Part 1

544 12 0
                                    

Author's POV

Gadis itu berlajan pelan dengan kepala tertunduk ke bawah. Kerudung putih panjang yang dikenakannya bergoyang lembut mengiringi gerakan kakinya yang anggun. Di tangan kanannya tergenggam erat sebuah buku tebal yang bagi kebanyakan orang membosankan, namun sangat menarik baginya.

Gadis itu terus melangkah, sambil sesekali mengangkat kepalanya untuk mencari papan nama ruangan yang ditujunya.

Gadis itu tersenyum ketika papan nama ruangan yang tengah dicarinya mulai terlihat. Pintu ruangan itu tertutup, dan dia tidak mendengar suara apapun dari dalam, membuatnya yakin bahwa kelas itu masih kosong. Gadis itu melihat arloji di tanggannya. Pukul tujuh pagi. Pantas saja. Dia datang terlalu cepat. Karena sekolah baru akan dimulai pukul delapan.

Gadis tersebut meraih gagang pintu bercat putih itu, ketika pintu itu terbuka, ia disambut oleh puluhan meja dan kursi yang setahun kedepan akan menemani hari-harinya di sekolah ini.

Gadis itu tersenyum, melangkahkan kakinya masuk, dan membisikkan sesuatu dengan penuh khidmat. Bisikkannya begitu lirih, sehingga dengan mudah berbaur bersama angin pagi yang menyegarkan. Bisikannya hanya terdiri dari satu kalimat sederhana. Satu kalimat yang menyimpan banyak harapan di dalamnya.

Bismillahirahmanirrahim.

***

Seorang gadis berwajah oriental dengan penampilan yang terlihat sedikit tomboi berlari kecil di sepanjang koridor sekolah, memperhatikan satu per satu papan-papan nama ruangan yang dilewatinya, berharap diantara papan-papan itu dia akan menemukan nama ruangan yang sejak tadi berusaha ia temukan. Senyum gadis itu mengembang ketika matanya menangkap sebuah tulisan yang sejak tadi dicarinya. Tulisan itu tertera pada sebuah ruangan yang terletak di ujung koridor. X IPS 3. Ruangan yang akan menjadi kelasnya untuk setahun kedepan.

Gadis itu menghentikan langkahnya di depan pintu ruangan tersebut. Dia memegangi dadanya yang sesak akibat perbuatanya berlarian di sepanjang koridor tadi. Setelah napasnya mulai teratur, gadis itu mengembangkan senyum terbaiknya, meraih gagang pintu dan mengeluarkan sapaan andalan yang sudah dilatihnya sejak beberapa hari yang lalu.

"Selamat pagi semu—" ucapan gadis tomboi itu terhenti ketika dia menyadari bahwa di dalam sana hanya ada seorang gadis yang duduk seorang diri di sebuah kursi barisan depan. Di hadapan gadis itu terbentang sebuah buku yang terlihat cukup tebal.

Setelah memperhatikan penampilan gadis itu, dia sedikit menyesal karena masuk ke dalam kelas dengan cara yang salah. Dan rasa sesalnya semakin bertambah ketika dia menyadari bahwa gadis berkerudung panjang dihadapannya itu terlihat sedikit kaget akan kedatangannya yang tiba-tiba dan mengejutkan. Pasti dia sudah memberi kesan pertama yang buruk pada gadis yang terlihat lembut itu.

"Oh tidak. Ayah, Ibu, anakmu terjebak dalam situasi membingungkan di hari pertama ia masuk sekolah," bisiknya pelan sambil menggigit bibir bawahnya cemas.

***

Assalamu'alaikum RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang