Prolog

110 2 0
                                    

[1 April 2024]

Musim semi, awal semester baru telah tiba. Di seluruh penjuru kota bunga-bunga sakura bermekaran, menunjukkan betapa indahnya warna merah muda itu. Warna yang lembut dan nyaman, serta membuat hati semua orang merasa hangat. Pohon-pohon sakura yang menjulang tinggi berada di seluruh jalan kota, menuntun orang-orang menuju tempat kerja, maupun sekolah. Angin berhembus dari barat ke arah sang surya, yang baru saja mulai menemani setiap orang di kota. Dan beberapa helai bunga sakura yang berjatuhan, membuat rumput, maupun jalan diwarnai bintik-bintik merah muda.

Orang-orang berpakaian rapi, memakai jas dan dasi, serta pelajar yang memakai seragam sekolah masing-masing. Semua berkumpul menunggu datangnya kereta maupun bis kota. Suara keras dengan lantangnya berbunyi, yang menandakan bahwa sekarang memasuki jam delapan pagi. Suara yang berasal dari jam stasiun berwarna perak, dan berkilap seolah jam itu dibersihkan setiap hari. Jam yang memiliki 2 sisi berada di tengah-tengah taman tepat di depan pintu masuk stasiun. Di seberang jalan terdapat minimarket, bangunan yang menggunakan warna biru elegan. Terlihat beberapa orang sedang mengantri di kasir. Makanan, minuman, ataupun alat tulis untuk melengkapi aktivitas mereka hari ini.

Di tengah itu semua, ada seorang laki-laki berjalan dengan santai menyusuri jalanan yang dipenuhi warna merah muda. Tersenyum, dan memandangi bunga-bunga sakura yang bermekaran. Kaos putih berkerah dengan lengan pendek, dan celana coklat panjang, serta sepatu putih, yang dihiasi beberapa warna hitam pada bagian sampingnya. Dia hanya mencari udara segar di pagi hari, dengan berjalan di taman. Hijau dan merah muda mewarnai pandangannya. Melihat betapa indahnya pemandangan yang ada di kota yang sibuk itu, seolah-olah baru pertama kalinya dia tinggal di situ.

Tetapi itulah kenyataannya, laki-laki berumur 25 tahun dengan rambut hitamnya yang agak tebal dan memiliki poni kearah kiri. Kulit kecoklatan yang jarang terlihat diantara penduduk kota itu. Dan mata coklat yang sedang menikmati pemandangan yang ada. Dia masih belum percaya bahwa impiannya menjadi kenyataan. Impian yang mungkin dianggap hampir mustahil oleh teman-temannya. Impian yang melewati berbagai macam cobaan, kegagalan, tawa, tangis, yang dapat membuat siapapun berhenti untuk menggapai impiannya yang indah dan lebih memilih untuk realistis walaupun dengan pekerjaan yang membosankan. Tapi, diantara mereka semua terdapat satu orang yang lebih mementingkan bekerja dengan senang di bidang yang dia gemari. Bidang yang dianggap remeh orang lain, yang dianggap bahwa itu hanya untuk main-main, yang tidak memiliki manfaat apapun.

Perjuangan yang sama sekali tidak sia-sia walaupun pernah di tentang oleh kedua orang tuanya untuk lebih realistis. Masalah keuangan yang dialami keluarganya, hingga ditinggalkan oleh kekasih yang sangat dia sayangi saat dia membutuhkan dukungan dari orang lain. Walaupun begitu dia tetap berusaha menutupi semua masalahnya dengan senyuman. Dia tidak ingin banyak orang yang tau tentang masalah yang dia hadapi, karena dia sadar meskipun banyak orang yang tau belum tentu mereka akan membantumu. Sehingga dia lebih baik diam, walaupun dia sangat tersakiti. Walaupun begitu dia tetap memiliki beberapa teman, tetapi dia hanya memiliki satu sahabat yang sangat dia percaya. Meskipun sekarang sahabatnya telah meninggalkannya. Sahabat yang selalu mendukungnya, dan pernah mencintainya, sahabat sekaligus kekasih. Namun, itu semua sudah hilang dan hanya cerita masa lalu. Gadis yang menurutnya sangat spesial dan berbeda dari gadis yang lain, hingga membuatnya bertekad untuk menikahinya suatu hari nanti. Tapi tetap saja bahwa itu hanya kenangan masa lalu yang sangat-sangat pahit. Kenangan yang ingin dia lupakan tetapi semakin dia ingat.

Laki-laki itu berjalan menuju bangku taman terdekat yang dia lihat di sebelah kirinya. Bangku kecoklatan yang menghadap danau yang ada di taman itu. Danau yang lumayan luas, mungkin sekitar dua ribu meter persegi. Bila dibandingkan dengan tamannya, berarti taman itu termasuk sangat luas. Laki-laki itu duduk bersandar sambil mengamati sekeliling. Hanya ada beberapa orang yang ada dipandangannya, dan semua sedang berolahraga. Kemudian laki-laki itu memindahkan pandangannya ke danau yang berwarna biru cerah itu. Pemandangan yang amat sangat indah, dimana pemandangan itu berada di tengah-tengah kota.

DreamWhere stories live. Discover now