(1)satu...

99 4 0
                                    

Ku terdiam menatap cermin, berjam-jam ku hanya duduk dan melontarkan ribuan pertanyaan pada diriku yang berada di cermin.

Esok hari,matahari akan kembali menyambut ku dengan sinarnya yang masuk ke sela-sela jendela rumah bernuansa putih milik ku,dan aku hanya akan beranjak dari tempat tidur untuk menatap kembali cermin itu.

Entah kenapa aku sangat tidak menyukai hari dimana aku akan kembali masuk kedalam sebuah kelas yang memang penuh dengan manusia-manusia pembenci diri ku.

Lelah.

Satu kata itu yang ada dihidup ku setiap hari,namun apa daya ku yang memang harus menjalani hari dengan mereka.

Sudahlah,ku sedang malas mengeluh, sungguh ku juga tak ingin menangis karena rasa lelah.

Aku beranjak untuk berjalan menuju jendela,ingin memperhatikan langit malam dengan ribuan bintang.

Entah kenapa perlahan aku menunduk saat melihat para anak seumuran ku sedang bermain bersenang-senang di luar rumah.

"Seandainya ada satu orang yang menganggap ku teman,mungkin aku akan bermain seperti mereka" batin ku.

Tanpa ku minta,butiran bening mengalir dari ujung mata ku,sedikit membasahi setengan pipi ku.

"Waktunya makan" wanita paruh baya membuka pintu kamar ku,membawa nampan berisi satu mangkuk bubur,beberapa pil obat,dan segelas air putih.

Dengan cepat aku mengusap pipi dan mata ku karena tak ingin tante ferlin bertanya-tanya mengapa diriku menangis.

Lalu seperti biasa aku akan tersenyum lembut didepan tante ferlin,berlari kecil kearahnya,dan memeluknya.

"Tante kenapa mau repot-repot membuatkan aku makanan,tapi terima kasih tante dan maaf jadi merepotkan" aku berheti memeluknya,lalu senyum ku semakin merekah lebar.

"Tak apa,tante sekarang jarang melihat mu makan seakan-akan kamu sudah lupa dengan nasi,jadi tante buatkan makanan" tante ferlin tertawa pelan dan aku pun juga tertawa sambil mengambil alih nampan dari tangan tante ferlin.

"Maaf tante,tahun ini aku emang lagi males makan karena banyak tugas,tapi tante tetap jangan khawatir sama aku yaa."

"Yasudah kalo begitu tante pergi ke dalam kamar dulu,ada beberapa pekerjaan kantor yang belum selesai."

"Iya tante" sebelum melangkah pergi tante ferlin mengacak-acak dan mengelus rambut ku seakan-akan aku ini memang keponakannya.

Yaa tante ferlin adalah tante angkat ku,kami bertemu di sebuah pelabuhan yang menenggelamkan keluarga ku dan keluarganya.

Aku yang dulu masih anak-anak dengan tante ferlin yang masih  remaja telah saling kehilangan keluarga, sama-sama terpukul namun kami saling menguatkan,sehingga aku nyaman bersamanya dan membawanya datang ke kehidupan ku.

Tunggu,tidak.

Aku tidak kehilangan keluarga, keluarga ku masih tetap ada hanya saja diriku tak pernah tau mereka dimana.

'Ciiiit trek' setelah keluar,tante ferlin langsung menutup pintu.

Aku tersentak saat mendengar suara pintu tertutup,memang tertutup secara perlahan tetapi telinga tajam ku tetap bisa mendengarnya.

Duduk menyilakan kaki di ujung tempat tidur,lalu menaruh nampannya dipaha,dengan tak semangat aku terus saja memasukan sedikit demi sedikit buburnya ke mulut.

Menghela nafas panjang,setelah satu mangkuk bubur dan segelas air minum telah ku habiskan,diriku menjatuhkan nampan dengan sengaja,memunguti beberapa pil obat yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah.

