[Aku Rindu]

76 14 32
                                        

Tuk...tuk...tuk. Suara pena yang mengetuk meja terdengar samar di dalam ruangan kelas yang isinya penuh dengan manusia-manusia kebosanan. Ada yang melamun, membaca buku padahal dibaliknya sedang menonton drama korea lewat ponsel, dan bahkan ada juga yang terang-terangan tidur di meja belakang.

Sejarah. Entah kenapa banyak yang kebosanan saat pelajaran satu ini berlangsung. Padahal usia remaja adalah usia yang paling sering mengenang masa lalu. Ah, berbeda ya? Yang satu mengenang sejarah negara sedangkan satu lagi mengenang sejarah percintaan, begitu?

Cinta. Sang Gadis menghentikan ketukan penanya dan tersenyum kecut pada satu kata itu. Sebuah getaran yang muncul dari balik saku membuat kegiatan bermonolog-nya terhenti. Dia mengerutkan dahi saat melihat pesan yang muncul pada layar kaca ponsel biru itu.

Anna : Ndu, keripik satu.

Keripik? Memang sudah jam istirahat? Tidak lama setelah mata hitam itu melirik sudut kanan atas ponselnya, bel tanda istirahat berbunyi. Keriuhan segera menggema dari luar kelas. Murid-murid berlomba menyusul kantin. Guru sejarah yang mengajar di depan kelas pun ikut melangkahkan kaki keluar.

"Rindu! Keripik gue!" Teriakan demi teriakan muncul memanggil si Gadis penjual keripik. Getaran pada ponselnya kini bertambah. Rindu tersenyum. Laris manis!

Siapa bilang bahagia itu sulit? Sederhana kok. Melihat keripiknya laris manis saja Rindu sudah senang. Memang setiap jam istirahat gadis itu mendadak menjadi The-most-wanted-gurl di sekolahnya. Setiap orang juga berlomba menghampirinya. Rindu dan kantin. Perfect match!

Tetapi ada juga beberapa orang yang sudah memesan duluan meminta keripik itu menghampiri mereka. Queen-wannabe! Berhubung karena bisnis, Rindu tetap melakukannya kok. Dengan senang hati pula.

"Rindu, keripik gue," Rindu terhenti. Setelah urusannya berjualan di kelas selesai, dia hanya harus berkeliling menghampiri para pemesan keripik. Terhitung baru 10 langkah Ia berjalan menyusuri koridor, langkahnya terhenti.

"Eh, Citra!" Senyum manis terukir pada wajah Rindu karena berpapasan dengan Citra-salah satu pemesan keripiknya.

"Gak perlu ke kelas, Gue mau ke kantin juga soalnya." Terang Citra sambil menarik salah satu keripik dari tali pengikatnya. Rindu bersorak dalam hati. Rindu memang suka mengekspresikan banyak hal di dalam hatinya. Tetapi, wajah cantik Gadis itu juga tak kalah sering ikut mengutarakan hal-hal yang Ia rasakan.

Seperti sekarang misalnya. Citra dapat melihat dengan jelas betapa senangnya Rindu melihat Citra menghampiri dirinya. Dasar Rindu! Citra tersenyum kecil, merasa lucu dengan tingkah Rindu.

"Assalammu'alaikum, Bu." Senyum kecil Citra beralih Ia tujukan pada Ibu For yang sedang berjalan melewati mereka. Rindu yang posisinya membelakangi jalan lantas ikut menoleh, "Assalammu'alaikum, Bu." Salam Rindu menyusul.

Ibu For dengan wajah juteknya melenggang santai melewati mereka tanpa niat membalas. Citra dan Rindu hanya mengangkat bahu, terbiasa.

Satu langkah... dua langkah... Ia berhenti. Kembali berjalan mundur. Menatap Rindu dengan seksama. Lalu menepuk lengan Gadis itu dengan keras.

"Awww!" Rindu mengaduh kesakitan.

"Sudah berapa kali Ibu bilang, dilarang pakai lipstick, lipcream, lipgloss, atau apapun itu dalam lingkungan sekolah!" Mata Ibu For menyala.

"Siapa yang pakai lipstick, lipcream, lipgloss, atau apapun itu sih, Bu?" Rindu menyeringai, masih kesakitan.

"Kenapa bibir kamu glossy gitu?" Ibu For masih menatap tajam.

"Ih Ibu, 'Kan Rindu emang gitu bibirnya. Cantik ya, Bu?" Rindu tersenyum usil.

"Ibu tanya kenapa?"

Kembali untuk PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang