Sebenarnya aku sama saja dengan kakak lain yang menjaga adiknya dengan baik. Bahkan aku menjaga adikku lebih dari baik. Aku bisa melakukan apapun untuknya. Jika kulihat sedikit saja goresan di lengannya, akan kucari siapa yang membuat goresan itu. Tidak boleh seorangpun melukai adikku. Tidak boleh seorangpun menghalangi apa yang adikku inginkan. Aku harus bisa mewujudkannya. Impiannya terlalu berharga, jika harus kutangguhkan.
Aku hanya seorang mahasiswa biasa, dengan kehidupan yang biasa pula. Aku suka bergaul dengan teman-temanku, aku hanya ikut satu UKM di universitas. Berhubung aku sangat suka renang, jadi aku ikut UKM renang. Aku hanya pernah menjurai lomba renang tingkat universitas, aku belum berani menunjukkannya diluar sana.
Ah ya, aku juga menjalankan bisnis kecil dengan beberapa temanku.
Jangan salah, Agis juga ikut menyumbangkan lukisannya untuk dijual diforum bisnis online kami. Banyak yang menyukai lukisan Agis, dia sungguh beruntung memiliki bakat itu. Jika saja 'mereka' tidak egois dan memilih pergi jauh, masa depanku dan Agis pasti lebih baik. Tapi dengan adanya merekapun belum tentu itu terjadi.
Tok...tok...tok...
"Gis! Agis! Bangun," aku berteriak dari luar kamarnya, berharap Agis segera bangun.
Tidak terdengar sahutan dari dalam. Jangan-jangan dia begadang lagi, mengerjakan 'lukisan macan itu', biar kucoba sekali lagi.
"Agis! A..."
Dengan muka bantalnya dia berteriak padaku. "Apa? Apa?! Abang ganggu banget sih, Agis baru tidur jam 2 tadi." Hm... sudah kuduga.
"Kamu sekolah, Gis!"
Agis menutup kembali pintu kamarnya. Lalu berteriak dari dalam, "Semester ini ganti jadi 5 hari sekolah. Makannya, Abang kalo ada surat di atas meja dibaca! Jangan buat sandaran kopi."
Aku masih terdiam di depan pintu kamarnya. Benar juga, aku mendengar berita di televisi, kalau mulai tahun ini diganti menjadi 5 hari sekolah.
"Iya deh, Abang minta maaf yah. Kamu yakin mau tidur lagi? Nggak mau lari pagi sama Abang?"
"Padahal Abang udah rencanain, habis lari pagi mau ke toko Mba Caca. Sayang yah, kamu nggak ikut. Kata Mba Caca, dia udah nyetok banyak cat acrylic yang warna fuchia. Abang inget deh, kemarin kan kamu bilang mau beli cat yang war..."
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampakan Agis yang sudah siap dengan seragam olahraga dan mengenakan sepatu olahraganya. Aku tersenyum simpul, urusan lukis aja cepet bener.