Mas Bandeng Bondowoso juga pernah cerita perihal candi ‘tetangga’ yakni candi Borobudur.
“Setelah saya membuat candi Prambanan, saya diundang ngopi sama mas Syailendra, katanya minta tips dan trik membangun candi dalam semalam. Saya langsung tegas menolaknya lah, wong itu konten buat channel YouTube saya, lha kok mau tak bagi secara cuma-cuma. Hehehe, ngapusi, guyon tok aku le, ndak begitu. Saya bilang ke mas Syailendra, yang dibangun secara instan itu ndak bisa bertahan lama. Kamu kan raja, kalau sampean mau sesuatu yang berarti, sampean harus bisa melewati jalan terjal yang ada, kata orang-orang itu namanya proses. Nanti kamu liat manisnya sendiri.”
Sontak saya terkejut mendengar mas Bandeng Bondowoso seperti itu lho Kanjeng Putri. Ia seperti mas Puthut EA penulis ngehek zaman sekarang. Kanjeng Putri ndak tau ya? Kebanyakan mojok di dapur Kanjeng Putri ini. Hehe, piiss.
Oiya, sebenarnya ada satu hal yang mau saya tanya ke mas Bandeng, Kanjeng. Perihal yang instan itu gak akan bertahan lama. Tiba-tiba mas Bandeng berbisik ke saya waktu merem-merem kecil di gerbong;
“Saya itu orangnya teoritis tok, le, hehe.”
“Barangkali menyenangkan jadi Borobudur;
Ada, tiada dan istimewa.
(Dulu) pernah ada, dan menjadi istimewa setelah ketiadaan.”- Ucap mas Bandeng bersama bleyeran knalopot Astrea plat AB di sela lampu merah jalan Taman Siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unfaedah Story : Bandeng Bondowoso & Candi - candian
Storie breviKetika seorang Bandeng Bondowoso yang legendaris melihat kehadiran Jonggrang pujaan hatinya dalam sosok wanita pada zaman yang teramat berbeda. Ia menitipkan sebuah pesan kepada seorang pemuda yang sedang ngalor-ngidul tanpa arah.