one - sahabat

68 7 1
                                    

"Nat, lo putus?" Kiara menatap sahabatnya, Nata dalam - dalam setelah menerima kabar tersebut beberapa saat yang lalu. 

Tentu saja ia tahu, pacar atau lebih tepatnya mantan pacar Nata, Melodi sudah sibuk memasang status sedih yang berbicara mengenai bagaimana laki - laki harus mengambil sikap dalam sebuah hubungan. Bahwa hubungan tidak boleh stuck di satu titik. 

"Iya," jawabnya masih fokus kepada buku tebal yang ada di hadapannya. Nata si calon dokter yang cuek.

"Kok bisa? Sampai dia bikin status kayak gitu lagi di instagram," ucap Kiara bingung. Ada nada khawatir didalamnya. Bagaimana Nata bisa setenang itu ketika pacarnya yang notabene adalah seorang sosialita memposting sesuatu yang pribadi seperti itu dan menyeret Nata di dalamnya. Ini Nata yang dibicarakan. Sahabatnya sejak kelas tiga smp dan seorang anak dari pengusaha terkenal yang juga mulai dikenal orang semenjak berpacaran dengan Melodi. 

"Biarin aja lah," 

Kiara menghela napas dalam dan memilih duduk di hadapan laki - laki itu. 

"Bukannya lo suka banget sama dia?" tanya Kiara lagi. 

Kiara mengingat bagaimana Nata menyukai perempuan itu saat bertemu dengannya dalam sebuah pesta dua tahun yang lalu. Melodi diundang sebagai selebgram terkenal yang juga merupakan mahasiswa fashion dan Nata sebagai tuan rumah. 

"Lo tau apa aja yang gue gak suka?"

"Cokelat, stranger, komitmen,"

"She wants commitment, and I let her go,"

Kiara menutup mulutnya. Ia tahu kata komitmen merupakan sesuatu yang tabu bagi Nata. 

"Mungkin dia hanya ingin kepastian tentang bagaimana akhir kalian. Bukan berarti harus menikah atau semacamnya kan?" Ucap Kiara memberikan masukan. Sebagai perempuan, ia bisa mengerti jalan pikiran Melodi. 

"Gue gak bisa."

"Kenapa? Karena lo masih muda? Dia kan hanya ingin bicara,"

"No, setelah gue pikir-pikir. Gue gak akan bisa sama dia." Jawab Nata tegas. Ia tidak ingin membohongi orang lain. Baginya, perempuan seperti Melodi adalah apa yang semua orang cari kecuali dirinya. Ia tidak merasakan sesuatu yang ia harapkan dari Melodi. 

Kiara menghela napas dengan jawaban Nata yang terdengar menyakiti hati. Jika Melodi ada di hadapan mereka, mungkin gadis itu akan berlari mendengar jawaban jujur dari Nata. Padahal mereka berdua sudah berpacaran lama sekali. 

"Whatever. Hati-hati karma." Kata Kiara menutup pembicaraan mereka. Sebagai sahabat, ia hanya bisa mengingatkan. 

*

Malam ini Nata dan Kiara memiliki acara makan malam dengan orangtua mereka. Orangtua Nata, Altaf dan Regina dan orangtua Kiara, Kevin dan Reva adalah sahabat saat sekolah dulu. Altaf dan Regina sibuk mengurus rumah sakit mereka sementara Kevin dan Reva memiliki pabrik obat beserta laboratoriumnya. Kumpulan orang - orang yang sibuk namun tidak ingin mengesampingkan anak - anaknya. 

"Nat, are you okay?" 

"Of course, Ra," Setelah Kiara memastikan kondisi Nata yang seharian ini membaca buku, mereka segera memasuki hotel ternama yang ada di kota ini. 

"Mom, Dad, Mi, Pi," Kiara menyapa orangtua dan orangtua Nata yang terlebih dahulu sampai. Kiara memeluk mereka dan mengambil tempat disebelah Nata yang duduk duluan. 

"Gimana kabar kalian?"

"We are okay," jawab Kiara dengan tersenyum. Mereka memang jarang bertemu. Terlebih Kiara dan Nata memilih tinggal di apartement mereka yang berhadap - hadapan semenjak kuliah. 

"Nata, kamu kok diam aja?" tanya Regina atau yang kerap dipanggil Mami oleh Kiara. 

"I'm okay," 

Makan malam mereka dimulai setelah pesanan mereka tiba. Pembicaraan orangtua Nata dan Kiara yang sering membahas masa muda mereka beranjak membicarakan Kiara dan Nata. 

"Kiara pekerjaannya gimana?" tanya Papa Nata, Altaf. Kiara sudah resmi lulus sebagai sarjana hubungan internasional satu tahun yang lalu dan kini bekerja di salah satu perusahaan internasional di bidang trading di Indonesia. 

"Baik kok, Pi. Aku masih banyak belajar,"

"Sure. Kamu itu pintar, potensi kamu pasti akan terasah dengan bekerja diluar perusahaan keluarga," puji Altaf pada anak sahabatnya itu. Kiara tersenyum, "Terima kasih, Pi,"

"Kalau kamu gimana, Nat? Kuliahnya lancar?" tanya Reva pada Nata yang memilih diam seperti biasanya. 

"Baik, Tante. Aku tinggal intern tahun ini," kata Nata percaya diri. 

"Kapan kamu akan selesai dari intern?"

"Tidak lama lagi,"

"Beruntung sekali kamu bisa intern di sekitar Jakarta. Dimana kamu akan mengambil spesialis?"

"Zurich. Rencananya,"

Reva mengangguk paham. Ia mengerti Nata selalu memiliki hal yang ingin ia kejar sendiri sejak dulu. Sama seperti anaknya, Kiara. 

"Ngomongin kerjaan gak akan ada habisnya, lebih baik bicara tentang kehidupan kalian saja. Bagaimana dengan Melodi?" tanya Regina pada anak semata wayangnya. Ia mengenal Melodi sebagai kekasih Nata meskipun ia belum pernah berkenalan secara langsung dengan perempuan itu. 

Nata yang tidak menjawab pertanyaan Regina kemudian membuat Kiara menjawab pertanyaan tersebut. 

"I think we should talk about another thing, Mi," 

"Did you broke up with her?"  Regina langsung berkata pada intinya. Ia menatap Nata dan Kiara yang tidak menjawab sebagai ungkapan tidak. 

"Memang sepertinya kamu tidak cocok dengan dia. That's good. Bagaimana dengan kamu Kiara?" pertanyaan itu beralih kepada Kiara.

"Mami tahu aku tidak punya waktu untuk itu, kan? Aku terlalu sibuk mengurus pekerjaan,"

"Dan mengurus Nata, bukan?" Altaf menyambung pernyataan Kiara menjadi sebuah pertanyaan. 

Perempuan itu tersenyum, "Papi tahu Nata selalu membutuhkan aku, bukan?" 

"Kalau seperti ini terus, kamu tidak akan mendapatkan pacar, Kiara. Melihat Nata selalu membuat mereka kabur, bukan?" Altaf memberikan jawaban sempurna untuk situasi Nata dan Kiara. Kiara tertawa kecil, mengakui bahwa jawaban itu benar adanya. 

"Tidak apa. Kalau Kiara tidak menemukan siapapun dihidupnya nanti, aku bisa menjadi orang itu," perkataan dari Nata cukup membuat Kiara terdiam. Sementara tawa seolah itu lelucon keluar dari orangtua mereka. 

"Kalian sudah bersahabat sejak dulu. Dan bukannya Kiara yang bilang kalau dia seperti rap sheet kehidupan kamu, bukan?" ucap Regina pada Nata. 

"Bukannya itu lebih baik, kita tahu sama lain dengan sangat baik," jawab Nata tenang. Kiara melirik sahabatnya itu dengan kepalan, joke yang tidak lucu untuknya. 

"Come on, Nat. I don't like your joke," 

"I'm not joking, who knows?" 

Nata mengangkat wajahnya dan tersenyum berhadapan dengan Kiara. Lalu mengalihkan wajahnya pada Kevin dan Regina, "Bolehkan tante, om?"

Rap Sheet (unpublished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang