Langit tampak cerah dihiasi kumpulan awan yg menambah sensasi menawan di langit Jakarta siang itu.
Sepasang kaki mungil berjalan beriringan dengan nyanyian dari bocah manis bermata sipit berusia 15 tahun itu terlihat menyusuri koridor sekolah dengan menenteng beberapa buku yang tentunya tidak ringan. Pastinya dia akan pulang ke rumahnya eh lebih tepatnya rumah bibi dan pamannya
Lantunan merdu dari bibirnya serta langkahnya tiba-tiba saja berhenti ketika gadis mungil seukuran dirinya yang bermata besar dan berwajah bulat itu tengah berada di hadapannya sekarang, yahh dia gadis yang sama yang sebangku dengannya
"Hei.. Ratna, mau kemana?" tanya-nya membuka percakapan diantara dua ABG itu
"eh Ika.. Mau pulang, kan udah gak ada lagi kegiatan di sekolah"
"cepet banget, kamu jangan pulang dulu.. Aku mau ngajakin kamu makan siang hari ini, mau yahhh,,, aku yang traktir deh, lagipula ada sesuatu yang akan aku bicarakan sama kamu" Ika memasang wajah memelasnya dengan ciri khasnya yang mengedipkan kedua mata dengan tempo yang cepat dan lengkungan panjang dibibirnya membuat siapapun yang melihatnya merasa tak tega dan langsung menuruti apa maunya
Tia yang sedari tadi hanya bungkam mendengar ungkapan sahabat lamanya ini akhirnya buka bicara dan menyetujui ajakan Ika, namun sesuatu membuat Tia cemas sekaligus bungkam beberapa saat yaitu ketika Ika mengungkapkan bahwa dia akan mengatakan sesuatu padanya.
'apa yang akan dia katakan? Apakah dia mengenaliku? Jika iyya, Harusnya aku senang bukan? Tapi mengapa aku gelisah seperti ini?' batinnya
Dengan cekatan, Ika langsung menarik lengan Tia menuju kantin, yang kebetulan kantin di sekolah mereka belum tutup.
Suasana di kantin ini memang sangat nyaman dan tempatnya yang cukup luas begitu pula dengan pelayanannya yang hampir menyerupai restoran pada umumnya, namun yang membedakannya kalau restoran, pelayan yang menghampiri pembeli, sedangkan disini penjual yang menghampiri pembeli dan menawarkan makanannya. Namun jika jam istirahat, hal itu tidak berlaku karena terlalu banyak siswa yang perlu dilayani dan tentu saja si penjual akan kewalahan mengingat jumlah mereka hanya 5 orang saja.
Fasilitas di sekolah ini amat sangat memadai, mulai dari ruang kesenian, laboratorium, hingga lokasi olahraga renang juga ada dan hal ini sangat jarang dimiliki oleh setiap sekolah, mengingat sekolah ini salah satu sekolah elit yang ada di Jakarta tentu saja hal itu bukanlah suatu hal yang ganjil
"Ra, mau pesan apa?"
"Terserah deh"
"Yaudahh.. Mie goreng 2 dan es teh manis 2 yah mbak"
"itu saja?" tanya seorang wanita yang jauh lebih tua dari kedua anak perempuan ini
"iyya mbak"
Beberapa menit kemudian, makanan dan minuman yang mereka pesan sudah tersusun rapih di atas meja, namun kelihatan masih sangat panas terlihat asap putih yang keluar dari Mie tersebut menambah kesan panasnya makanan yang sangat digemari Ika ini
Ika memilih meminum es teh nya terlebih dahulu sebelum menyantap makanannya, namun Tia nampak gelisah dan masih belum saja menyentuh pesanannya sedikitpun.
Hal ini tentu saja membuat Ika tersinggung dan merasa bahwa Tia tidak menyukai pesanannya itu
"Ratna, ada apa? Tidak suka yah? Yaudah pesan saja yang kau suka" ucap Ika sambil menyuapi dirinya dengan tenang
"ahh tidak, aku suka kok, hanya saja ini terlalu panas, aku hanya nunggu sampai Mie nya dingin saja" kata Tia sambil menatap Mie tersebut dan tersenyum tipis dan agak dipaksa