong kesukaannya dulu

Alhasil, Woojin memilih untuk pergi saja dari kedai itu diiringin dengan teriakan mas-mas tadi

Guanlin malah terkekeh ringan mendapat delikan dari Woojin.

"Main bentar aja"bujuk Woojin, mulutnya manyun, mencoba merayu Guanlin. Matanya dikedipkan lucu, berusaha terlihat manis

Guanlin hanya mempertahankan ekspresi datarnya. Meyakinkan diri, ia tidak boleh terjebak pada perangkap Woojin

Nafasnya tercekat

Tolong. Siapapun tolong. Semua terasa rabun dan apa orang bilang-

Berbunga-bunga

Guanlin rasa ia kehabisan oksigen

Segera ia memalingkan pandangannya

Guanlin kalah (lagi)

Dan lagi-lagi ia terjebak di perangkap yang sama

Segera tangan kurus itu menarik tangan Woojin mendekat ke arah tempat yang diinginkan oleh kekasihnya itu

Woojin gembira dalam hati. Benar kata Jihoon, wink dan gingsulnya adalah hal paling mematikan untuk seorang Guanlin Bramuda Jaya

☆☆☆☆☆

"Bangs*t! Ngelag me-"

Cup!

"Alin!"teriakan Woojin membuat Guanlin tertawa gemas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hardisk | PanchamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang