Berbulan-bulan pun telah ku lalui, keadaan yang sama, penderitaan yang sama, sedih, air mata yang seakan akan selalu hadir di setiap hari hari ku. Ibarat dunia yang selalu dilanda hujan, datang datang dan tak kunjung reda. Tak ada kata kata yang mampu untuk ku tuliskan dan ku ungkapkan dalam Diary ku sehari hari, selain curahan kesedihan serta tangisan yang tak mampu ku ungkapkan lagi.
Pernah terpikir untuk menyerah, untuk mengakhiri semua ini. Tapi, apalah daya ku yang tak mampu melakukan hal itu. Sehari hari aku hanya hidup bagaikan manusia, manusia yang tidak memiliki siapa siapa serta apa apa. Dan, pada akhirnya semua yang dahulu indah, dahulu bahagia, hancur dengan cepatnya. Seseorangku, smua hilang. Mama ku, tak sama lagi dengan dahulu. Mereka yang dahulu sangat menyayangiku, kini musnah bagaikan air yang menguap oleh sang mentari.
Hari ini, mamaku menikah lagi dengan seorang lelaki yang tak pernah aku kenal. Sedih, memang sedih. Tapi, jika itu yang terbaik bagi mama. Ya, pasti ku terima. "Selamat ya, Ren" kata Teni saat bersalaman diatas pelaminan mama ku. "Oh iya, Ten. Terima kasih" jawabku. "Seneng dong pastinya. Hehehe" Ledek Erick. "Alhamdulillah masih kok". Seharian aku sangatlah disibukkan dengan pernikahan mama ku. Sampai sampai aku sendiri belum sempat mengucapkan selamat kepada mama ku sendri. Keesokan harinya, tepat hari dimana aku melakukan ujian nasional. Tanpa belajar apapun, dan hanya dengan usaha doa saja aku berani menghadap i itu. "Reni, ayo makan dulu" teriak mama ku. "Udah, Mam. Reni keburu buru" teriakku sambil berlari ke luar memakai sepatuku. "Mama, bekalin mau?" Teriak mamaku. "Tidak usah, Ma" jawabku berjalan menuju mama. "Mam, Reni berangkat dulu ya.. Doain Reni. Oh iya ma, selamat ya ma :') salam ke papa" kataku memeluk mama sambil meneteskan air mata. "Iya Reni, mama doain yang terbaik buat kamu. Buat mama bangga yah :') udah dong jangan menangis gitu, kayak anak kecil aja" jawab mamaku sambil menepuk punggunggu. "Gapapa kok ma, Reni cuma rindu mama peluk seperti ini aja" kataku. Tiba tiba suasana menjadi hening sesaat. "Yaudah Mam, Reni berangkat dulu" kataku sambil mencium tangan mamaku. "Iya, Ren. Hati hati ya.." jawab mama ku. Aku pun bergegas berjalan menuju garasi rumahku untuk mengambil mobilku. "Tuhan, terima kasih" kataku dalam hati. Aku pun berjalan santai menuju sekolahku dikarenakan jam yang masih pagi. Ditengah perjalanan terlihat sebuah mobil yang tak asing olehku. Dan aku pun berhenti. Dan ternyata itu Erick. Aku pun keluar. "Kenapa lagi, Rick?" Tanyaku. "Ini kak, mogok lagi" jawabnya sambil membenah i mobilnya. "Yaudah berangkat bareng aku aja, kan juga searah. Nanti biar bengkel aja yang ambil mobil kamu" jawabku spontan. "Hmmmm" gumam Erick. Seketika "oh iya, kan kelas 3 ada ujian, gamungkin kelas 2 masuk" kataku dalam hati. "Yaudah sayang, aku sama muncil aja. Kamu benahin, biar nanti kamu bisa jemput aku sekalian keluar deh" jawab seseorang yang keluar dari mobil Erick. "Hah Teni. hmmmm" kataku dalam hati. "Yaudah gapapa, bener kata dia" kataku terbata bata. "Iya sayang, aku berangkat dulu" kata teni sambil memeluk Erick. Aku dan Teni pun masuk ke mobilku. "Rasa senang, sakit, sedih campur menjadi satu. Tapi, tak mungkin aku mengungkapkan semua itu" kataku dalam hati."Cil, jawab dong" teriak Teni. "Oh iya, Ten kenapa?" Tanyaku gagap. "Ya Tuhan anak ini. Padahal aku udah ngomong panjang kali lebar" kata Teni. "Maaf ten, sedikit ngantuk jadi ngga fokus" jawabku. "Yasudah sini aku gantiin nyetirnya" kata Teni. "Gausah Ten, aku bisa sendiri" jawabku. "Kamu masih marah sama aku?" Tanya Teni. "Nggak kok, cuman keinget Resa aja" kataku. "Iya ya Cil, ga kerasa Resa udah tinggalin kita hampir 2 tahun. Keinget dulu kota sering bareng ke mall, ke pantai. Kamu duduk disini, aku sama Cindy di belakan. Resa yanh nyetir in kita. Tapi, sekarang berubah yah. Berbeda. Maafin aku juga yah, Cil" kata Teni. "Maaf kenapa? Kan itu kesalahanku :') dia sakit ya karena aku kan." Kataku berkacakaca. "Hmmm bukan itu. Tapi soal Erick. Maaf yah, aku kemakan kata kata ku sendiri" kata Teni Sedih. "Gapapa lagi. Itu sudah takdir" jawabku cuek. "Takdir bagaimana maksdmu?" Jawab Teni pelan. "Ya takdirku. Takdirku sedih, dan takdirmu bahagia" jawabku menahan tangis. "Maafin aku. Aku ngga bermaksud. Kalau kamu masih sayang Erick. Aku rela dia buat kamu, asalkan aku dan kamu bisa seperti dulu lagi"kata Teni. "Kalau sayang, iya memang aku masih sayang. Tapi, aku gamau merebut kebahagiaan siapapun. Jadi kamu tenang aja" kataku. "Maafin, Cil. Kita kayak dulu lagi" kata Teni. "Ten, kamu ngga ada salah ke aku. Kalau masalah Erick, itu udah lalu, biar aja." Jawabku. "Berarti kita bisa seperti dulu?" Tanya Teni. "Hmmm maaf untuk saat ini, aku kepengen sendiri. Aku mau seperti ini :') tapi, kamu, Resa, Cindy sampai kapanpun tetap dihatiku. Tapi untuk saat ini, aku mau seperti ini." Jawabku. "Tap...i" kata Teni. "Udah, sekarang udah sampai ayo kita turun, terus masuk"kataku. "Hmmmmm" Teni terdiam. "Semangat Ten"kataku. Aku seketika berjalan cepat. Bukan menuju ruang ujianku, melainkan kebun belakang sekolah. Aku duduk di ayunan yang sering dulu aku mainkan bersama sahabat sahabatku. "Res, kamu jahat! Kamu ingkar! Mana janjimu menemani ku saat aku sedih! Satu tahun ini aku sedih, Res! Kamu mana? Datang? Ada? Ga, Res! Aku benci kamu! Benci! Benci! Benci! Tapi aku kangen kamu :'(" kataku. Aku menangis sejadi jadinya. Ntah kenapa. Aku seakan tidak bisa bahagia tanpa resaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/47199357-288-k482508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
RomanceKisah hidup Reni si MUNCiL yang selalu berbelit dengan air mata dan kesedihan. Kebahagiaan seakan akan hanya menjadi mimpi belaka dalam perjalanan hidupnya. Datangnya berbagai sosok, bukan membuatnya lebih bahagia malah membuatnya lebih terpuruk dan...