Kak Rita : Selamat malam Shania, besok jangan lupa briefing lagi jam 5 ya.
Shania J : Ya, Kak. Selamat malam juga.
Setelah Shania Juniantha menekan tombol home, matanya otomatis bergerak melihat jam yang ada di pojok atas ponselnya; 11:58 PM. Hanya dua menit lagi sampai hari esok tiba. Namun Shania masih harus menunggu lift yang akan menuju ke atas untuk mengantarkan dirinya dengan kepala bersandar ke dinding.
Hembusan nafas yang keluar dari mulut Shania hampir terdengar menggema di lorong hotel yang sudah sepi itu. Begitu lift mengeluarkan bunyi yang khas, Shania mendongak dan berjalan masuk ke dalam lift.
Ada satu orang lain dalam lift yang langsung memperhatikan Shania saat gadis itu masuk. Mungkin orang itu heran melihat penampilan Shania yang berantakan. Rambutnya tak karuan, mata yang memerah, dan pakaian yang sudah lepek. Namun Shania tidak mempedulikan orang itu, mau fans kek atau orang gak kenal kek, pokoknya Shania hanya menekan tombol lantai 25 dan kembali menyandarkan kepalanya di dinding lift.
Shania bersyukur lift yang ditumpanginya tidak berhenti dari lantai dasar sampai lantai dua puluh lima. Begitu pintu lift terbuka, Shania cepat-cepat melangkah keluar menuju kamar nomor 2548. Berbekal kunci cadangan, Shania membuka kamar hotelnya dan masuk ke dalam.
Shania agak terkejut melihat lampu kamarnya masih menyala dan terdengar suara seseorang menyambutnya.
"Haiiii, Cijuw. Akhirnya balik juga."
"Loh? Kok kamu belum tidur, Gre?" tanya Shania yang benar-benar tidak menyangka kalau Gracia belum tidur. Seingatnya jam 10 tadi, Gracia sudah mengucapkan selamat malam dan Shania juga meminta agar gadis yang lebih muda itu tidak menunggunya kembali.
"Belom doonggg, aku nungguin Cijuw balik dulu," kata Gracia sambil kembali mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Tidur, Gre. Besok acaranya jam 7 loh. Bisa-bisa kamu kurang tidur."
"Ya makanya aku nungguin Cijuw balik dulu. Kalau aku aja harus hadir jam 7 berarti Ci juw harus hadir jam berapa? Lebih pagi kan? Masa aku tidur duluan."
Shania tidak menjawab, hanya tersenyum getir. Gracia juga tidak mengeluarkan sepatah katapun, dia hanya membuka kedua tangannya memberikan isyarat agar Shania jatuh ke dalam pelukannya.
Dan—Shania yang sudah lelah lahir batin pun langsung saja jatuh ke dalam pelukan kekasihnya.
Iya.
Kekasihnya.
.
.
.
Hehe.
.
.
.
"Gre, aku belum mandi belum sikat gigi. Pokoknya belum ngapa-ngapain loh ini," kata Shania setelah beberapa detik kepalanya mendarat dengan nyaman tepat di dada kekasihnya.
"Enggak apa-apa, tetep sayang kok," Jawab gadis itu sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang, membuat posisi Shania tepat berada di atas tubuh Gracia.
Shania tersenyum tipis. Di antara semua beban yang saat ini menumpuk di kepalanya, Gracia tetap bisa membuatnya ingat kalau masih ada hal manis yang tersisa di dalamnya.
"Tadi bahas apa aja, Ci?"
"Bahas—apa ya. Gaktau deh, Gre. Udah lupa," jawab Shania asal.
"Hahahaha...terus besok harus ngumpul jam berapa?"