Lelaki Berkoko Putih

23.7K 1.3K 155
                                    

Jatuh cinta itu tak salah namun
caramu mencintai itu yang terkadang salah.

🌻🌻🌻

Semarak ramainya jalanan bergabung dengan panasnya sinar matahari melebur menjadi satu bersama dengan berbagai asap kendaraan. Di dalam angkot yang bermuatan penuh Arum duduk berdesak-desakkan. Beberapa kali dirinya mengibas-ngibaskan tangan di wajahnya menciptakan angin buatan untuknya.

Arum yang masih berseragam SMA menatap keluar jendela angkot. Untunglah, Arum mendapatkan posisi yang strategis untuk duduk. Bayangkan saja ini adalah jadwal pulang sekolah ditambahkan dengan jadwal istirahat para perkerja kantor. Terlebih lagi hari ini adalah hari Jum'at, jadi ada sedikit waktu senggang bagi para perkerja kantoran khususnya untuk berleha-leha serta suatu keuntungan juga bagi para pelajar karena mereka bisa pulang lebih awal.

"Ya ampun!! Lama banget sihhh..."

Arum mulai tak sabar dia mengeruti beberapa kali akibat tak sanggup menahan rasa panasnya berdesak-desakkan apalagi situasi macet seperti ini. Ditambah lagi dengan hawa pengap di sekelilingnya. Bau keringat yang bersatu dengan asap jalan seperti ini. Rasanya Arum ini keluar saja lewat jendela angkot ini.

"Sabar Rum, namanya juga macet." saut sosok perempuan yang duduk di depan Arum. Dia juga memakai seragam yang sama seperti Arum, namun bedanya perempuan ini terlihat lebih tenang dari Arum dengan lesung pipi yang bertengker pada wajahnya.

"Ishhh ... tapi aku udah gak tahan, Nahlaaaaaa."

Ingin sekali rasanya Arum membuka jilbabnya sekarang juga. Arum memang baru-baru saja menutup auratnya jadi maklum jika Arum belum terbiasa. Arum memasang wajah cemberut menanggapi sahabatnya itu, Nahla.

Dia adalah sahabat Arum, mereka sudah cukup lama bersahabat bahkan sebelum Arum menutup auratnya. Dan dialah yang membawa Arum ke jalan yang benar untuk menutup aurat dan terus beristiqomah mengunakan jilbab.

Setelah berpacu dengan jalanan yang macet akhirnya kini mereka berdua sampai ditujuan mereka, rumah Nahla. Ah, tunggu bukan rumah Nahla melainkan rumah tantenya. Arum sudah sangat tahu bahwa sahabatnya itu tinggal bersama tantenya karena orang tua Nahla adalah seorang nakoda kapal jadi orang tua Nahla sangat jarang pulang dan pada akhirnya sahabatnya itu tinggal di rumah tantenya ini.
Pertama kali Arum mengetahui itu dia sedikit iba pada Nahla, Arum merasa sedikit bersyukur dia dapat melihat kedua orang tuanya setiap hari tidak seperti Nahla. Maka sejak saat, itu Arum berjanji dia akan menjadi sahabat yang baik untuk Nahla yang selalu ada dan menghibur Nahla. Dan ini adalah kunjungan pertama Arum ke rumah tante Nahla itu.

"Assalamuaikum..." ucap mereka saat masuk ke dalam rumah.

"Walaikumussalam waromatullah..." jawab sang pemilik rumah. Rupanya yang menjawab itu adalah tantenya Nahla. Sosok yang lembut, itulah kesan pertama yang Arum sadari saat melihat tantenya Nahla.

Setelah bercengkrama akhirnya Arum tahu bahwa tantenya Nahla bernama Dilla. Nama yang indah untuk sosok wanita parubaya yang masih awet muda ini. Arum begitu kagum melihat sosok tante Dilla. Senyuman tante Dilla sanggup meneduhkan hati Arum, Arum jadi paham sekarang dari mana Nahla mendapatkan gen lesung pipi itu. Pasti dari keluarganya ini, sudah dapat Arum pastikan bahwa seluruh keluarga Nahla pasti memiliki lesung pipi yang menawan. Arum jadi ingin punya lesung pipi.

"Kamu udah kasih tahu papa kamu belum kalau mau ke rumah aku?" tanya Nahla. Arum diam pikirannya masih berputar-putar mengingat apakah dirinya sudah memberitahu papa atau belum. Entahlah Arum mengangkat kedua bahunya santai.

"Papa kamu pasti khawatir bangett, Rum! Kamu ceroboh banget deh."

"Kamu juga gak jauh berbeda dari aku Nahlaa..."

Jumat Bersamamu [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang