Pembukaan

51 3 2
                                    

Dear,

Kanjeng Putri Ara Jonggrang, perempuan kecil cantik jelita calon gembrot bergigi emas dan jarang keramas. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas keasyikan dan segala cintanya, akhirnya candi - candian kehendak Kanjeng Putri sudah sampai di tangan. Beruntung, minta candinya ndak seperti minta ke Bondowoso yang seenak udel itu. Karena saya ndak pernah sanggup membangun sesuatu dalam semalam, Kanjeng.

Oiya, maafkan saya Kanjeng jika kalungnya jelek dan aneh, saya memilih apa yang harus dipilih mawon. Jika Kanjeng Putri kurang berkenan boleh dikasih ke Biung Kanjeng Putri tercinta, agar supaya ayahanda Romo Gino makin cinta. Hahaha, jangan bilang-bilang ya, Kanjeng.

Kanjeng, sehabis saya beli candi-candian ini, saya seperti dapat wangsit khusus dari mas Bandeng Bondowoso. Wangsit itu seperti ditujukan kepada Jonggrang-Jonggrang lainnya. Ya, jadi boleh kan saya ceritakan wangsit itu ke Kanjeng, sebagai Jonggrang dalam ke-ngawuran saya. Wangsit itu mengalir dari sepanjang jalan Ringroad sampai jalan Kaliurang. Berlanjut pada malam Minggu bersama suara tokek yang ngehek. Menyeruak kembali pada Jogja pagi hari sehabis hujan, walah apik tenanan lho, Kanjeng, recommended lah.

Dan puncaknya, wangsit yang dibisikan ke saya itu ketika menunggu kereta di Lempuyangan, pada perjalanan sampai Purwokerto, hingga jadi teman setia hujan di Stasiun Bojong Gede dengan besar harapan bisa nyusul Kanjeng dan teman-teman ke acara buka bersama di sekolah.

The Unfaedah Story : Bandeng Bondowoso & Candi - candianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang