"Kenapa? Kau tidak suka denganku?" Andri bertanya dengan nada ketus yang membuat Rifa ingin segera memukulnya.
"Banget malah."
Suara itu memang benar suara Rifa, namun ia pelankan karena tidak ingin membuat masalah dengan orang yang baru ia temui.
Namun, hal itu ternyata tidak berjalan mulus. Andri dengan jelas mendengar gumaman Rifa yang membuatnya mengeluarkan perempatan imajiner di dahinya.
"Sekesal itukah kau denganku?" Andri bertanya sekali lagi, namun kali ini Rifa tidak menjawabnya.
"Jawab woe! Gua nanya sama elu yak!"
"Kan lu dah tau jawabannya, ngapa nanya lagi?!"
Yap, Andri makin dibuat kesal. Bahkan dirinya saja sudah membunyikan semua jarinya akibat kesal.
'Apa-apaan gadis ini? Apa dia tidak tau aku siapa?'
'Apa-apaan pula tatapan itu? Orang ini mau membunuhku ya?' Rifa membatin lalu melirik Andri yang terlihat kesal.
"Oke ... kalau begitu, kita harus duel setelah ini."
"... hah?"
Rifa benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan Andri barusan. "Berduel? Apa maksudmu?"
"Ya, kita harus berduel. Karena aku ingin meluapkan semua kekesalan ku padamu."
"Tunggu. Kau bilang ingin meluapkan semua kekesalanmu padaku?! Jangan bercanda! Kenapa kau harus meluapkannya padaku?! Kau bahkan tidak mempunyai alasan yang pasti untuk mengajakku berduel--"
"Ada," potong Andri cepat sebelum Rifa berhasil menyelesaikan protesannya. "Kau belum memberitahuku nama panjangmu. Jadi sebagai ketua, kau harus memberitahuku nama panjangmu atau kita berduel."
"Ketua? Kita bahkan belum menentukan itu sebelumnya!" Rifa kembali protes.
"Tapi aku sudah menentukannya. Sudahlah jangan banyak protes. Lebih baik kau pilih salah satu. Memberitahuku atau ku bantai?"
Pertanyaan Andri barusan sukses membuat Rifa juga mengeluarkan perempatan imajinernya di dahi. Dirinya benar-benar sangat kesal karena sudah ditantang seperti itu oleh orang yang baru saja ia kenal beberapa jam yang lalu.
"Baiklah, aku akan menuruti perkataanmu. Ayo kita berduel."
❄❄❄
Setelah semua kelompok sudah diputuskan, murid-murid yang ada di dalam kelas langsung berhamburan dan memutuskan untuk langsung pulang karena bu Leni sendiri yang menyuruh mereka untuk pulang sebelumnya. Rifa? Tidak, ia bahkan masih belum beranjak dari kursinya setelah kejadian yang menimpanya barusan.Rifa masih saja berpikir dan merasa kesal sendiri saat menyadari hal tersebut. Benar-benar seenaknya sendiri. Memangnya si Andri tidak pernah diajari tata krama untuk berdiskusi terlebih dahulu sebelum memutuskan? Pikir Rifa geram.
Kalau Andri? Tenang saja, Andri sudah lebih dulu meninggalkan kelas. Saat ini pun hanya tersisa Rifa seorang yang berada di dalam kelas.
Karena Roxie tidak memiliki urusan apapun dengan kelompok Roxie yang sekarang, maka Roxie putuskan untuk menghampiri Rifa yang masih berdiam diri di bangkunya.
"Benar-benar deh ... rasanya, aku ingin menghabisinya sekarang juga," gumam Rifa menggenggam kuat kedua tangannya kesal.
"Rif? Ada ap--"
"AKHH!!! AKU BENAR-BENAR INGIN MEMBUNUHNYA!!!!"
Rifa berteriak kesal sebelum Roxie berhasil meluncurkan pertanyaan untuk Rifa jawab. Tentu saja hal itu membuat Roxie terkejut setengah hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ⏸️ ] Detective FIVITD : Their Magic and Mystery
FantasySeorang penyihir bernama Rifa, ingin mencari kakaknya yang sudah lama menghilang beberapa tahun yang lalu. Berusaha untuk memecahkan semua masalah atau misteri yang ada di dunia dengan kekuatan sihirnya, yang bertujuan untuk mencaritahu keberadaan k...