Prolog

53 3 0
                                    

Pagi yang hangat untuk menemani hari-hari gadis mungil bermata bulat itu. Rambut yang selalu ia kuncir kuda itu terus menerus bergoyang sesuai irama angin yang menerpa dirinya.

Wajahnya yang ceria dengan senyum semangat mengiringi langkah gadis itu memasuki wilayah sekolah. Baju putih dan rok biru yang melekat pada tubuhnya sudah mulai terlihat mengecil namun tak melunturkan kepercayaan diri yang dimilikinya. Langkah kakinya pasti menapaki setiap jalan yang dilalui, sesekali dia menyapa teman-teman sebayanya yang terlihat sedang asik berbincang di depan kelas mereka. Raut wajahnya yang tegas dan terkesan cuek itu membuat dirinya sukar didekati. Namun, bukan berarti dia tak memiliki sahabat.

Beberapa hari lagi akan diadakan upacara kelulusan bagi siswa kelas IX. Gadis mungil itu sungguh bahagia karena akan segera lulus dari sekolah ini. Sekolah yang dikenal dengan prestasi non akademiknya ini telah menjadi bagian kisah hidupnya.

"Rumi, sini. Cepet" panggil salah satu sahabatnya.

Rumi berlari-lari kecil menuju tempat duduknya.

"Rumi, kamu mau lanjut sekolah dimana?" Tanya Tiwi.

Rumi terlihat mengerutkan keningnya dalam. "Hm.. entah. Yang penting masih dalam kota aja." Jawab Rumi seadanya.

Gadis itu terlihat bingung, dia bahkan belum memikirkan akan masuk sekolah mana. Sekolah favorit atau sekolah biasa saja?

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Siang hari ini sangat ramai disalah satu sekolah kejuruan di kota tersebut. Banyak anak-anak seusianya sedang berebut meminta formulir pendaftaran masuk sekolah. Seorang gadis bertubuh mungil, kulit sawo matang, bermata bulat dan rambut sebahu yg dia gerai tampak malas memasuki area sekolah itu. Kalau bukan karena keadaan dia enggan untuk masuk sekolah itu.

Hari ini adalah pendaftaran sekolah untuk jenjang menengah atas. Andai saja ibunya mau bersabar dan percaya padanya, dia pasti akan diterima di sekolah menengah atas bukan malah mendaftar di sekolah menengah kejuruan ini.

Tepat pukul 11.30 gadis mungil itu memasuki kelas untuk mengikuti serangkaian tes. Dimulai pengisian formulir, tes peminatan dan berakhir di tes kesehatan. Gadis mungil itu sempat bersitengang dengan sang ibunda perihal jurusan yang akan dia ambil. Ibunya berkeinginan putri sulungnya itu mau memilih jurusan akuntansi. Tapi, karena putri sulungnya itu terbilang tomboy dan membenci peralatan make up alhasil putri sulungnya itu memilih jurusan teknik komputer alasannya karena serba simple dan santai.

Setelah mengikuti serangkaian tes dan membayar biaya pendaftaran. Gadis mungil dan ibunya itu menunggu di area sekolah karena sebentar lagi pengumuman penerimaan siswa tahun ajaran baru akan ditampilkan di papan informasi di depan lobby sekolah. Benar saja, satu jam kemudian seorang guru memasang hasil penerimaan siswa baru di sekolah tersebut.

Gadis mungil dan ibunya itu berdesak-desakkan dengan teman sebayanya dan orang tua siswa lainnya di depan papan informasi. Gadis mungil itu tersenyum senang tatkala namanya terpampang manis di papan informasi. Itu artinya dia diterima bukan? Sang ibunda memeluk gadis mungil itu dan mengucapkan selamat. Kemudian, mereka bergegas untuk pulang kerumah karena sudah cukup lelah dan lapar.

-------------------------------------------

Note:
Hai, ini adalah cerita pertamaku. Cerita yang aku buat berdasarkan kisah nyata. Mungkin akan banyak penambahan disana sini supaya lebih dramatis 😂. Semoga kalian suka. Tunggu cerita berikutnya ya. 😊. Nama dalam cerita ini fiktif ya. 😉

J E J A K (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang