Terlihat seseorang berpakaian seragam lengkap dengan atributnya sedang duduk bersandar di kursi yang sudah usang. Kedua tangannya sibuk memegang koran sambil tertidur pulas dengan mulut yang menganga.
Aku menoleh ke arah gerbang yang tidak dikunci gembok, hanya dikaitkan saja oleh pakde Ijul yang merupakan satpam sekolah.
Melirik pakde Ijul sekali lagi untuk memastikan bahwa tidurnya tidak akan terusik olehku. Setelah merasa aman lalu kutarik pengaitnya dan kubuka pelan-pelan gerbang tersebut. Lapangan kosong dan hening, tampaknya murid-murid sudah duduk manis di kelas.
"Serius lambat lagi?"
"Pake nanya"
Sesorang itu berdecak "Sini hijaunya." for your information bahwa yang lelaki itu sebutkan adalah nama yang aku berikan pada kendaraan yang sering aku gunakan untuk bepergian ke mana-mana.
"Buruan sana ke kelas!" titahnya.
"Kamu gimana?"
"Gimana apanya?" tanyanya sambil mengangkat alis.
"Kamu nggak masuk kelas" jawabku, menatap iris cokelat terang lelaki di depanku ini.
"Nggak. Gue udah izin mau ke toilet, tapi alibi gue aja biar bisa nyari lo"
"yang bener?"
Ia berdecak sebal "Sana masuk!"
Laki-laki berkulit putih dengan rambut cokelat tua yang sedikit berantakan itu berlari kecil sambil menarik si hijauku tersayang. Bagus dengan begitu pakde Ijul tidak akan mendengar suara kebisingan dari kendaraanku.
"Respata" panggilku pelan.
Dia menoleh sebentar dan mengangkat alisnya.
"Makasih. Istirahat pertama aku ke kelas kamu, kita ke kantin bareng. Aku yang bayarin. Awas ninggalin. Satu lagi nggak boleh nolak lagi." ia mengganguk cepat.
°°°
"Respata jadi nggak ke kantin bareng?" aku malas masuk ke kelasnya jadi kuketuk saja jendela yang terhubung dengan tempat duduknya. Di kelasnya sudah lumayan sepi, hanya ada beberapa murid saja, kutebak sih sebagian lainnya sudah menyerbu kantin sekolah.
Berbeda denganku, kelas Respata terletak di tengah-tengah gedung. Sedangkan kelasku bersebelahan dengan perpustakaan, tepatnya di ujung gedung sekolah. Tapi Jurusan kami sama kok, yakni Administrasi Perkantoran singkatnya APK.
Kuketuk lagi jendela lebih keras membuatnya tersentak. Respata menutup buku yang dibacanya dan melepas headphone-nya. Pantas saja kuketuk bertubi-tubi tidak didengarkannya.
Senyumku merekah ketika Respata mulai melangkah kan kakinya ke arahku.
Kami berdua berjalan menuju kantin, yang terletak di belakang sekolah.
°°°
"Kamu mau pesen apa?" aku mendongak menatap wajahnya yang terlihat sedang serius memperhatikan makanan dan minuman yang ditawarkan di setiap sudut kantin.
Asal kalian tahu Respata ini sedikit pemilih soal makanan. Makanya kudu selektif buat menentukan makanan yang sesuai menurut standarnya baik itu dari ingredients-nya ataupun pengolahannya.
"Kenapa? Nggak mau ya?"
Respata mengedarkan pandangannya ke salah satu deretan kantin yang terletak di paling ujung bernama Cita Rasa Ibuk Neneng.
"Tutup itu"
"Apanya yang tutup?"
"Ibuk Neneng"
"Lho iya, tumben banget ibuk Neneng tutup"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedi & Bejana
Historia CortaMemikirkan dan memendamnya seorang diri membuat kepala kian terasa penuh dan sakit. Rasanya aku ingin benar-benar menumpahkan ke bejana saja jika isi pikiranku ini memang air.