"Aku tak butuh obat" gumam ku sedikit lirih.

Kembali membersihkan lalu memunguti gelas,mangkuk,dan nampan yang tergeletak karena ulah ku.

aku membawa semua itu menuju dapur,menuruni anak tangga satu persatu.

"Obat maag mu sudah di minum bukan?" Tante ferlin menoleh saat melihat ku masuk ke dalam dapur,yang ku lihat tante ferlin sedang mencatat perlengkapan makanan dan bahan-bahan makanan yang akan habis.

Aku menggeleng.

Tante ferlin mengerutkan dahinya tanda dia bertanya 'mengapa'.

"Tadi setelah aku makan,nampannya tidak sengaja ku jatuhkan sampai pil obatnya berantakan dan harus ku buang" jawab ku berbohong,sungguh aku tak ada niat buruk membohongi tante ferlin,hanya saja diriku tak ingin melihatnya bersedih.

"Tante perhatikan minggu ini pil obat mu selalu terbuang,kamu tidak berbohong kan?"

"Tidak tante,untuk apa aku berbohong, lagian kan obat yang minggu lalu saja tidak ku buang" aku tersenyum manis.

"Yasudah,biarkan tante yang mencuci itu,kamu beristirahatlah,besok kamu sudah masuk sekolah lagi bukan?"

Aku mengangguk,menaruh nampan itu disembarang tempat dan langsung berlari menaiki tangga menuju kamar ku.

Terdiam sejenak setelah berada di dalam kamar,aku mengambil dan membuka kotak kecil yang berada tepat di laci lemari,kotak kecil itu ku beli berbulan-bulan lalu.

Di sana tersimpan beberapa pil obat yang sengaja ku simpan semenjak beberapa bulan lalu,tak ku minum satu pun karena obat itu selalu membuat ku merasa lemah,walaupun diriku ini sebenarnya memanglah lemah.

"Aku tidak selemah yang mereka katakan" batin ku.

"Liodi,kamu sudah tidur kan" teriakan tante ferlin membuat ku cepat-cepat menutup dan menaruh kembali kotak kecil itu.

"A-aku akan sholat dulu tante,setelah itu baru aku akan tidur" teriak ku,sambil berlari ke kamar mandi untuk berwudhu,hampir saja aku lupa beribadah.

Setelah selesai aku terus saja menarik selimut sampai menutupi setengah tubuh mungil ku ini.

Hingga akhirnya aku benar-benar tertidur lelap untuk bertemu bunga tidur yang indah.

***
Alarm ku berbunyi nyaring menunjukkan subuh telah datang menyambut seluruh manusia beragama islam yang ingin beribadah.

Dengan lemas aku beranjak dari tempat tidur,melangkah gontai menuju kamar mandi untuk berwudhu,aku melaksanakan ibadah lalu kembali tidur.

Sungguh pemalas.

Beberapa jam kemudian,sinar mentari menyilaukan mata hingga aku terbangun karena sinarnya.

"Bangunlah liodi,ini sudah jam enam lewat,apakah kamu tak ingin sekolah" tante ferlin meyambut pagi ku dengan  tersenyum sambil membawa seragam milik ku.

Aku menghela nafas
"Iya ini aku akan mandi" jawab ku sambil tersenyum.

Aku pun berlari mengambil handuk, mencium pipi lembut tante ferlin,dan cepat-cepat berlari menuju kamar mandi.

"Liodii" teriak tante ferlin lalu terkekeh.

Tante ferlin selalu tersenyum saat melihat salah satu foto masa kecil ku bersama keluarga.

"Kamu anak yang baik liodi,doa ku akan selalu bersama mu."

beberapa menit kemudian tante ferlin terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil melangkah meninggalkan kamar.

🥀🥀🥀🥀🥀

Maaf ceritanya di revisi terus sama saya,ini revisi terakhir,jika menurut ku cerita ini masih saja tidak pantas untuk dibaca,maka akan saya hapus cerita ini🙂...

HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang