Sunggyu POV
Aku melihat jam dilayar ponselku dan saat ini benar-benar masih terlalu pagi. Kami baru saja kembali dari Jepang sekitar tiga jam yang lalu, dan sekarang baru jam 3 pagi. Pintu kamar tidur terbuka sedikit dan hanya untuk ditutup lagi. Itu aneh.Aku menyadari bahwa dongseng ku tidak ada di tempat tidurnya. Jadi aku, sebagai pemimpin yang pemberani, berjalan keluar hanya untuk bertemu dengan orang yang aku cari sedang duduk bersandar di dinding di samping tempat tidur, dalam keadaan meringkuk.
"Woohyunie, apa yang kau lakukan di sana?" Tanyaku padanya, merasa tidak nyaman dengan posisinya.
Dia menggelengkan kepalanya, tapi tidak pernah mengangkat kepalanya untuk menatapku kembali. Jadi aku berjalan mendekat dan berlutut di sampingnya.
"Woohyunie?"
Aku menangkup pipinya dan berhenti sejenak saat aku merasakan kulitnya sangat dingin. Dia berkeringat juga. Aku mulai panik dan memiringkan wajahnya untuk menatapku. Matanya tertutup dan dia menggigit bibir bawahnya erat-erat. Kedua tangannya ada di perutnya.
"Sakit perut lagi?"
Aku tahu itu.
Tak heran ia bahkan tidak mengatakan apapun sejak kita sampai di bandara. Aku menariknya ke arah pelukanku dan mengusap punggungnya untuk memberinya kenyamanan.
Ini bukan pertama kalinya terjadi, tapi setiap saat hal itu terjadi, kita semua akan semakin khawatir dari sebelumnya. Setiap kali hal itu terjadi, anak laki-laki yang keras kepala ini tidak pernah mengatakan apapun, menahan rasa sakit itu sendiri tanpa bantuan siapapun. Sering kali terjadi bahwa pohon bodoh ini runtuh dan dirawat di rumah sakit.
"Bagaimana sekarang?" Tanyaku, merasakan dia sedikit gemetar.
Itu pasti sangat menyakitkan sehingga anak laki-laki yang banyak bicara seperti namu ini tidak mengatakan apapun. Aku terus mengusap punggungnya dan pinggangnya. Matanya masih tertutup, dan cengkeramannya di ujung bajuku masih kencang. Aku perlu mendapatkan obatnya, tapi gerakan kecil membuatnya meringis.
"Aku ingin tahu apa yang kita makan sekarang? Oh! Itu ayam goreng ... tidak heran ..."
Aku memarahi diriku sendiri karena tidak mengingatnya sama sekali. Keberuntungan ada di sisi ku saat sebuah pintu diklik dibuka. Hoya berjalan mengantuk dan berpaling ke arah kami.
"Hyung!"
Suaranya terdengar sangat keras, jujur saja. Mengapa? Karena sesaat setelah itu, semua orang sudah bangun dan berkerubun disekitarmu dan Namu.
"Seseorang tolong ambil obatnya di dalam kamar. Di dalam kabinet disamping tempat tidur kami ..."
"Aku akan mendapatkannya!"
Sungjong cepat melompat ke dalam ruangan. Sementara itu, Woohyun tiba-tiba merangkak ke kamar mandi dan memuntahkan apa pun yang tersisa di perutnya. Aku terlalu terkejut untuk bergerak, tapi Hoya dan Myungsoo cepat.
Mereka merawat Woohyun, dan membantu nya untuk membilas mulutnya dan menyeka wajahnya yang lebih pucat.
"Tidakkah sebaiknya kita pergi ke rumah sakit?" Sungyeol bertanya.
Woohyun menggeleng lemah.
"Aku baik-baik saja ... tidak ada rumah sakit ..."
Saat dia selesai mengatakan itu, dia menjadi lemas dan pingsan. Kami cepat menangkapnya sebelum jatuh ke lantai. Sungyeol dengan mudah mengangkatnya ke dalam pelukannya dan membawa Woohyunie ke kamar tidur kami. Dia menaruh Woohyunie ekstra hati-hati ke tempat tidur dan membelai kepalanya seperti yang akan dilakukan seorang saudara laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Namu [√ COMPLETED]
Fanfic^TransFic^ Our Namu ... Kalau saja dia tahu betapa berharganya dia bagi kita ... Kalau saja dia yakin betapa berharganya keberadaannya ... Kalau saja dia mempercayai kita sepenuhnya untuk membiarkan beban di dalam hatinya diketahui oleh kita ... Kal...