Prologue

14 2 0
                                    

Kring... Kring... Kring...
Bel sekolah berdenting, menandakan bahwa sudah waktunya masuk ke kelas. Ku langkahi koridor sekolah, sambil memikirkan, apa yang akan kudapatkan hari ini? Buku baru, seragam sekolah baru, atau teman baru? Ya. Aku Daniel. Anak pindahan dari Kota pahlawan, Kota Surabaya. Karena nyokap pindah kerjaan ke Jombang, jadi gue dibawa sekalian.

Ku masuki ruang guru bersama nyokap, untuk melengkapi pendaftaran. Dan akhirnya aku diterima. "Welcome to your new school, SMA Nusa Cendekia,"sambut Bu Yuni dengan ramah. Maklum ya guru Bahasa Inggris, jadi begitulah kalau ngomong. Gitu-gitu Bu Yuni jadi Kaur Kesiswaan lo.

"Good Morning, student," sapa Bu Yuni yang tiba - tiba masuk ke kelas tanpa memberi pertanda.
"Good Morning, Miss Yuni." "Well, sebelum kita mulai pelajarannya, Ibu ingin menyampaikan sesuatu,"ucapnya sambil meletakkan bukunya di atas meja.
" Kelas kalian akan kedatangan murid baru, pindahan dari Surabaya."

Sontak seisi kelas berdesis ribut mendengar berita itu. Terutama anak perempuan, sibuk melongok ke jendela untuk melihat siapa murid baru yang Bu Yuni maksud. Tak lama, aku dipanggil masuk "Baik, Nak Daniel, silakan masuk!"
"Selamat Pagi," sapaku dengan gugup.
"Selamat Pagi,silahkan perkenalkan dirimu, Nak! Pakai Bahasa Indonesia aja biar nggak berantakan!"
Seisi kelas tertawa, karena candaan Bu Yuni. Aduh... Aku malah gugup nih. Aku mengangguk.
"Perkenalkan nama saya Daniel Eka Kristian Januarta. Biasa dipanggil Daniel. Keturunan Cina-Indonesia. Ayah orang Betawi, Jakarta, Ibu orang Cina tapi tinggal di Surabaya. Saya pindahan dari Surabaya, lebih tepatnya SMA Taruna Bangsa," jawabku dengan panjang lebar.

Aku lihat anak - anak perempuan pada sibuk bisik - bisik dan melemparkan senyuman manis kepadaku. Ha... geli jadinya. Kecuali satu orang. Ya. Dia yang duduk sendirian di belakang. Entah siapa dia.

"Statusnya apa?" celetuk salah satu perempuan yang aku liat name tagnya bernama Lisa.
"Tenang masih sigle kok!"
Anak - anak perempuan pada bersorak - sorai kegirangan.
"Ada yang ditanya lagi?" tanya Bu Yuni kemudian.

"Kalau mau minta nomer WA nanti aja ya..." cetusku dengan pedenya.

Celetukanku itu dibalas dengan sorak riuh, sampai - sampai Bu Yuni geleng - geleng kepala.

"Ibu kira cukup perkenalannya. Kamu silahkan duduk disamping Luna di belakang. Tidak masalah kan?"
"Nggak, Bu. Terima kasih"
Akhirnya, aku tahu nama cewek yang diam sendirian waktu aku perkenalan tadi.

"Baiklah anak - anak. Open your book pages 23!"

"Hai, aku Daniel. Kamu pasti Luna, kan? Salam kenal." sambil kusodorkan tanganku. Tapi tak ada respon...

Inilah kisahku...

NEVER

Kenangan yang Tak Seharusnya Diingat

Never  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang