Kelas Baru

11 0 0
                                    

"Tami! Sebelah sini!" Beberapa kepala menoleh ke arah pintu, tepat saat aku melangkah masuk ke kelas XI IA 1, karena pekikan Elsa. Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum singkat sebagai permintaan maaf kepada seisi kelas, lalu melanjutkan langkahku ke arah Elsa.

"Kok di sini tempat duduk kita?" Aku mengerucutkan bibir, protes terhadap pilihan Elsa yang mengambil tempat duduk di baris nomor tiga dari depan, deretan yang paling dekat dengan pintu pula.

"Jangan protes dulu, lo. Lihat noh!" Elsa menggerakkan dagu ke arah jam dua. Aku mengikuti gerakannya. Dan langsung bergidik saat mendapati kedipan mata genit dan senyum lebar milik seseorang yang tidak ingin kulihat. Enrico. Teman sekelas kami waktu di kelas X, yang tengil dan suka usil menggangguku setiap hari, kini tengah duduk di barisan ketiga deretan kursi terjauh dari pintu, tepat di belakang kursi yang sudah kuincar bareng Elsa.

"Dia sekelas lagi sama kita?" Aku bertanya cukup histeris. Kok bisa aku tak tahu? Bukannya kemarin saat melihat pengumuman kelas baru, sekilas tidak terbaca nama cowok jahil itu di kelas XI IA 1? Atau aku yang tidak betul-betul memerhatikan tulisannya?

"Mana gue tahu. Lo yang kemarin lihat pengumuman kelas kan?" Elsa mengedikkan bahu.

"Hai, girls." Aku langsung beringsut ke arah meja saat Rico datang mendekat. Lihat, baru juga dibilang jahil, tengil, dan suka usil, tiba-tiba langsung datang kan? Cowok berambut japrak seperti tusuk sate itu tanpa malu terus mendekat. Aku langsung menghindar, berjalan cepat ke depan, memutari deretan kursi dan memilih duduk di tempat duduk yang dekat dengan dinding setelah memaksa Elsa bertukar tempat.

"Apaan sih lo, Ric? Pagi-pagi udah tebar pesona aja. Nggak lihat si Tami udah manyun tuh?" Elsa sewot melihat tingkah Rico sekaligus wajah memberengutku.

"Ih, ih, ih. Pagi-pagi kok princess udah bad mood aja? Nggak boleh lho. Dosa." Aku dan Elsa sama-sama mendengus mendengar nada suara Rico yang membuat siapa saja yang mendengarnya merasa mual.

"Iya, bad mood karena menurut ramalan zodiak yang gue baca, hari ini merupakan hari sial bagi gue. Eh ternyata bener. Sial karena harus sekelas sama tusuk sate lagi." Aku menyahut sengit. Elsa terlihat hendak tertawa, namun ditahan.

"Jangan gitu dong, Beb! Ini jodoh namanya. Gue sih bersyukur banget." Aku langsung berpura-pura mau muntah, dan Elsa tidak bisa menahan tawa lagi. Selalu seperti ini sejak setahun lalu.

"Beb beb, lo pikir gue bebek?" Aku melotot ke arah Rico yang hanya ditanggapi dengan cengiran.

"Bukan! Kamu kan Bebep-ku tersayang. Miss zodiac yang paling kece badai se-SMA Dharma Bakti." Rico tersenyum lebar seraya berkata begitu. Dan aku langsung mual sambil membekap mulut dengan tangan.

"Ih, sumpah sial bener gue hari ini. Pantesan pas pagi-pagi baca ramalan tadi feeling udah nggak enak. Ternyata ini kesialan gue." Aku mencerocos, mengulang kembali kalimat yang tadi sudah kukatakan. Elsa masih tersenyum-senyum di sampingku. Dan Rico, si tusuk sate itu, masih setia berdiri di dekat meja Elsa.

"Nih, Bep. Buat ngusir kesialan hari ini." Dengan senyuman lebar, Rico menyodorkan sebatang cokelat bar kepadaku. Aku hanya melihatnya sekilas dan tidak menerimanya, seperti biasa.

"Buat gue aja kalau lo nggak mau, Tam." Dan seperti biasa Elsa selalu menyambar cokelat dari tangan Rico dengan gesit, membuat cowok itu manyun.

"Dih, itu buat Bebep gue tu. Masa lo ambil lagi?" Rico menatap tajam Elsa sambil protes. Elsa membalas tatapan Rico santai sambil berkata cuek.

"Sedekah, Ric. Biar gue bantuin doa sekalian. Siapa tahu habis ini hati Tami luluh dan mau sama lo." Sontak aku menggetok kepala Elsa begitu mendengar ucapan ngawur-nya. Elsa mengaduh sambil menatapku tajam. Rico hanya senyum-senyum di tempat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miss ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang