Tak kesengajaan

16 0 0
                                    

Anyeong Chingudeul, Nih masih Chapter 1. Minta Kritik/Sarannya nee

Matahari mulai bersinar. Diam-diam ia memasuki kamarku melalui sela-sela gorden kamarku. Membuatku harus membuka mataku karena pancaran sinarnya. Aku menggoletkan tubuhku dengan manja,tetapi kini ku kembali mendengar suara itu. Suara yang sudah Familiyar ditelingaku.

"Jung Yerin... bisakah kau bangun sekarang? Lihatlah jam berapa sekarang? Apa perlu ku siram terlebih dahulu?" Teriakkan eommalah yang sudah  menjadi alarmku setiap pagi, entah kenapa ia suka sekali berteriak? Padahal dia bisa berbicara tanpa harus mengeluarkan nada yang kencang.

"Nee eomma aku sudah bangun," Jawabku dengan nada masih sedikit kantuk seraya berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan memakai baju seragam, aku duduk didepan meja riasku. Dalam sesaat aku melamun, entah apa yang kupikirkan, tetapi yang jelas aku sedang terhanyut dalam hembusan angin pagi.

*Gubrak*

Suara itu membuat ku tersadar dari lamunanku, dan ku melihat kearah sumber suara. Disana dapat ku lihat jelas eommaku yang sedang bersandar dipintu kamarku dengan gagang sapu ditangannya. Itu adalah senjata andalan eomma ketika ia sedang marah.

"Aiisshh Yeoja ini! Yakkk sampai kapan kau seperti ini? Apa kau tidak sekolah?" Ku lihat ia menghebuskan Nafas gusar. "Mau turun sekarang atau ku pukul kau dengan gagang sapu ini?" Kini wajahnya mulai memerah, ia menahan emosinya. Aku ingin tersenyum melihatnya, karena ia tak seperti seorang eomma yang sedang marah melainkan eomma yang sedang melihatkan aegyo imutnya.

"Nee eomma aku akan segera turun," jawabku seraya berlari mengambil tasku lalu mencium pipi eomma dan turun kebawah.

》》Skip》》

"Yerin-ya? Untung saja kau tidak terlambat, kalau sampai kau terlambat entah apa yang akan terjadi padamu." Ujar salah satu sahabatku yang tak lain adalah Rose.

"Memangnya ada apa dengan hari ini? Apakah ada sesuatu yang menakutkan?" Tanyaku datar

"Aiishh kau ini benar-benar,"

*Tak*

Tiba-tiba Rose menyentil dahiku

"Apa kau lupa? Hari ini ada ulangan dipelajaran pak sehun, kau tahukan bagaimana killernya pak Sehun? Kalau kau terlambat kau tidak akan bisa mengikuti ulangan susulan." Lanjutnya dengan aegyo kesal yang ia punya.

"Nee nee Rose, aku ingat! Tapi apakah tidak bisa kau tidak melakukannya? Dahiku sakit tahu." Cibirku seraya mengusap-usap dahi dan memajukan bibirku.

"Sudahlah aku sedang tidak ingin berdebat denganmu," perkataan Rose barusan mmbuatku penasaran apa yang terjadi dengannya?

"Apa kau sedang ada masalah?" Tanyaku.

"Aniyo," jawabnya yang singkat membuatku semakin yakin kalau dia memiliki masalah.

"Sudahlah kau tak perlu menutupi ini darinya," ujar Jisoo yang semakin membuatku penasaran apa yang terjadi.

"Sebenarnya eomma dan appaku akan berpisah. Appa selingkuh dengan wanita lain, dan membuat hati eomma terluka. Entah apa yang dipikirkan oleh Appa? Kenapa ia tega melakukan ini kepada eomma? Eommaku sangat mencintainya, tapi apa balasan yang eomma dapat? Ia hanya mendapatkan penghiantan dari Appa." Hiks... tangisnya kini pecah yang serentak membuatku langsung memeluknya. Sementara Jisoo hanya menatap keluar jendela, ia tidak ingin melihat Rose menangis, karena itu akan membuatnya meneteskan air mata.

Diantara kami bertiga,Jisoo lah yang paling perduli dengan sekitarnya, ia mudah akrab dengan siapa saja. Begitupun denganku, meskipun aku murid baru disini, tapi aku merasa bahwa kami sudah menjadi kawan lama.

"Sabarlah Rose, mungkin ini cobaan untuk keluargamu. Aku dan Jisoo akan selalu berada disampingmu, jadi kau jangan pernah berpikir kalau kau hanya sendiri disini,"ku coba menenangkannya dengan kalimatku baru saja

"Nee Rose... apa yang dikatakan Yerin benar. Sudahlah apa kau tidak kasihan dengan matamu? Bisa-bisa kantung matamu membesar dan membuatmu kelihatan lebih tua," Sambung Jisoo yang membuat kami bertiga terkekeh dan saling memandang dengan senyuman kecil.

"Gomawo Yerin,Jisoo." Lirih Rose seraya memelukku dan Jisoo.

Pangeran Seksi Nae❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang