siapa dia

5 2 0
                                    

Tik... Tik.... Tik....

Aku melirik ke arah jendela yang kini mulai di penuhi embun hujan. Entah mengapa aku sangat senang melihat hujan. Rasa nya sangat nyaman dan tidak pernah aku rasakan di tempat lain. Seakan ada hal indah yang aku tak tahu apa di balik  ribuan titik air yang tuhan berikan untuk bumi. Setiap aku ingin mengingat apa yang tersembunyi di balik hujan itu setiap itu juga kepala ku rasa nya sangat pening.

Aku mengambil ponsel ku karna ada panggilan masuk. Dari layar nya tertulis nama "om roy" aku gak harus berpikir lebih lama untuk mengangkat nya dia menejerku.

"Hallo om" kata ku membuka percakapan

Hallo, lu sibuk.

Enggak.

Om cuma mau ingetin kalo lu besok ada pemotretan. Jangan sampai lupa.  Nanti alamat nya om kirim lewat cht ya

Sip

-sambungan terputus-

Aku merebah kan tubuh mungil ku ke atas kasur. Dan menarik selimut tebal ku. Hari ini hari yang panjang. Dan aku harus siap untuk hari esok.

Jadwal pemotretan ku sekarang memang sedang padat. Tapi aku gak boleh ngeluh, itu rizky yang tuhan berikan pada ku.

Kehangatan selimut ku membuat mata ku sudah tak tahan lagi menahan kantuk  dan membawa ku ke dalam mimpi indah...

###

Kringg....

Jam beker ku sudah menunjuk pukul 06.00 wib.  Membuat aku tebangun dari mimpi indah yang aku tahu takan ku dapat di dunia nyata. Tapi entah lah....

Aku langsung menuju kamar mandi yang ada di kamar ku. Ini masih pagi sekali...

Tapi aku harus semangat, jadwal pemotretan akan di mulai lebih awal.

Aku nyalakan sower dan ku rasakan titik titik air menyadar kan ku sepenuh nya, setelah 35 menit melakukan aktivitas mandi ku aku keluar dan mulai menuju lemari ku.

Aku memilih dres merah yang aku yakin akan sangat serasi dengan hils yang aku beli kemarin dengan veni, sahabat ku yang tak lain adalah seorang model juga.

Tok.. Tok...
Tadi beker ku yang berbunyi nyaring kini giliran suara ibu ku yang tidak kalah menggelegar.

"Ardina..."

Aku tarik nafas panjang, "iya bu" aku mulai memoles halus bedak ke pipi ku. Tak peduli kan panggilan ibu ku di balik pintu itu. Kini tangan ku mulain meraih lipstik pink dan pernak pernik mek up lain nya.

"Ada telpon untuk mu" kata nya menghentikan aktivitas ku, ya ampun. Aku lupa mengisi batrai ponsel ku pasti om roy susah menghibungi ku deh.

"Iya bu aku turun sebentar lagi"
Huh merepot kan sekali sih. Gerutu ku dalam hati. Tanpa menyelesai kan mek up ku aku langsung turun ke bawah.

"Siapa bu" tanya ku busa basi. Sambil menuruni tangga rumah ku. Bukan rumah sih sebenar nya aku tinggal di apartemen karna lebih dekat dengan tempat kerja ku.

"Menejer kamu"

Sudah ku tebak dari tadi kan, aku mengambil gagang telepon rumah itu.

ArdinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang