Bab 1

46 3 0
                                    

- 3 Tahun kemudian -

Pagi ini, seperti pagi-pagi yang lalu seorang wanita berumur 46 tahun itu sibuk berkutat dengan alat-alat dapur. Nyonya besar dikediaman itu masih sibuk memasak, sedangkan putri sulungnya masih terlelap dalam tidurnya. Jam dinding masih menunjukkan pukul 5 pagi tapi anak pertama keluarga tersebut masih enggan beranjak dari tempat tidurnya.

"Rumi, bangun. Kamu sholat subuh tidak? Sudah jam 5 lebih. Ayo bangun" kata nyonya besar dikediaman itu dari arah dapur.

Tapi, tidak ada jawaban dari putri sulungnya. Rumi masih asik meringkuk dalam tidurnya. Cahaya matahari mulai masuk lewat  sela-sela horden kamarnya.

"aih.. silau. Jam berapa ini?" kata rumi sambil melirik ponsel di atas nakas. Hooaamm.. Rumi menguap dengan lebar sambil mengucek-ngucek matanya. Sesekali dia melirik ponselnya, kemudian dia beranjak ke kamar mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 05.30.

Dia membasuh muka dan menggosok gigi kemudian mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajibannya. Beberapa menit kemudian, Bu Nana melihat putri sulungnya keluar dari kamar mandi kemudian masuk kamarnya lagi.

"Anak itu.. luar biasa sekali. Ya Allah..." Keluh Bu Nana dengan raut muka sedih. Setelah selesai dengan kewajibannya menghadap Sang Pencipta. Rumi segera keluar kamar dan bergegas sarapan. Kebiasaan Rumi adalah sarapan dulu setelah itu baru mandi. Rumi melihat adik-adiknya sudah siap dengan pakaian sekolah. Sedangkan dia, mandi saja belum. Ckck... luar biasa sekali bukan?

Seperti hari-hari lainnya, pagi ini aku mengendarai motorku menuju sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, aku hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Sesampainya disekolah dan memarkirkan motorku, aku segera pergi kelas. Jarak tempat parkir ke kelasku memang cukup jauh dan lagi kelasku yang ada di lantai dua. Hari ini aku mengikuti setiap pelajaran dengan suasana malas luar biasa. Bukan tanpa alasan, aku pusing dengan masa depanku nanti. Kuliahkah atau kerja? Karena aku berada di SMK, otomatis harus belajar ekstra apabila akan kuliah sedangkan kerja saja aku tidak mau, kurang menguntungkan jika tidak memiliki gelar menurutku.

Aku memasuki kelas dengan malas, ternyata kelas sudah mulai ramai dan berisik. Aku melihat sekeliling dan tak ada kursi kosong di belakang sana.

"huh... haruskah aku duduk didepan lagi?" kataku dalam hati. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di pojok depan sebelah kanan.

"My honey... muke lu kenapa? sepet banget. Nggak dapet uang saku lu?" Tanya Gea dengan muka heboh andalannya.

"Lu brisik asli. Diem aja udah. Lagi males gue." Kataku ketus.

"Weeeiittsss... soib kita lagi bete rupanya. Oke fine, serah lu aja lah." Kata Gea pada Rara dan Rora.

Beberapa menit kemudian, guru yang mengajarpun datang. Aku mengikuti pelajaran dengan santai dan biasa saja. Tapi, disisi lain aku berpikir cukup keras, kemana aku akan melanjutkan studi? hm... pikiran ini sungguh menggangguku hingga bel pulang berbunyi.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi dengan semangat aku merapikan buku-buku untuk bergegas pulang kerumah karena aku cukup lelah dan mengantuk setelah perang batin hari ini.

Dengan langkah pasti aku dan Gea menuruni tangga menuju parkiran belakang sekolah.

"Gua capek banget asli" kataku ngedumel sambil memanyunkan bibirku.

"Biasa aja dah ah. Lu nya aja kali terlalu mikir banget." Jawab Gea sekenanya.

"ya mikir lah. Ini ujian hidup kali masa iya gua gak mikir. Sarap lu ya. Kalo ngomong suka pinter." Balasku.

"makasih, emang udah pinter lama si sebenernya. Hahahaa"

Perdebatan kecil yang biasa terjadi diantara kami, membuatku tanpa sadar sudah sampai di area parkir sekolah. Aku melihat-lihat sekeliling dan akhirnya menemukan motorku.

"Eh iya, lu mau kemana?" tanya Gea kemudian.

"Balik lah gua. Capek, ngantuk, laper gua. Lu gak laper emang?" tanyaku cepat sambil memasang helm kekepalaku.

"Ya udah lah gua balik. Eh gua ikut sampe gerbang depan. Ntar gua minta jemput nyokap." Kata Gea sambil menaiki motorku.

"Lu depan nih ah, lu kan gede berat juga. Udah tau badan gua cuma segaris doank gak pengertian banget si lu jadi sohib gua." Balasku ketus.

"Ni bocah ngomel-ngomel aja kek nenek-nenek mau lahiran. Brisik gila." Kata Gea ikut ketus.

Sudah hal yang biasa aku dan Gea memang seperti itu, selalu adu mulut dan ketika ngobrol blak-blakan.

Setelah berdebat, aku membonceng Gea hingga depan gerbang sekolah kemudian Gea turun dari motorku dan segera menghubungi ibunya.

"Lu gak mau gua anter aja nih?" tanyaku basa basi.

"Kagak usah basa basi najis banget dah lu. Udah sono balik. See u tomorrow." Kata Gea sambil melambaikan tangan.

"Ya udah si. Kan gua nanya sebagai sahabat yang baik. Basa basi najis dikit lah. Hahahaha. Ya udah. See ya. Bye." Kataku cepat kemudian berlalu dihadapannya.

Sesampainya dirumah, seperti biasa aku akan langsung menuju ruang favoritku. Apalagi kalau bukan kamar pribadiku. Aku melewati asisten rumah tangga yang sedang menyetrika.

"Mbak, masak apa? Aku laper deh. Mbak udh makan siang?" kataku padanya.

"Udah. Tadi jam 11. Cuma itu aja mbak masaknya." Ucap dia sambil menunjuk makanan diatas meja makan.

Aku keluar kamar dan melihat makanan yang tersedia diatas meja makan. Kemudian aku mengambil piring, mengambil nasi lumayan banyak kemudian memilih mengambil oseng kangkung dan dua tempe goreng. Menu begini saja sudah nikmat bagiku. Aku makan dengan lahap di ruang TV sambil menikmati acara siang itu. 10 menit kemudian aku telah selesai melakukan ritual makan siang.

Oh iya, kalau siang hari begini jarang ada yang dirumah. Paling hanya adikku yang bungsu saja dan sekarang dia sedang bermain dengan teman-teman sebayanya karena ayah dan ibu sedang bekerja dan biasanya pulang menjelang sore hari. Adik-adikku tentu belum pulang masih asik di sekolahnya mengikuti ekstrakulikuler atau main dengan teman-teman hehe..

Hari-hari berikutnya kulalui dengan semangat yang kutanamkan dalam hati namun sekaligus lelah fisik, pikiran, batin. Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian. Ujian yang cukup banyak mulai dari ujian praktek kejuruan, ujian praktek olahraga, agama islam dan lain-lain kemudian disusul ujian sesungguhnya, Ujian Nasional. Semoga aku bisa melaluinya dengan mulus. Semoga....

------------------------------------------
Assalamu'alaikum teman. Jangan lupa vote and comment dibawah. Bisa kasih saran untuk cerita ini gimana ya. Bakal lebih dramatis dikit deh yaa 😅. Semoga suka 🙏. Terimakasih atas partisipasinya untuk vomment nya 💕

J E J A K (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang