Penghujung minggu. Dua hari yang mendapatkan pengakuan pribadi Jean sebagai hari paling unik. Membosankan sekaligus menyenangkan. Cap membosankan telah diembat weekend minggu sebelumnya. Sekarang, nampaknya weekend dapat sedikit memberi Jean kerjaan alih-alih menghibur.
Di ruang tengah. Di atas meja kerja yang terdapat di dekat jendela, Jean bersama secarik kertas HVS A4, tak lupa sebatang pensil lengkap dengan penghapus bekerja menggambar sebuah sketsa kasar. Bangun-bangun datar membentuk beberapa bangun ruang. Seuntai kalimat kecil, angka, dan rumus yang dihubungkan garis sebagai penjelasan.
Sesekali ia melihat hasil kerjanya. Ekspresi Jean berubah diikuti helaan nafas berat dan sketsanya berakhir di tempat sampah yang telah ia siapkan bersama setumpuk remasan lain. Sudah berjam-jam Jean duduk menghadapi tugas-tugas pemicu migrain. Esai matematika—yang sudah ia tuntaskan—dan proyek Mr. Handerson. Akhir-akhir ini beliau tertarik pada hal-hal ramah lingkungan. Panel surya jadi salah satu reseptor energi favoritnya. Sebagai kelinci percobaan Jean mendapat titah membangun juga mengidentifikasinya.
Itu terlalu merepotkan. Semua orang tahu panel surya. Kau juga bisa mendapatkan detil-detil bagiannya dengan browsing. Namun, Jean tahu, Mr. Handerson lebih suka praktek langsung dibandingkan menatap sesuatu yang maya. Melihat benda rakitan lebih menyenangkan daripada sesuatu yang sempurna.
Ia biasanya tidak sering mengeluh walaupun rasa jengkel kerap meradang. Entah kenapa kali ini mood-nya hancur. Tertahan. Jean jengah di rumah, namun malas keluar untuk sekedar jalan-jalan. Dan, keinginan muncul dari dasar hati. Hasrat tepatnya.
******
Jarum indikator bahan bakar mobil Jean hampir menyentuh huruf E. Harus segera diisi. Jean lupa akan itu. Penyebabnya adalah setelah mobil BMW itu digunakan ke Seattle untuk menghadiri pameran fisika. Kemudian, berjalan-jalan ke beberapa tempat rekreasi alam terbuka dan Danau Washington. Mesin mobilnya benar-benar mati ketika ia sampai tepat di depan mesin POM. Jean turun, lalu mengambil nozzle setelahnya dimasukkan ke dalam lubang tangki bensin. Full tank seperti biasannya. Sembari membiarkan mesin POM bekerja, supermarket yang ada di POM tersebut ia jadikan tujuan.
Dingin AC merambati kulit begitu Jean melewati pintu masuk. Matanya langsung menerawang ke sekeliling. Di benaknya sudah muncul list-list barang yang akan masuk pada keranjang belanja. Tujuan pertamanya minuman. Segera ia berjalan menuju lemari pendingin. Tiga kotak jus jeruk dan beberapa kaleng bir kadar alkohol rendah. Selanjutnya, bungkus besar makanan ringan ikut mengisi keranjang belanjanya. Untuk beberapa saat ia berkeliling dan memasukkan barang-barang yang sekiranya perlu.
Jean berjalan menuju kasir ketika keranjangnya sudah agak menggunung. Si penjaga kasir langsung bangkit ketika Jean tiba. Hal pertama yang lumrah Jean lakukan adalah mengamati. Ia seorang gadis kelihatannya sebaya dengan Jean. Berambut merah dan diikat tinggi. Senyuman ramah disunggingkan dari wajah lelahnya kepada sang pembeli. Lalu, ia mulai bekerja mengecek harga-harga dari belanjaan Jean. Tangannya begitu lihai atas apa yang dikerjakan, membuat Jean tidak bisa mengalihkan pandang. Dan, entah apa yang membuat gerakan tangan si gadis begitu lain.
"Sudah lama bekerja disini?" tanya Jean tiba-tiba.
Si gadis menaikkan kepala, melihat Jean sekilas tanpa menghentikan kerjanya. "Yah, begitulah."
"Tiga bulan?"
Si gadis mengurungkan niat mengambil bungkus makanan ringan di dekatnya. Sekali lagi, kepalanya terangkat untuk melihat Jean.
"Bagaimana kau tahu?" nada suaranya menyiratkan keheranan, selaras dengan ekspresinya.
"Tebakan beruntung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jean
RomanceDipenghujung musim gugur, dimana hawa menjadi dingin, daun terenggut dari dahannya, dan salju pertama akan datang, Jean merasakan benih-benih cinta dari Richie tumbuh. Tak ada hal lain selain memikirkan gadis berambut kemerah-merahan itu. Mengikutin...