Chapter 06: What's Really Happened?

2 0 0
                                    

Beberapa hari berlalu semenjak kuketahui bahwa mimpiku ini merupakan sebuah kenyataan. Ya, kenyataan, tapi dari dunia lain, bukan dunia ini. Semua kejadian di mimpiku ini memang terjadi. Ada kemungkinan di masa depan, aku akan menghadapi kejadian yang terjadi dalam mimpi. Tindakanku ini ... mungkin bisa mengubah nasib seseorang ....

"...ner ... Lyner!"

"Ah?" Aku tersadar dari lamunan dan terperanjat. Siapa sih yang menggangguku saat aku tengah merenung!? Tidak tahu apa aku sedang menghadapi masalah super serius? Ah, tidak, tentu saja tidak tahu. Haa ...

Kugaruk bagian belakang kepala yang tidak gatal. "Kenapa, Ronan?"

Pria yang memanggilku bernama Ronan Astrial. Tingginya 169 sentimeter, berambut biru kehitaman dengan wajah oval agak chubby. Mata hitamnya menggunakan kacamata yang agak tebal karena memiliki minus. Pekerjaannya di kantor ini adalah bagian akuntan.

"Tadi, saat berpapasan di lorong, Bu Sheena memintaku untuk mengambil data-data yang kau siapkan. Sudah selesai, kan?" Ronan membetulkan posisi kacamatanya ketika bertanya.

Agh!? Astaga, mampus aku! Data-datanya masih setengah dikerjakan! Dari tadi aku melamun terus memikirkan memori paralelku ini!

"Uh, Ro-Ronan, bisa beri aku sedikit waktu lagi? Aku belum selesai ...." Aku tertawa kaku dengan perasaan malu.

Kulihat Ronan mendesah. Uh-oh, sepertinya dia ke mode sesi ceramah. Ronan ini tipe orang yang sangat teliti, apalagi soal urusan keuangan. Ugh, aku bahkan pernah diceramahi soal salah ketik meski hanya satu huruf saja. Tapi ... dibandingkan Bu Sheena, Ronan menasehatiku dengan nada sopan. Tidak seperti Bu Sheena, sekali memberi nasehat, satu kantor bakalan cari lubang untuk bersembunyi!

"Lyner, bukannya aku cerewet, tapi jika kau terus seperti ini, maka siap-siap saja menerima pemecatan langsung dari Bu Sheena. Kau sendiri tahu, kan, kalau Bu Sheena itu memecat pekerja tanpa berpikir panjang?"

Kugosok batang hidungku dengan perasaan tidak nyaman. "Aku tahu."

"Usahakan selesai dalam waktu 15 menit lagi. Lebih dari itu aku tidak bisa membantumu." Ronan menepuk punggungku sebanyak dua kali, menandakan memberi semangat,

Ronan berbeda devisi denganku, tapi kami berdua cukup akrab karena Gilbert. Kalau tidak salah, Gilbert dan Ronan merupakan teman semasa SMA. Katanya sih keduanya tidak menyangka akan bertemu di sini setelah sekian tahun tidak bertemu.

Ronan menuju ke meja kerja Gilbert dan meminta sebuah berkas. Kelihatannya tidak hanya aku saja, Ronan juga disuruh mengambil tugas Gilbert yang sudah selesai untuk dibawakan pada Bu Sheena. Ronan dan Gilbert bertukar sapa dan mengobrol beberapa menit. Selesai mengobrol, Ronan pergi dari ruangan ini sambil membawa berkas dari Gilbert.

"Hei, Lyner, sebaiknya segera selesaikan tugasmu. Kulihat dari tadi pagi Bu Sheena terlihat seram sekali." Gilbert menyengir ketika mengatakannya.

Jangan bilang dia berusaha membuatku panik dengan candaannya? Hm ... kurasa tidak. Sedari pagi, aku belum melihat Bu Sheena datang. Biasanya, minimal dia datang sekali untuk menginspeksi para pekerja meski hanya dilakukan kurang dari 3 menit. Duh, gawat. Jika benar Bu Sheena dalam keadaan bad mood, maka aku harus cepat-cepat menyelesaikan tugasku. Kalau kelamaan, bisa-bisa saat baru buka pintu, Bu Sheena langsung berteriak, "Kau dipecat!"

Keringat dingin mengucur dari tubuhku. Sebelum hal yang kukhawatirkan benar-benar terjadi, maka aku cepat-cepat mengerjakan tugasku yang setengah selesai. Rasa khawatir membuatku sedikit panik. Akibatnya, setelah selesai, ada beberapa kesalahan yang kulihat ketika mengecek ulang.

Changing The FutureWhere stories live. Discover now