[Prolog]

90 24 19
                                    

17 tahun lalu...

"Kenapa Cinta dan Rindu?" Alis pria berbadan tegap itu menaut bingung.

Kedua manik hitam gelap miliknya menatap bayangan Sang Istri yang sedang memasang anting di cermin.

Istrinya tersenyum, "Karena Cinta dan Rindu itu tidak terpisahkan,"

Pria itu malah memiringkan kepala, dahinya semakin mengerut yang ternyata malah mengundang tawaan dari Sang Istri.

"Sayang, Cinta dan Rindu itu seperti kembaran. Tidak terpisahkan. Selama ada Cinta disitu pasti ada Rindu juga," terang wanita yang terlihat sangat anggun itu.

"Aku tahu kalau soal itu, yang aku tidak mengerti kenapa kamu mau menamai bayi kita dengan dua kata menyedihkan itu,"

"Loh? Kok menyedihkan?"

"Sejak masa pacaran kita pernah membahas tentang rasa apa yang lebih sering dibawa oleh Cinta. Kamu sendiri yang bilang Cinta itu lebih dominan membawa kesedihan daripada kebahagiaan,"

Sang Istri tergelak, "Benar juga ya, kita pernah bahas itu dulu,"

Kali ini badan mungil yang berbalut gaun biru bercorak bunga itu berbalik menghadap Si Suami yang sedari tadi duduk di atas kasur dengan sabar menungguinya selesai berdandan.

"Ya sudah tidak apa," Ia tersenyum, sepasang mata cokelat tua itu beralih menatap perutnya yang sudah masuk usia 9 bulan,

"Biarkan saja, biar mereka terbiasa dengan kesedihan. Biar mereka saling mengerti dan saling menguatkan. Biar sejauh apapun mereka terpisah, mereka bisa saling menemukan. Karena Cinta itu tempat Rindu berpulang,"

Kembali untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang