1. Cowok sinting yang salah paham

2.8K 189 34
                                    

"Ajarin gue gitar."

Aku melongo mendengar permintaan itu keluar dari Watermelon Hilton--bad boy-nya SMA Kenanga Jakarta--yang saat ini tengah menatapku penuh harap.

Mengajari dia musik? Well, itu bukan perkara yang sulit. Aku lahir dengan darah pemusik yang kental, jadi aku bisa menguasai hampir seluruh instrumen.

Tapi masalahnya bukan di sana. Melainkan ... aku enggak kenal dengan dia ini. Si Water maksudku. Berdasarkan informasi yang aku dapet dari temenku, Eliora, Water itu bukan anak yang baik.

Oh, aku sudah bilang tadi kan? Dia itu bad boy.

Dia suka merokok, tawuran, tatoan, ah pokoknya semua hal yang buruk ada di dia deh. Yang aku heran itu, masih banyak aja cewek yang mau sama dia.

Iya! Dia itu most wanted di sekolahku. Matanya yang kecokelatan sering jadi bahan perbincangan. Rahangnya keras, alisnya tebal, dan bibirnya ... agak memble? Itu menurutku sih. Tapi Mega--temen sekelasku--bilang, bibirnya Water ini kissable.

"Woy!" Water berteriak agak kencang. "Lo agak tuli ya?"

Aku mengerjap karena kaget. Aku terhanyut dalam lamunan sendiri sampai lupa kalau Water masih berada di sini.

"Gue gak tuli," ucapku agak kesal. Elah, ni orang udah minta tolong malah marah-marah. Pantes aja Ms. Tuti--Guru Bahasa Inggris--kami sering naik darah karena Water. Yah, Ms. Tuti sering menceritakan kelakuan Water di kelasku. Mulai dari makan di kelas, melempar popcorn ke kepala Miss, sampe bawa anjing chihuahuanya ke sekolah.

Gila bener kan?! Untung gak sekelas sama aku.

Dia bisa berlaku seenaknya karena orang tuanya yang punya yayasan sih, coba kalo enggak? Dah dari dulu di drop out.

"Gue nanya gak digubris sih," tukas Water dengan wajahnya yang tertekuk. "Gue mau minta bantuan lo main musik nih untuk festival PD bulan depan. Lo mau bantu gue kan?"

Festival PD itu singkatan dari festival party day yang diselenggarakan oleh SMA Kenanga setiap tahunnya untuk menyambut siswa/i di tahun ajaran baru.

"Kita aja gak kenal, kenapa lo minta bantuan gue?" tanyaku heran. "Terus, gimana lo tahu gue ada di sini?"

Aku memang sering berada di gudang untuk menyendiri sambil bermain gitar untuk menenangkan pikiran. Tapi tidak hanya itu, aku juga sering menulis cerita di saat-saat sengang. Musik adalah jalan di mana aku bisa mencairkan otak untuk menemukan inspirasi yang tersumbat.

"Gue ikutin lo," ucap Water tanpa rasa bersalah. "Kenapa? Ga suka? Ini kan sekolah gue. Bebas dong gue mau ke mana."

Sialan. Satu kata yang cocok mewakili semua tentang Water.

"Lagian gue kenal sama lo kok. Spinach Alexandera, biasa dipanggil Nana. Anak kelas XI MIPA 2. Suka makan bakso, cimol, siomay dan--"

"Tapi gue gak kenal lo," potongku cepat. Agak heran karena ternyata Water tahu lumayan banyak tentangku.

Water menaikkan alisnya sebelah, "Alah modus. Bilang aja mau kenalan sama gue terus jabatan tangan kan? Dih, dasar cewek." Lelaki itu mengulurkan tangannya lalu dengan senyuman miring menatapku, "Kenalin Watermelon Hilton. Anak baik-baik."

Aku melongo lagi. Demi apa? Nih orang gila kali ya? Berurusan dengan Water mungkin bisa membuat tekanan darah tinggiku naik. Tapi ... aku baru ingat kalau belakangan ini, cerita yang kutulis itu genrenya romance ala-ala bad boy gitu. Tapi karena gak ada pengalaman, aku jadi gak bisa nulis dengan lancar.

Apa minta bantuan Water aja ya?

"Ya udah iya gue bantu." Aku menjawab tanpa menghiraukan uluran tangannya.

"Bener nih?!" Cowok itu berteriak agak kencang hingga aku terkesiap. Ia bahkan tidak sadar kalau aku baru saja mengabaikannya.

Aku mengangguk, "Iya. Tapi dengan satu syarat."

"Syarat?" Kening Water berkerut. "Syarat apaan?"

Aku tersenyum miring, "Lo harus bertingkah manis di depan gue."

Kali ini, Water yang melongo. Aku nyaris tertawa melihat wajahnya yang kebingungan. Gemes Ya Tuhan!

"O-oke." Dia mengangguk meski masih speechless. Lalu dengan gerakan cepat, dia menarik tubuhku, lalu mendaratkan bibirnya pada pipiku.

"Kalo begitu, mulai hari ini kita pacaran. Perjanjian selesai," ucapnya yang kemudian berbalik badan dan meninggalkanku sendirian.

Aku melongo untuk kesekian kalinya.

Sumpah deh, dia salah paham! Maksud aku itu dia cuma perlu bertingkah manis supaya aku tahu gimana cara bikin cewek baper ala cowok. Bukan mau nembak dia! Ish Water, lo salah paham!

"Water! Maksud gue gak gitu!" teriakku kencang. Tapi sayang, dia enggak denger karena udah ngilang.

Ya Tuhan, ini musibah atau anugerah?

***

Jangan lupa meninggalkan jejak hehe

Golden Love[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang